“`html
Ragamutama.com NEW YORK. Laju Indeks saham utama di bursa Amerika Serikat (AS), Wall Street, kembali menampakkan pelemahan pada sesi perdagangan Senin pagi, melanjutkan tren penurunan untuk hari ketiga berturut-turut. Sentimen negatif ini dipicu oleh pengumuman kebijakan tarif baru yang dilontarkan oleh Presiden Donald Trump.
Harapan para investor akan adanya potensi pelonggaran kebijakan, setidaknya untuk sementara waktu, praktis sirna setelah Gedung Putih dengan tegas membantah laporan yang mengindikasikan adanya jeda tarif.
Tercatat pada pukul 11:18 pagi waktu setempat, Dow Jones Industrial Average mengalami penurunan signifikan sebesar 854,89 poin atau setara dengan 2,23%, hingga mencapai level 37.459,97. Sementara itu, S&P 500 juga melemah sebesar 85,02 poin atau sekitar 1,68%, bertengger di level 4.989,06. Nasdaq Composite pun tak luput dari koreksi, turun 218,06 poin atau merosot 1,40% ke angka 15.369,73.
Secara kumulatif, ketiga indeks acuan utama tersebut kini berada pada titik terendah dalam kurun waktu lebih dari satu tahun terakhir.
Wall Street Dibuka Terkoreksi Kamis (6/3), Saham Chipmaker Anjlok
Performa saham-saham di AS tertekan oleh ancaman implementasi tarif besar oleh pemerintahan Trump terhadap seluruh impor, di samping potensi pengenaan pungutan tambahan bagi sejumlah mitra dagang utama.
Indeks S&P 500 telah mengalami penurunan sebesar 20% secara *intraday* dari rekor penutupan tertingginya yang tercatat pada bulan Februari. Apabila indeks ini menutup hari dengan penurunan lebih dari 20% dari level tertinggi sepanjang masa, maka secara teknis, pasar akan memasuki fase *bear market* alias pasar lesu.
Di sisi lain, indeks Dow Jones telah menyusut hampir 17% dari rekor tertingginya yang dicapai pada bulan Desember.
Pada pembukaan sesi, pasar sempat menunjukkan penguatan setelah beredar laporan yang mengindikasikan bahwa Trump tengah mempertimbangkan penundaan tarif selama 90 hari. Akan tetapi, gelombang optimisme tersebut dengan cepat surut setelah pejabat Gedung Putih dengan segera menyanggah laporan tersebut, yang kemudian memicu aksi jual besar-besaran pada saham.
Indeks Wall Street Memerah, Kebijakan Tarif Baru Trump Bikin Saham Otomotif Rontok
CNBC, yang sebelumnya mengutip pernyataan penasihat ekonomi Gedung Putih, Kevin Hassett, terkait isu penundaan tarif, kemudian melaporkan bantahan resmi dari pihak pemerintah. CNBC belum memberikan respons terhadap permintaan komentar dari Reuters terkait hal ini.
“Ada laporan yang beredar bahwa Gedung Putih tidak mengonfirmasi gagasan penundaan tarif. Hal ini hanyalah rumor yang saat ini memengaruhi pergerakan harga saham, dan inilah realitas kondisi pasar yang kita hadapi,” ungkap Robert Pavlik, seorang manajer portofolio senior di Dakota Wealth.
Kebijakan tarif besar yang diumumkan oleh Trump pada pekan lalu telah memicu respons balasan dari pihak China, yang pada gilirannya meningkatkan kekhawatiran bahwa perang dagang yang berkepanjangan dapat memperlambat laju pertumbuhan ekonomi global dan memicu lonjakan tekanan inflasi.
Dalam dua sesi perdagangan pasca pengumuman tersebut, S&P 500 mengalami penurunan tajam sebesar 10,5%, menghapus hampir US$ 5 triliun dari nilai pasar—penurunan dua hari terburuk sejak bulan Maret 2020.
Trump menyampaikan kepada awak media pada Minggu malam bahwa para investor harus mempersiapkan diri untuk menghadapi konsekuensi dari kebijakan ini. Ia juga menegaskan bahwa dirinya tidak akan melakukan negosiasi dengan China hingga defisit perdagangan AS dapat dikendalikan secara efektif.
Wall Street Menguat, Saham Produsen Baja Naik Terangkat Kenaikan Tarif Trump
Sebagai dampak dari pelemahan yang berkelanjutan, indeks Nasdaq, yang didominasi oleh saham-saham sektor teknologi, telah memasuki area *bear market*. Sementara itu, Dow Jones mengalami penurunan lebih dari 10% dari rekor penutupan tertingginya. Jumlah saham yang mengalami penurunan jauh lebih banyak dibandingkan dengan yang menguat, dengan rasio 5,68:1 di NYSE dan 3,51:1 di Nasdaq.
Sebaliknya, S&P 500 tidak mencatatkan level tertinggi baru dalam periode 52 minggu terakhir, namun justru mencatatkan 167 level terendah baru. Nasdaq Composite mencatatkan enam level tertinggi baru dan 936 level terendah baru.
“`