Ragamutama.com NEW YORK. Sesi perdagangan di Wall Street, bursa saham Amerika Serikat, menunjukkan penurunan signifikan pada hari Rabu (16/4). Sentimen pasar tertekan oleh pernyataan Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, yang mengindikasikan potensi perlambatan ekonomi, serta peringatan dari Nvidia mengenai konsekuensi pembatasan ekspor chip ke Tiongkok.
Mengutip laporan dari Reuters, indeks Dow Jones Industrial Average mengalami koreksi sebesar 699,57 poin, atau setara dengan 1,73%, hingga mencapai level 39.669,39. Sementara itu, indeks S&P 500 tergelincir 120,93 poin, atau 2,24%, ke posisi 5.275,70, dan Nasdaq Composite anjlok 516,01 poin, atau 3,07%, ke level 16.307,16.
Selama perdagangan berlangsung, Nasdaq bahkan sempat menyentuh titik terendahnya di level 16.066,46.
Wall Street Mengalami Penguatan Akibat Pernyataan The Fed, Namun Tetap Melemah Secara Keseluruhan dalam Seminggu
Indeks Volatilitas Cboe (VIX), yang sering dianggap sebagai barometer kecemasan pasar, juga mengalami peningkatan dan ditutup pada level 32,64.
Dalam pidatonya di Economic Club of Chicago, Powell memberikan sinyal bahwa laju pertumbuhan ekonomi AS tampaknya sedang mengalami perlambatan. Ia juga menyoroti bahwa potensi peningkatan tarif dapat memicu inflasi yang lebih tinggi dan pertumbuhan ekonomi yang lebih lemah.
Meskipun demikian, Powell menegaskan bahwa The Fed akan menunggu data-data ekonomi lebih lanjut sebelum mengambil keputusan terkait kebijakan suku bunga.
Pernyataan Powell ini memperburuk tekanan jual di pasar, yang sebelumnya sudah terpukul akibat penurunan tajam pada saham Nvidia dan perusahaan-perusahaan semikonduktor lainnya.
Nvidia mengumumkan pada Selasa malam bahwa mereka memperkirakan akan mencatat kerugian sebesar US$ 5,5 miliar akibat pembatasan ekspor chip kecerdasan buatan H20 ke Tiongkok, yang merupakan pasar utama bagi salah satu produk unggulan mereka, oleh pemerintah AS.
Wall Street Menunjukkan Penurunan yang Signifikan, Dibayangi oleh Kekhawatiran Resesi
Langkah ini merupakan bagian dari dinamika ketegangan perdagangan yang berkelanjutan antara Amerika Serikat dan Tiongkok.
Sebelumnya, Tiongkok telah meningkatkan tarif impor atas sejumlah produk AS menjadi 125% sebagai respons terhadap kenaikan tarif AS menjadi 145% yang diberlakukan oleh Presiden Donald Trump.
“Powell mengonfirmasi apa yang menjadi kekhawatiran utama para investor, yaitu kemungkinan terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi yang dikombinasikan dengan inflasi yang tetap tinggi akibat dampak tarif,” kata Sam Stovall, Kepala Strategi Investasi di CFRA Research.
Gina Bolvin, Presiden Bolvin Wealth Management Group di Boston, menambahkan, “Pasar dan para investor sangat mengharapkan kepastian. Saya meyakini bahwa tahun ini akan menghadirkan tantangan yang lebih besar bagi para investor dibandingkan dengan dua tahun sebelumnya.”
Saham Nvidia mengalami penurunan sebesar 6,9% dalam sehari, sementara indeks saham semikonduktor secara keseluruhan melemah sebesar 4,1%. Saham AMD juga terkena dampaknya dan mengalami penurunan sebesar 7,3%. Perusahaan semikonduktor asal Belanda, ASML, pada hari yang sama menyatakan bahwa kebijakan tarif telah menimbulkan ketidakpastian yang signifikan terhadap prospek bisnis mereka.
Wall Street Melemah Menjelang Pengumuman Data Laporan Pekerjaan AS
“Pasar masih terus mencermati detail implementasi tarif yang belum sepenuhnya jelas. Hal ini menciptakan ketidakpastian yang tinggi di kalangan investor, pelaku bisnis, dan konsumen,” ujar Bill Northey, Direktur Investasi Senior di U.S. Bank Wealth Management.
Ia menambahkan, “Perusahaan-perusahaan mulai memberikan indikasi mengenai dampak tarif dan potensi konsekuensi negatif dari ketidakpastian yang ada.”
Di Bursa Efek New York (NYSE), jumlah saham yang mengalami penurunan melebihi jumlah saham yang mengalami kenaikan dengan rasio 1,58 banding 1. Sementara itu, di Nasdaq, terdapat 2.964 saham yang melemah dibandingkan dengan 1.469 saham yang menguat, dengan rasio penurunan mencapai 2,02 banding 1.
Volume transaksi di bursa saham AS tercatat sebanyak 16,08 miliar saham, berada di bawah rata-rata harian selama 20 hari terakhir yang mencapai lebih dari 18 miliar saham.