Vale Indonesia: Komitmen Green Mining untuk Masa Depan Berkelanjutan

- Penulis

Minggu, 13 April 2025 - 15:51 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Industri pertambangan senantiasa terikat dengan isu pelestarian lingkungan hidup dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya. Kedua aspek ini – masyarakat dan lingkungan – adalah fondasi utama agar sebuah perusahaan pertambangan dapat menerapkan praktik pertambangan berkelanjutan atau green mining sesuai dengan prinsip serta regulasi yang berlaku.

Dengan komitmen yang kuat terhadap pendekatan green mining, PT Vale Indonesia, sebagai salah satu perusahaan tambang nikel terkemuka di Indonesia yang beroperasi di tiga wilayah utama – Blok Sorowako di Luwu Timur, Sulawesi Selatan; Indonesia Growth Project (IGP) Morowali di Sulawesi Tengah; dan IGP Pomalaa di Sulawesi Tenggara – menjadikan kedua aspek tersebut sebagai landasan penting dalam setiap kegiatan pertambangan. Setiap langkah dalam aktivitas pertambangan harus selaras dengan kelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Sejalan dengan aktivitas operasionalnya, PT Vale Indonesia secara aktif melibatkan berbagai stakeholder terkait, termasuk masyarakat, dalam merancang dan melaksanakan program-program serta fasilitas yang berorientasi pada green mining dan mendorong pertumbuhan bersama melalui gerakan #StartsWithMe.

Setidaknya, terdapat tiga inisiatif utama yang memperkuat komitmen PT Vale Indonesia dalam memberikan dampak positif melalui pertambangan berkelanjutan. Inisiatif tersebut meliputi pemberdayaan petani lokal untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan dan optimalisasi potensi daerah, pengurangan emisi karbon dalam setiap tahapan pertambangan, serta pemulihan lahan pascatambang yang sesuai dengan standar yang berlaku.

3 Pilar Kebaikan PT Vale Indonesia bagi Masyarakat

3 Pilar Kebaikan PT Vale Indonesia bagi Masyarakat

1. Kemitraan PT Vale Indonesia dengan Kelompok Tani

Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, memiliki karakteristik demografis unik berupa kawasan pedesaan yang mencakup sekitar 60 persen dari total wilayah kabupaten. Potensi ini membuka peluang bagi Luwu Timur untuk menjadi percontohan dalam pengembangan berbasis kawasan pedesaan, terutama melalui sektor pertanian. Akan tetapi, kondisi kelompok tani pada waktu itu masih jauh dari harapan.

Penurunan hasil panen dari musim ke musim seringkali menjadi momok bagi para petani. Pengalaman pahit ini pernah dialami oleh Paimin, Ketua Kelompok Tani Harapan Jaya di Luwu Timur. “Dulu saya pernah menanam padi dan bisa menghasilkan hingga 6,5 ton, tetapi setelah itu hasil panen terus menurun hingga gagal total selama 3 musim,” ungkapnya dalam sebuah wawancara yang terdokumentasi di kanal YouTube PT Vale Indonesia.

Menurut Wiyono dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Lingkungan, salah satu penyebab utama gagal panen adalah kecenderungan petani untuk menggunakan bahan-bahan kimia dalam proses bercocok tanam. Praktik pertanian konvensional ini, secara bertahap, dapat merusak tanah dan berdampak negatif pada kesehatan manusia yang mengonsumsi hasil pertanian tersebut.

Ironisnya, data Sensus Pertanian Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019 menunjukkan bahwa penggunaan pupuk anorganik masih mendominasi pola pemupukan padi di Indonesia, mencapai 86,41 persen. Menanggapi permasalahan ini, PT Vale Indonesia, melalui gerakan #MenambangKebaikan, menginisiasi program pertanian berkelanjutan atau sustainable agriculture dengan menerapkan System of Rice Intensification (SRI) organik.

Melalui metode ini, PT Vale Indonesia mendorong para petani untuk meninggalkan penggunaan bahan-bahan kimia selama proses bercocok tanam dan beralih sepenuhnya ke bahan-bahan organik. Dengan demikian, biaya produksi dapat ditekan, kesuburan tanah terjaga, dan kualitas hasil panen meningkat.

Untuk memastikan kelancaran program ini, PT Vale menggandeng berbagai stakeholder terkait, termasuk kelompok tani dan pemerintah daerah. Sinergi ini memungkinkan setiap tahapan dalam program SRI Organik berjalan efektif dan meluas ke kelompok tani lainnya.

