Presiden AS Donald Trump menghadapi tuduhan melakukan manipulasi pasar saham, bahkan terindikasi insider trading, akibat kebijakan tarif impornya yang berubah-ubah dan seringkali berbalik arah (U-Turn). Kebijakan yang tak menentu ini, mulai dari penundaan hingga kenaikan tarif impor ke China, telah menimbulkan gejolak signifikan di pasar saham global, termasuk Indonesia.
Gejolak tersebut terlihat jelas dari penurunan tajam pasar saham dunia, termasuk Wall Street. Ironisnya, di tengah penurunan tersebut, Trump justru memposting pesan di Truth Social, “Ini waktu yang tepat untuk membeli (saham),” beberapa jam sebelum akhirnya mengumumkan penghentian penerapan tarif, sebuah tindakan yang langsung memicu lonjakan pasar saham global.
Tuduhan manipulasi pasar semakin kuat setelah pernyataan Trump di media sosial tersebut, yang disampaikan hanya beberapa jam sebelum pengumuman putar balik dramatis dalam perang dagangnya. Pernyataan ini mendorong lonjakan signifikan di pasar saham dunia.
Kurang dari empat jam kemudian, Trump mengejutkan para investor dengan mengumumkan penundaan selama 90 hari terhadap penerapan tarif tambahan untuk sebagian besar negara (kecuali China). Pengumuman ini seketika mengakibatkan lonjakan tajam indeks saham global.
Di Amerika Serikat, indeks S&P 500 mengalami kenaikan lebih dari 9 persen, sementara indeks Nasdaq melonjak lebih dari 12 persen. Tren positif ini berlanjut di Asia dan Eropa. Indeks Nikkei 225 Jepang naik 9 persen, dan indeks FTSE 100 London naik hingga 4 persen di awal perdagangan.
Uniknya, postingan Trump kali ini ditandai dengan inisial DJT—singkatan yang juga merupakan simbol saham (ticker) dari Trump Media & Technology Group, perusahaan induk Truth Social. Saham perusahaan ini sendiri melonjak 22 persen pada hari yang sama.
Senator Demokrat Adam Schiff, mengutip Guardian, menyatakan keprihatinannya, “Perubahan kebijakan yang konstan ini menciptakan celah besar untuk insider trading. Siapa di pemerintahan yang tahu tentang putar balik tarif ini sebelum pengumuman? Apakah ada yang memanfaatkan informasi ini untuk keuntungan pribadi? Saya akan mengirim surat ke Gedung Putih. Publik berhak tahu,” seraya mendesak dilakukannya investigasi.
Pandangan serupa diungkapkan Senator Demokrat Chris Murphy. Ia menuding adanya manipulasi pasar, mengingat waktu unggahan Trump dan lonjakan pasar saham yang mengikutinya. “Skandal insider trading mengintai. Tweet Trump pukul 09.30 pagi jelas menunjukkan ia ingin kroninya untung dari informasi yang hanya ia ketahui. Jadi, siapa yang tahu sebelumnya dan berapa banyak yang mereka hasilkan?” cuitnya di akun X.
Anggota DPR Demokrat dari New York, Alexandria Ocasio-Cortez, juga turut menyuarakan keprihatinannya dan menyerukan semua anggota Kongres untuk mengungkapkan kepemilikan saham mereka dalam 24 jam terakhir.
“Ada bisikan menarik di Kongres. Batas waktu pelaporan 15 Mei. Kita akan segera tahu banyak hal. Sudah saatnya melarang insider trading di Kongres,” tulisnya di akun X.