Ragamutama.com Kilas balik sejarah, tepat 36 tahun silam, dunia sepak bola berduka akibat Tragedi Hillsborough. Insiden kelam ini merenggut nyawa 97 suporter Liverpool, termasuk sepupu dari legenda The Reds, Steven Gerrard.
Tragedi Hillsborough merupakan sebuah bencana besar yang disebabkan oleh kepadatan dan desakan massa yang tak terkendali. Peristiwa nahas ini terjadi saat pertandingan semifinal Piala FA antara Liverpool melawan Nottingham Forest.
Laga penting tersebut digelar pada tanggal yang kini menjadi bagian dari catatan sejarah kelabu, yakni 15 April 1989. Stadion Hillsborough, markas Sheffield Wednesday, menjadi saksi bisu tragedi ini.
Sebelum peluit *kick-off* berbunyi pada pukul 15.00 waktu setempat, ribuan pendukung Liverpool sudah memadati area luar stadion, khususnya di bagian Leppings Lane yang memang dikhususkan bagi mereka.
Leppings Lane adalah jalur utama menuju tribune barat Hillsborough, tempat para penonton berdiri menyaksikan pertandingan.
Akses masuk utama langsung mengarah ke sektor tengah tribune barat.
Sayangnya, hanya tersedia 7 pintu putar (turnstile) untuk memfasilitasi masuknya para suporter dari Leppings Lane.
Akibatnya, pergerakan sekitar 10.000 pendukung Liverpool yang hendak memasuki stadion berlangsung sangat lambat.
Kepadatan massa semakin menjadi-jadi di depan pintu putar, sementara waktu *kick-off* semakin mendekat.
Hingga pukul 14.00, tercatat hanya sekitar 2.000 orang yang berhasil melewati pintu putar tersebut.
SEJARAH HARI INI – Tanpa Disadari Otot Kaki Remuk Redam, Dustin Poirier Raih Kemenangan KO Atas Justin Gaethje
Dalam upaya mengurangi tekanan massa di depan pintu putar, petugas keamanan memutuskan untuk membuka gerbang di dekatnya, yang sebenarnya berfungsi sebagai pintu keluar.
Hal ini memicu gelombang massa yang memaksa masuk ke tribune tengah secara tiba-tiba.
Ironisnya, di bagian tribune kiri dan kanan, masih terdapat ruang yang cukup luas dan tidak terisi.
Situasi semakin diperparah dengan adanya pagar pembatas yang memisahkan tribune penonton dengan area lapangan dan bagian tribune lainnya.
Besi pengaman di tribune tengah bahkan sampai patah akibat tekanan massa yang luar biasa besar.
Banyak suporter yang terjatuh ke depan, menimpa suporter lain yang sudah tidak bisa bergerak karena terhimpit pagar pembatas dengan lapangan.
Sementara itu, para suporter yang masih berada di pintu masuk tidak menyadari apa yang sedang terjadi di dalam tribune, sehingga mereka terus berdesakan untuk masuk.
Kepadatan dan desakan massa menyebabkan banyak suporter kesulitan bernapas karena terhimpit pagar, atau bahkan terinjak-injak oleh suporter lain yang berusaha memanjat pagar untuk menghindari tekanan dari belakang.
Kiper Liverpool saat itu, Bruce Grobbelaar, bahkan mengaku mendengar teriakan minta tolong dari para suporter di belakangnya.
Wasit akhirnya menghentikan pertandingan setelah berjalan hampir 6 menit, saat kekacauan sudah tak terkendali.
Ambulans pertama baru tiba di lokasi kejadian sekitar 13 menit kemudian.
SEJARAH HARI INI – UFC Gelar Pesta Termegah, 12 Jawara dan Mantan Jawara Dikumpulkan
Para suporter yang selamat berusaha membantu rekan-rekan mereka keluar dari himpitan, sementara petugas keamanan dan tim medis berupaya memberikan pertolongan.
Namun, malapetaka sudah terjadi. Sebanyak 94 orang meninggal dunia pada hari itu.
Tiga korban lainnya menyusul, dua di antaranya pada tahun 1993 dan satu pada tahun 2021, setelah menjalani perawatan karena mengalami kerusakan otak.
Setelah melalui serangkaian penyelidikan panjang, petugas keamanan dinyatakan bersalah atas kegagalan dalam manajemen kerumunan.
Seharusnya, pintu menuju tribune tengah ditutup segera setelah terjadi penumpukan massa, dan para suporter diarahkan ke sisi kiri dan kanan tribune.
Ironisnya, untuk menutupi kesalahan, pihak kepolisian sempat mengeluarkan pernyataan yang menyalahkan *hooligan* Liverpool sebagai penyebab tragedi tersebut.
Jon-Paul Gilhooley adalah korban termuda dalam Tragedi Hillsborough. Ia masih berusia 10 tahun saat kejadian.
Gilhooley merupakan sepupu dari Steven Gerrard, legenda Liverpool yang saat itu masih berusia 9 tahun.
“Tentu saja, sangat sulit mengetahui bahwa salah satu sepupu Anda meninggal secara tragis seperti itu,” ungkap Gerrard pada tahun 2009, seperti dikutip dari The Guardian.
“Namun, melihat reaksi ibu, ayah, dan keluarganya membantu mendorong saya untuk menjadi pemain seperti sekarang.”