Tahap awal program ini melibatkan Kelompok Tani Harapan Jaya di Desa Mahalona, Kecamatan Towoti, Luwu Timur, dengan mengadakan pelatihan kelompok tani pada Februari 2015 yang diikuti oleh 17 anggota kelompok tani dengan total luas lahan 16 hektare.

Pada Mei 2015, program dilanjutkan dengan persiapan implementasi hingga pemupukan lahan secara mandiri menggunakan bahan-bahan organik. Tujuannya adalah untuk meningkatkan populasi mikroorganisme bermanfaat di dalam tanah, sehingga dapat menyediakan nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan padi organik. Selain itu, para petani juga diimbau untuk tidak menggunakan bahan kimia untuk mengendalikan hama.

“Dari hasil panen itu (29 ton), pendapatan yang dihasilkan mencapai Rp203 juta. Inilah yang menarik, para petani mengakui bahwa baru kali ini, setelah 8 tahun bertani, mereka mendapatkan penghasilan sebesar ini,” kata Kariman, pendamping petani dari Yayasan Aliksa Organik SRI, seperti dikutip dari kanal YouTube PT Vale Indonesia.

Baca Juga :  BEI Ungkap Dampak Kebijakan Tarif Impor AS Terhadap Pasar Modal

Program SRI Organik yang diinisiasi oleh PT Vale Indonesia diakui oleh kelompok tani binaan sebagai program yang efektif dalam meningkatkan pendapatan para petani. Keberhasilan ini kemudian memopulerkan program SRI Organik ke banyak kelompok tani lainnya.

“Setelah panen kedua, dari 10 hektare, saya memperluas lahan menjadi 22 hektare. Setiap musim tanam kami menambah luas lahan dan hasilnya dapat dilihat oleh petani lain. Hal ini membuat mereka tertarik dan setelah kami jelaskan, mereka pun bersedia bergabung,” kata Faisal, seorang petani dari Desa Ululere, seperti dikutip dari kanal YouTube PT Vale Indonesia.

Selain itu, para petani muda juga mulai tertarik dan bergabung dalam program SRI Organik. Ketua Kelompok Tani Milenial Desa Walatana, Zani, mengungkapkan bahwa program SRI Organik telah meningkatkan semangat dan tekad para petani muda.

“Sebagai pemuda, saya mengucapkan terima kasih kepada Alkhairat dan PT Vale yang telah membawa program SRI Organik yang menerapkan pertanian sehat, ramah lingkungan, dan berkelanjutan ini,” ujar Zani, seperti dikutip dari kanal YouTube PT Vale Indonesia.

Saat ini, pola SRI Organik dipraktikkan oleh 196 petani di lahan seluas 83,9 hektare yang tersebar di 9 kecamatan di Luwu Timur. Petani binaan PT Vale Indonesia menghasilkan beras organik berlabel “Matano Rice” yang telah memperoleh sertifikasi dari lembaga sertifikasi berskala nasional. PT Vale Indonesia berkomitmen untuk terus memperluas jangkauan program ini hingga mencapai target 120 hektare sawah yang menerima pendampingan SRI organik.

2. Komitmen PT Vale Indonesia terhadap NZE

Indonesia, melalui Perjanjian Paris 2015, memiliki komitmen untuk mengurangi emisi karbon dan mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2050. Untuk mencapai tujuan ini, Indonesia telah mengaktifkan sejumlah pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT). Sebagai bagian dari visi tersebut, PT Vale Indonesia turut berkontribusi dengan membangun infrastruktur kelistrikan yang ramah lingkungan untuk meminimalkan risiko kerusakan lingkungan.

Visi ini diwujudkan melalui pengoperasian tiga unit Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), yaitu PLTA Larona (165 MW), PLTA Balambano (110 MW), dan PLTA Karebbe (90 MW), yang secara total mampu menghasilkan daya listrik sebesar 365 MW. Keberadaan tiga PLTA ini mampu mengurangi emisi karbon hingga 1 juta ton karbon dioksida ekuivalen (CO2eq) per tahun.

Listrik yang dihasilkan oleh PLTA milik PT Vale Indonesia tidak hanya digunakan untuk keperluan operasional pertambangan, tetapi juga didistribusikan kepada masyarakat di Kabupaten Luwu Timur dan sekitarnya. Dengan demikian, masyarakat setempat dapat menikmati listrik yang andal dan ramah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga dan pekerjaan sehari-hari.

