Wall Street Berfluktuasi: S&P 500 dan Nasdaq Tertekan Isu Tarif Trump

Avatar photo

- Penulis

Selasa, 29 April 2025 - 23:15 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

RAGAMUTAMA.COM. Perdagangan Selasa (29/4) mencatat pelemahan tipis pada indeks S&P 500 dan Nasdaq. Hal ini terjadi di tengah pengamatan investor terhadap laporan keuangan perusahaan dan data ekonomi terkini, yang diperumit oleh meningkatnya ketegangan perang dagang AS-China.

Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menyatakan bahwa “tanggung jawab” kini berada di tangan China. Ia memprediksi ekonomi China berpotensi kehilangan hingga 10 juta lapangan kerja akibat kebijakan tarif.

HSBC Turunkan Target S&P 500 Jadi 5.600, Soroti Risiko Melambatnya Ekonomi AS

Seperti diketahui, kedua ekonomi terbesar dunia ini saling menerapkan tarif impor balasan, yang menciptakan ketidakpastian yang terus menerus mengganggu pasar keuangan global.

Mengutip Reuters, pukul 10.01 pagi waktu New York, indeks Dow Jones Industrial Average naik 113,62 poin atau 0,28% ke level 40.341,21.

Berbeda dengan Dow Jones, S&P 500 turun 4,50 poin atau 0,08% menjadi 5.524,25, dan Nasdaq Composite melemah 30,26 poin atau 0,17% ke 17.335,59.

Kenaikan laba kuartal I 2025 yang disesuaikan mendorong saham Honeywell melonjak 4,2%, memberikan dukungan pada penguatan indeks Dow. Kinerja positif juga ditunjukkan Sherwin-Williams yang naik 5,2% setelah melaporkan laba yang melampaui ekspektasi.

Baca Juga :  Harga Emas Hari Ini Melambung, Naik Rp12 Ribu!

UPS Umumkan Efisiensi Besar-besaran, Tutup 73 Fasilitas dan PHK 20.000 Pekerja

Namun, sebagian besar saham perusahaan besar mengalami tekanan, terutama Amazon.com. Penurunan saham Amazon terjadi setelah Gedung Putih menanggapi laporan rencana perusahaan untuk membebankan biaya tarif ke harga produk, yang dianggap sebagai “tindakan bermusuhan”.

Dari data ekonomi, jumlah lowongan kerja AS pada Maret tercatat 7,19 juta, di bawah proyeksi 7,48 juta menurut survei Reuters.

Indeks kepercayaan konsumen juga tercatat 86, lebih rendah dari perkiraan 87,5.

Pasar kini menantikan data ekonomi penting lainnya, termasuk laporan tenaga kerja nonpertanian (nonfarm payrolls) pada Jumat.

Selain itu, sejumlah emiten teknologi besar dalam kelompok “Magnificent Seven” akan merilis laporan kinerja pekan ini. Investor sangat memperhatikan potensi dampak tarif terhadap proyeksi bisnis mereka.

“Kita berada di tengah badai – investor, konsumen, dan pelaku bisnis sama-sama bertanya-tanya bagaimana masa depan di tengah potensi penerapan kebijakan tarif,” kata Matthew Stucky, Manajer Portofolio di Northwestern Mutual Wealth Management.

Efek Tarif Trump: Korporasi Global Tekor, PHK & Revisi Proyeksi

Pemerintah AS sebelumnya menyatakan akan mengambil langkah untuk mengurangi dampak tarif otomotif yang diberlakukan Presiden Trump.

Baca Juga :  Kekayaan Raffi Ahmad Berdasarkan LHKPN Mencapai Rp 1 Triliun, Berupa Apa Saja?

Namun, saham Ford dan Tesla hanya naik sedikit, sementara General Motors turun 1,9% setelah menarik proyeksi kinerja tahunannya karena ketidakpastian tarif.

“Memang ada sedikit ruang bagi pemasok untuk memulihkan biaya, tetapi itu tidak menyelesaikan masalah jangka panjang: harga mobil AS akan terus naik seiring perlambatan momentum ekonomi,” jelas analis di Bernstein.

Meskipun S&P 500 mencatatkan reli terbaik sejak November di awal pekan, ketiga indeks utama Wall Street masih menunjukkan kinerja negatif secara tahunan.

HSBC memangkas target akhir tahun untuk S&P 500 menjadi 5.600 dari sebelumnya 6.700.

Saham United Parcel Service (UPS), yang menjadi indikator kondisi ekonomi makro, turun 1,2% setelah merilis laporan keuangan kuartalan.

Defisit Perdagangan Barang AS Makin Melebar, Ekonomi AS Kian Tertekan

NXP Semiconductors NV anjlok 6,4% meskipun pendapatannya sedikit di atas ekspektasi dan mengumumkan pergantian CEO.

Sementara itu, saham Spotify Technologies yang terdaftar di AS merosot 8,4% setelah memproyeksikan laba operasional kuartal berikutnya di bawah estimasi Wall Street.

Berita Terkait

Kenapa Dirut Hartadinata Pilih Investasi Emas Batangan?
Harga Emas Anjlok Akibat Optimisme Perang Dagang Mereda
United Tractors Bagikan Dividen Jumbo Rp7,8 Triliun, Tertinggi Sepanjang Sejarah?
Investor Asing Lepas Saham ASII dan BBCA: Daftar Lengkap 10 Saham Net Sell Terbesar!
IHSG Menguat, Investasi Emas dan Kripto Makin Menguntungkan?
IHSG Bangkit: Daftar Saham Pilihan Asing Hari Ini!
Palantir Ungguli Tesla: Analisis Saham Wall Street Era Trump
Produksi Nikel Matte Vale Indonesia (INCO) Turun pada Kuartal I-2025, Ini Penyebabnya

Berita Terkait

Rabu, 30 April 2025 - 03:59 WIB

Kenapa Dirut Hartadinata Pilih Investasi Emas Batangan?

Rabu, 30 April 2025 - 03:40 WIB

Harga Emas Anjlok Akibat Optimisme Perang Dagang Mereda

Rabu, 30 April 2025 - 02:59 WIB

Investor Asing Lepas Saham ASII dan BBCA: Daftar Lengkap 10 Saham Net Sell Terbesar!

Rabu, 30 April 2025 - 02:39 WIB

IHSG Menguat, Investasi Emas dan Kripto Makin Menguntungkan?

Rabu, 30 April 2025 - 01:03 WIB

IHSG Bangkit: Daftar Saham Pilihan Asing Hari Ini!

Berita Terbaru

finance

Kenapa Dirut Hartadinata Pilih Investasi Emas Batangan?

Rabu, 30 Apr 2025 - 03:59 WIB

finance

Harga Emas Anjlok Akibat Optimisme Perang Dagang Mereda

Rabu, 30 Apr 2025 - 03:40 WIB