RAGAMUTAMA.COM – Sesi perdagangan hari Jumat, 25 April 2025, menjadi saksi lonjakan harga saham PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang sangat mengesankan. Saham UNVR tiba-tiba meroket hingga 17,06 persen, mencapai level Rp1.750 per saham pada penutupan sesi pertama. Perlu dicatat bahwa harga saham sempat menyentuh titik tertinggi hari itu, yaitu Rp1.865 per saham.
Kenaikan harga saham yang signifikan ini dipicu oleh pengumuman penting dari Unilever Indonesia. Perusahaan memutuskan untuk mendistribusikan 100 persen laba bersih tahun buku 2024 sebagai dividen kepada para pemegang saham. Keputusan ini langsung disambut antusias oleh pasar.
Sebenarnya, langkah ini bukanlah hal baru bagi UNVR. Perusahaan yang bergerak di sektor konsumer ini dikenal sebagai pembagi dividen yang royal. Bahkan, pada tahun 2022, rasio pembayaran dividen mereka mencapai 111 persen dari laba bersih.
“Kami pastikan bahwa dividen 100% akan tetap dibayarkan sepanjang tahun 2025. Komitmen kami tetap sama, yaitu memastikan bahwa distribusi dividen kami tetap 100% kepada para pemegang saham dan investor,” tegas Neeraj Lal, Direktur Keuangan PT Unilever Indonesia Tbk, saat menyampaikan Laporan Kinerja Keuangan Perusahaan Kuartal I-2025 pada Kamis, 24 April 2025.
Simulasi Transaksi Saham Terbaru: BEI Uji Kebijakan ARB 15% dan Trading Halt Bertingkat
Laba Bersih Kuartal I-2025 Lampaui Ekspektasi
Pada kuartal I-2025, UNVR berhasil mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,24 triliun. Meskipun mengalami koreksi sebesar 15 persen secara tahunan (year-on-year), angka ini menunjukkan lonjakan signifikan sebesar 245 persen dibandingkan dengan kuartal sebelumnya (quarter-on-quarter). Pencapaian ini bahkan melampaui ekspektasi konsensus analis, setara dengan 32 persen dari estimasi laba tahun penuh 2025.
Peningkatan margin menjadi faktor kunci yang mendorong lonjakan laba ini, meskipun pendapatan masih menunjukkan pelemahan. Marjin laba usaha berhasil pulih ke level 17,1 persen, meningkat dari sebelumnya hanya 6,7 persen pada kuartal IV-2024. Sementara itu, marjin laba kotor juga mengalami kenaikan menjadi 48,2 persen, mengindikasikan bahwa efisiensi biaya yang diterapkan perusahaan mulai membuahkan hasil.
“Menurut kami, *upside* yang relatif mudah dicapai telah terealisasikan,” ujar Edi Chandren, Investment Analyst Lead Stockbit.
“Investor dapat memanfaatkan momentum kenaikan harga saham ini untuk melakukan *take profit* dan *wait and see* terlebih dahulu terkait progres *topline* perusahaan,” tambahnya.
Perubahan Kebijakan ARB dan Trading Halt: Ini Dampaknya bagi Saham, ETF, dan DIRE
Penjualan Masih Tertekan, Tapi Ada Harapan
Pendapatan UNVR tercatat sebesar Rp9,47 triliun, mengalami koreksi sebesar 6 persen YoY, namun menunjukkan pertumbuhan sebesar 23 persen dibandingkan kuartal sebelumnya. Penjualan domestik secara volume mengalami penurunan sebesar 8 persen YoY, meskipun harga jual rata-rata mengalami kenaikan tipis sebesar 1,3 persen. Segmen *home and personal care* mengalami penurunan pendapatan paling dalam, yaitu 9 persen YoY. Sementara itu, segmen *foods and refreshment* relatif stabil dengan penurunan hanya 1 persen YoY.
Hal yang menarik adalah margin kotor dari segmen *home and personal care* justru mengalami pemulihan yang kuat ke 50,2 persen (vs. 44,9 persen di kuartal sebelumnya). Ini menandakan bahwa program efisiensi yang dijalankan perusahaan mulai memberikan dampak positif, setidaknya dari sisi biaya.
Presiden Direktur Unilever Indonesia, Benjie Yap, mengakui bahwa tantangan besar masih membayangi perusahaan, terutama terkait dengan harga saham yang tertekan dalam lima tahun terakhir.
“Dan saya kira itulah realita kalau kita bicara dividen dan kondisi saham. Kami tidak menyembunyikan realita ini. Kami menelan pil pahit terkait harga saham ini pada kuartal 3 dan 4 tahun lalu,” tuturnya.
Kinerja Saham Mengungguli IHSG
Dalam kurun waktu satu pekan terakhir, saham UNVR telah melesat sebesar 33 persen. Bahkan dalam satu bulan, saham ini mencatatkan kenaikan yang fantastis, mencapai 41 persen. Angka ini jauh mengungguli kenaikan IHSG dalam periode yang sama, yang hanya tumbuh sebesar 7,3 persen.
Para analis berpendapat bahwa kinerja terburuk UNVR tampaknya sudah berlalu. Dengan efisiensi yang mulai terasa dan komitmen untuk membagikan seluruh laba sebagai dividen, investor memiliki alasan kuat untuk merasa optimistis. Meskipun demikian, tantangan jangka menengah tetap ada, yaitu mengembalikan pertumbuhan pendapatan agar pemulihan harga saham menjadi lebih berkelanjutan.***