Selain PLTA, upaya percepatan NZE juga dilakukan oleh PT Vale Indonesia melalui penerapan teknologi electric boiler untuk menghasilkan uap yang digunakan untuk menjaga aliran sulfur cair dan proses produksi lainnya. Pada tahun 2020, melalui cara ini, PT Vale Indonesia berhasil mengurangi emisi karbon hingga 28.331 ton CO2eq.

PT Vale Indonesia juga memanfaatkan bahan bakar biodiesel B30 untuk kebutuhan operasional alat berat dan kendaraan ringan, sesuai dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Sepanjang tahun 2020, total penggunaan biodiesel perusahaan mencapai 77,17 juta liter. Jumlah ini setara dengan pengurangan emisi karbon sebesar 61.600 ton CO2eq.

Inisiatif lainnya adalah dengan memangkas jarak tempuh truk pengangkut biji nikel dari lokasi penambangan ke lokasi penyaringan biji dengan menggunakan teknologi modular screening station. Pemanfaatan teknologi ini juga bertujuan untuk mengurangi konsumsi bahan bakar diesel oleh truk akibat semakin jauhnya jarak kegiatan penambangan ke stasiun penyaringan. Dengan demikian, emisi karbon diharapkan dapat berkurang sebesar 3.139 ton CO2eq.

Selain itu, dalam rangka menjaga stabilitas lingkungan, PT Vale Indonesia sangat memperhatikan pengolahan air limbah melalui fasilitas Lamella Gravity Settler (LGS) dengan kapasitas 16 juta meter kubik.

LGS terintegrasi langsung dengan lebih dari 100 kolam sedimen di lokasi-lokasi penambangan. Infrastruktur ini berfungsi untuk memurnikan air limbah tambang. Ia mereduksi elemen-elemen yang terkandung dalam air, terutama total suspended solids (TSS) atau partikel yang tidak terlarut dalam air, dan kromium (Cr6+), salah satu logam berat yang terkandung dalam air.

Teknologi LGS merupakan teknologi standar dalam penjernihan air untuk pengolahan bahan baku air minum. Bekerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), PT Vale Indonesia menjadi perusahaan pertambangan pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi LGS.

Baca Juga :  BEI Buka Gembok Saham LION dan CMNP & Suspensi Saham WIFI, SSMS, PURI

Upaya nol emisi ini tidak berhenti pada pengoperasian fasilitas-fasilitas di atas. PT Vale Indonesia telah menyusun peta jalan dalam program NZE untuk mengurangi CO2 sebesar 33 persen hingga tahun 2030 dan mencapai nol emisi pada tahun 2050.

Beberapa kajian telah dilakukan, di antaranya penggunaan gas alam cair atau liquified natural gas (LNG) sebagai bahan bakar utama rotary kiln & dryer kiln, kajian pemanfaatan biomassa sebagai reductant pada unit rotary klin, kajian teknologi pembangkit listrik tenaga surya, percobaan penggunaan kendaraan listrik, peningkatan kapasitas energi PLTA, pemanfaatan waste heat untuk pembangkitan energi, hingga penerapan online monitoring system pada jalur distribusi uap, air, dan power.

Konservasi Terpadu: Darat, Laut, dan Udara Versi PT Vale Indonesia

Konservasi Terpadu: Darat, Laut, dan Udara Versi PT Vale Indonesia

3. Reklamasi Lahan oleh PT Vale Indonesia

Hal yang tak kalah penting dalam proses pertambangan adalah pemulihan lahan. Hal ini telah diatur dalam Undang-Undang No.3 tahun 2020 tentang Perubahan atas Undang-Undang No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara yang mewajibkan reklamasi dan pascatambang bagi pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP)/ Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK).

PT Vale Indonesia melakukan kegiatan reklamasi secara progresif dan terintegrasi dengan kegiatan penambangan untuk membatasi pembukaan lahan hanya pada area yang diperlukan untuk kegiatan operasi penambangan. Selain untuk meminimalkan dampak lingkungan, seperti erosi dan sedimentasi, kegiatan ini diproyeksikan dapat meningkatkan penyerapan karbon.

Hingga Juni 2022, total luas lahan yang telah direklamasi mencapai 3.338 hektare, dengan jumlah pohon mencapai 4,1 juta. PT Vale Indonesia juga melakukan rehabilitasi lintas batas di atas lahan seluas 10.000 ha yang tersebar di 13 kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan.

Untuk memenuhi kebutuhan rehabilitasi lahan dan penanaman kembali, PT Vale Indonesia memiliki fasilitas pembibitan atau nursery berkapasitas 700.000 bibit per tahun. Nursery ini digunakan untuk menanam, merawat, dan mengembangkan tanaman yang akan dimanfaatkan untuk mereklamasi lahan bekas tambang, serta mendukung program penghijauan pemerintah.

