TANGERANG, KOMPAS.com – Pembongkaran pagar laut yang terbuat dari bambu sepanjang 30,16 kilometer di pesisir utara Tangerang akhirnya selesai.
Pembongkaran yang melibatkan 900 personel dari Pasukan Marinir (Pasmar) 1, Lantamal III, dan Koarmada I ini berlangsung secara manual.
Sejumlah alat utama seperti satu Kapal Patroli Keamanan Laut (Patkamla), sepuluh perahu karet, satu Ranger Boat (RBB), dan satu Rigid-Hull Inflatable Boat (RHIB) turut mendukung pembongkaran.
Baca juga: Pengakuan Kades Kohod, Ada Pihak Ketiga yang Palsukan Surat Izin Pagar Laut
Usai dibongkar, bambu yang dibuat jadi pagar itu tidak semuanya dibawa kembali oleh petugas. Hanya beberapa bambu saja yang dibawa ke Pos TNI AL Tanjung Pasir.
Berdasarkan pantauan Kompas.com, ratusan bambu yang telah dibongkar menumpuk di lapangan Pos TNI AL Tanjung Pasir. Beberapa bambu tampak patah, sementara yang lainnya masih utuh.
“Yang patah itu karena dalam proses pembongkaran kami menggunakan tali tambang kemudian ditarik, sehingga ada yang patah. Mungkin karena rapuh juga di dalam air,” kata Komandan Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (Lantamal) III, Brigjen TNI (Mar) Harry Indarto, saat ditemui di Posal Tanjung Pasir, Teluknaga, Kabupaten Tangerang, Kamis (13/2/2025).
Meskipun ada beberapa yang patah, Harry memastikan bahwa semua bambu telah dicabut dan tidak ada yang tersisa di perairan laut Tangerang.
Baca juga: Pagar Laut di Perairan Tangerang Akhirnya Selesai Dibongkar, Nelayan Kini Bebas Melaut
Ukuran bambu yang dibongkar bervariasi, dengan panjang antara lima hingga enam meter dan diameter antara 10 hingga 15 centimeter.
Beberapa bambu yang tersisa di Pos TNI AL Tanjung Pasir akan dijadikan sampel untuk antisipasi sebagai barang bukti di masa mendatang.
“Kami sendiri menyisakan beberapa bambu sebagai barang bukti,” tambahnya.
Sebagian bambu lainnya diletakkan di daerah Tanjung Kait dan Kronjo. Beberapa nelayan juga meminta bambu tersebut untuk dimanfaatkan sebagai bagan dan keramba apung.
Selama proses pembongkaran, para petugas mengalami beberapa kendala, sehingga waktu yang awalnya dijadwalkan selama sepuluh hari kerja bertambah satu hari menjadi sebelas hari.
Faktor cuaca menjadi salah satu kendala utama, di mana gelombang tinggi dan angin kencang menghambat proses pembongkaran.
Baca juga: Pembongkaran Pagar Laut di Tangerang Makan Waktu 11 Hari Kerja
“Menjelang sore, gelombang pasti sudah tinggi. Kemudian angin juga semakin kencang. Itu yang menghambat kinerja kami untuk melaksanakan pencabutan pagar laut,” jelas Harry.
Selain itu, kondisi laut yang dangkal di beberapa titik juga menyulitkan anggota TNI AL dalam menarik bambu yang tertancap di dasar laut.
Selama proses tersebut, tujuh anggota tim mengalami cedera, dengan tiga orang terkena sengatan ikan pari, dua orang terkena kail pancing di kaki, dan dua lainnya terluka akibat bilah bambu saat memasang tali pengikat.
Harry menyebutkan, luka yang dialami anggota tim tidak tergolong serius, meskipun satu orang harus menjalani operasi akibat luka dari kail pancing.
“Yang terkena sengatan ikan pari perlu perhatian khusus karena racunnya luar biasa. Beberapa sudah sembuh, tetapi ada yang harus dirawat di rumah sakit,” ungkapnya.
Baca juga: TNI AL Perketat Pengawasan Usai Pagar Laut di Tangerang Dibongkar
Dengan selesainya pembongkaran pagar laut, Harry berharap para nelayan dapat kembali melaut dengan lebih leluasa tanpa hambatan.
“Para nelayan bisa bekerja lagi, dan senang bisa melihat nelayan kembali melaut. Pagar ini tadinya mempersulit masyarakat nelayan untuk mencari ikan,” tutupnya.