Wall Street Turun Tajam Akibat Meningkatnya Kekhawatiran Ekonomi dan Tarif

- Penulis

Sabtu, 22 Februari 2025 - 07:17 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

RAGAMUTAMA.COM –  NEW YORK. Bursa saham Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan tajam pada Jumat, memperpanjang tren pelemahan setelah laporan ekonomi yang suram. 

Melansir Reuters, pada penutupan perdagangan Jumat (22/2/2025), Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 748,63 poin atau 1,69% ke 43.428,02, Indeks S&P 500 turun 104,39 poin atau 1,71% ke level 6.013,13, dan Nasdaq Composite melemah 438,36 poin atau 2,20% ke 19.524,01.

Penurunan Wall Street terjadi di tengah kekhawatiran terkait tarif baru serta melemahnya permintaan konsumen, mengakhiri pekan perdagangan yang dipersingkat oleh libur nasional dengan kinerja negatif.

Ketiga indeks utama Wall Street tersebut  jatuh drastis setelah rilis data ekonomi, dengan tekanan jual berlanjut hingga sesi sore. S&P 500 dan Russell 2000 mencatat penurunan harian terbesar sejak 18 Desember. 

Sepanjang pekan ini, ketiga indeks mengalami pelemahan, dengan Dow membukukan penurunan mingguan terburuk sejak pertengahan Oktober.

“Saya tidak suka melihat begitu banyak warna merah pada hari Jumat,” ujar Greg Bassuk, CEO AXS Investments di New York.

Ia bilang, saat ini, sentimen konsumen, tarif, dan laba perusahaan lebih dominan dalam menentukan arah pasar dibandingkan teknologi dan kecerdasan buatan.

Laporan ekonomi menunjukkan perlambatan aktivitas bisnis AS dan memburuknya sentimen konsumen, dengan peserta survei melaporkan prospek yang semakin suram di tengah ketidakpastian ekonomi.

Baca Juga :  Harga Emas Spot Naik Lebih 1% Selasa (18/2), Dipicu Ketidakpastian Tarif Trump

Hal ini terjadi setelah Walmart memberikan panduan keuangan yang mengecewakan pada Kamis, memicu kekhawatiran akan lemahnya permintaan konsumen.

Chris Williamson, Kepala Ekonom S&P Global, menyatakan bahwa optimisme bisnis di AS telah menguap akibat meningkatnya ketidakpastian.

Bassuk menambahkan bahwa ketidakpastian kini menjadi faktor utama bagi investor, memicu volatilitas yang tinggi sepanjang pekan ini. “Kami memperkirakan kondisi ini akan terus berlanjut setidaknya hingga akhir kuartal pertama.”

Sektor-sektor yang sensitif terhadap kondisi ekonomi, termasuk transportasi, semikonduktor, saham berkapitalisasi kecil, perumahan, dan barang konsumsi non-primer, turun lebih dari 2%.

Saham-saham kapitalisasi besar juga melemah 2,9%, dengan seluruh anggota “Magnificent Seven” berada di zona merah. Nvidia, yang dijadwalkan merilis laporan keuangan minggu depan, anjlok 4,1%. Sementara itu, indeks volatilitas CBOE mencapai level tertinggi sejak 3 Februari.

Pada pekan ini, Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencana penerapan tarif baru untuk kayu dan produk hutan, di samping bea masuk yang sebelumnya direncanakan untuk mobil impor, semikonduktor, dan farmasi.

Sementara itu, musim laporan keuangan kuartal IV 2024 hampir selesai. Dari 425 perusahaan S&P 500 yang telah melaporkan kinerja, 76% melampaui ekspektasi Wall Street, menurut data LSEG. Namun, beberapa perusahaan mengalami tekanan.

Baca Juga :  Harga Saham Blue Chip Ini Anjlok Parah, Mulai Maret 2025 Di-buyback Rp 3 Triliun

Tesla dan Rivian masing-masing turun 4,7% setelah mengumumkan penarikan produk. UnitedHealth jatuh 7,2% setelah laporan Wall Street Journal menyebutkan adanya penyelidikan Departemen Kehakiman atas praktik penagihan Medicare perusahaan tersebut.

Saham Block merosot 17,7% akibat laba kuartal keempat yang lebih rendah dari estimasi, sementara Akamai Technologies anjlok 21,7% setelah memberikan proyeksi pendapatan 2025 yang di bawah ekspektasi.

Di NYSE, jumlah saham yang turun melebihi yang naik dengan rasio 2,64 banding 1. Tercatat 102 harga tertinggi baru dan 119 harga terendah baru. Sementara di Nasdaq, 1.087 saham naik dan 3.301 saham turun, dengan rasio saham turun terhadap naik mencapai 3,04 banding 1.

S&P 500 mencatat 19 harga tertinggi baru dalam 52 minggu dan 8 harga terendah baru, sementara Nasdaq Composite membukukan 67 harga tertinggi baru dan 135 harga terendah baru.

Volume perdagangan di bursa AS mencapai 17,06 miliar saham, lebih tinggi dibandingkan rata-rata 15,30 miliar saham dalam 20 hari perdagangan terakhir.

Berita Terkait

Rupiah Tertekan: Kurs Dolar AS Sentuh Rp 16.837, Baht Menguat Tajam
Analis Ungkap Prospek Cerah & Rekomendasi Saham PTBA Bukit Asam
KAI Logistik Catat Peningkatan Volume Angkutan Barang Lebaran 2025: 2.500 Ton!
IPO 2024: 13 Emiten Raup Rp6,93 Triliun, Ini Dia Juara Pendanaannya!
Volatilitas Pasar Tinggi? Saham EXCL Jadi Pilihan Aman, Ini Analisisnya
IHSG Melemah: Analis Ungkap Penyebab dan Strategi Investor Hadapi Guncangan
Harga Emas Antam Naik Jadi Rp 1.955.000 Hari Ini, Panduan Lengkap Menabung Emas di Pegadaian
Jadwal Lengkap Pembagian Dividen Brigit Biofarmaka

Berita Terkait

Rabu, 16 April 2025 - 15:43 WIB

Rupiah Tertekan: Kurs Dolar AS Sentuh Rp 16.837, Baht Menguat Tajam

Rabu, 16 April 2025 - 15:35 WIB

Analis Ungkap Prospek Cerah & Rekomendasi Saham PTBA Bukit Asam

Rabu, 16 April 2025 - 15:23 WIB

KAI Logistik Catat Peningkatan Volume Angkutan Barang Lebaran 2025: 2.500 Ton!

Rabu, 16 April 2025 - 15:11 WIB

IPO 2024: 13 Emiten Raup Rp6,93 Triliun, Ini Dia Juara Pendanaannya!

Rabu, 16 April 2025 - 14:15 WIB

IHSG Melemah: Analis Ungkap Penyebab dan Strategi Investor Hadapi Guncangan

Berita Terbaru