Persemaian modern atau nursery yang dibangun di Blok Sorowako memproduksi berbagai jenis tanaman asli (native species) dan tanaman endemik yang merupakan bagian dari konservasi keanekaragaman hayati. Hingga kuartal kedua tahun 2023, dari total lahan tambang seluas 5.596 hektare, PT Vale Indonesia berhasil merehabilitasi 3.635 hektare (65 persen). Dari 3.635 hektare tersebut, telah dievaluasi oleh Kementerian Sumber Daya Mineral dan 86,7 persen dinyatakan berhasil.

Sebelum melakukan penambangan, perusahaan mendata dan mengumpulkan tanaman lokal. Tanaman dari lahan yang akan ditambang kemudian dikembangkan di nursery. Lapisan tanah pucuk dari penambangan digunakan kembali untuk menyiapkan lahan pascatambang. Dengan laju pembukaan lahan 200 hektare per tahun, PT Vale Indonesia berupaya untuk mencapai laju penutupan lahan yang sama melalui reklamasi progresif.

Adapun tahapan reklamasi dan rehabilitasi lahan meliputi penyiapan lahan agar pertumbuhan tanaman optimal, pengaturan bentang lahan, pembangunan lereng, kolam pengendapan untuk mencegah erosi, penggemburan lahan, penyebaran benih tanaman penutup, penanaman tanaman perintis (jarak antartanaman 3,5 x 4 meter), penanaman tanaman perintis (intensitas tanaman pionir) 700 tanaman per hektare, dan pemupukan dasar.

Melalui upaya-upaya ini, PT Vale Indonesia membuktikan komitmennya terhadap pertambangan berkelanjutan yang diiringi dengan tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL). Melalui proses tambang yang sistematis dan berwawasan green mining, PT Vale Indonesia telah meraih sejumlah penghargaan. Apresiasi juga datang dari pihak pemerintah, dalam hal ini Retno Marsudi, yang pada saat itu menjabat sebagai Menteri Luar Negeri.

“Apa yang dilakukan oleh PT Vale Indonesia dapat dijadikan contoh yang baik tentang bagaimana sebuah perusahaan pertambangan bertanggung jawab terhadap ESG (Environmental, Social, and Governance). Hal ini harus sering diceritakan, karena semakin banyak orang yang melihat dan menceritakan, maka akan mengurangi cerita-cerita buruk tentang nikel Indonesia,” ucap Retno Marsudi, seperti dikutip dari kanal YouTube PT Vale Indonesia.

3 Pilar Kebaikan PT Vale Indonesia bagi Masyarakat

3 Pilar Kebaikan PT Vale Indonesia bagi Masyarakat

Berita Terkait

Entrepreneur vs Pengusaha: Kupas Tuntas Perbedaan dan Peluangnya!
Rahasia Sukses: 5 Trik Jitu Memulai Bisnis Online Modal Kecil!
Koperasi Desa Merah Putih: 7 Unit Bisnis Wajib untuk Sukses
Garuda Indonesia Tanggapi Kasus Karyawan Terlibat Peredaran Uang Palsu
IRRA Cetak Laba Fantastis: Analisis Saham dan Prospek 2024
Airlangga Hartarto Terbang ke Amerika Serikat: Negosiasi Tarif dengan Trump Dimulai!
IHSG Menguat: Daftar Saham Pilihan Asing Awal Pekan Ini!
ITMG Hadapi Tantangan: Harga Batubara Turun, Tarif Trump Mengintai

Berita Terkait

Selasa, 15 April 2025 - 01:00 WIB

Entrepreneur vs Pengusaha: Kupas Tuntas Perbedaan dan Peluangnya!

Selasa, 15 April 2025 - 00:35 WIB

Rahasia Sukses: 5 Trik Jitu Memulai Bisnis Online Modal Kecil!

Selasa, 15 April 2025 - 00:31 WIB

Koperasi Desa Merah Putih: 7 Unit Bisnis Wajib untuk Sukses

Senin, 14 April 2025 - 23:43 WIB

Garuda Indonesia Tanggapi Kasus Karyawan Terlibat Peredaran Uang Palsu

Senin, 14 April 2025 - 23:31 WIB

IRRA Cetak Laba Fantastis: Analisis Saham dan Prospek 2024

Berita Terbaru

finance

Koperasi Desa Merah Putih: 7 Unit Bisnis Wajib untuk Sukses

Selasa, 15 Apr 2025 - 00:31 WIB