JAKARTA, RAGAMUTAMA.COM – Pasar modal Indonesia, yang tercermin dalam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), diperkirakan akan mengalami koreksi pada sesi perdagangan yang akan dimulai kembali di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari Selasa, 8 April 2025.
Proyeksi penurunan IHSG ini didasarkan pada sentimen negatif yang melanda bursa saham di kawasan Asia Pasifik, menyusul pengumuman kebijakan tarif impor oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, yang berdampak pada berbagai negara, termasuk Indonesia.
Menghadapi dinamika pergerakan harga saham yang signifikan seringkali memicu kekhawatiran, khususnya bagi para investor yang baru terjun ke dunia investasi. Akan tetapi, penting untuk diingat bahwa fluktuasi merupakan bagian tak terpisahkan dari mekanisme pasar saham.
Berikut adalah beberapa pertimbangan mengapa investor pemula tidak perlu terlarut dalam kepanikan saat pasar saham mengalami penurunan dan langkah-langkah strategis yang dapat diterapkan untuk mempertahankan potensi keuntungan.
Pertama, reaksi panik seringkali mendorong investor untuk melakukan aksi jual saham secara impulsif, yang pada gilirannya dapat merealisasikan kerugian yang sebenarnya belum terjadi.
Investor berpengalaman, Warren Buffett, sering menekankan bahwa pasar saham lebih memberikan keuntungan bagi investor yang memiliki kesabaran dibandingkan dengan mereka yang terlalu sering melakukan transaksi.
Keputusan investasi yang dilandasi oleh emosi negatif seperti kepanikan berpotensi besar menghasilkan kerugian substansial.
Kedua, penurunan harga saham justru dapat membuka kesempatan bagi investor untuk mengakuisisi saham-saham berkualitas dengan harga yang lebih terjangkau.
Ketika sebagian besar investor dilanda kepanikan dan berbondong-bondong menjual saham, harga saham perusahaan dengan fundamental yang solid berpotensi merosot di bawah nilai intrinsiknya. Pembelian saham pada saat seperti ini dapat memberikan potensi keuntungan yang menarik ketika pasar kembali stabil.
Ketiga, melakukan evaluasi terhadap kinerja dan prospek bisnis perusahaan jauh lebih relevan dibandingkan dengan memperhatikan fluktuasi harga saham dalam jangka pendek.
Apabila kondisi fundamental perusahaan tetap menunjukkan tren positif, mempertahankan kepemilikan saham tersebut dapat menjadi pilihan yang bijaksana.
Perusahaan dengan kondisi keuangan yang prima dan proyeksi pertumbuhan yang menjanjikan memiliki kemampuan untuk pulih dan memberikan imbal hasil yang menguntungkan di masa depan.
Keempat, hindari upaya untuk melakukan *market timing*. Berusaha memprediksi pergerakan pasar dengan tujuan membeli atau menjual saham pada waktu yang tepat adalah strategi yang sarat risiko dan sulit untuk dieksekusi dengan presisi.
Sebagai alternatif, fokuslah pada tujuan investasi jangka panjang dan susunlah portofolio yang terdiversifikasi. Data historis menunjukkan bahwa pasar saham cenderung pulih dari fase penurunan seiring berjalannya waktu.
Kelima, pastikan Anda memiliki rencana investasi yang komprehensif. Rencana ini dapat membantu investor dalam menetapkan target, menentukan toleransi risiko, dan merumuskan strategi investasi yang jelas.
Rencana investasi ini berfungsi sebagai pedoman dalam menghadapi volatilitas pasar dan membantu menjaga fokus pada tujuan jangka panjang yang telah ditetapkan.
Dengan tetap tenang, berfokus pada kualitas perusahaan, dan memiliki rencana investasi yang matang, investor pemula dapat mengelola risiko dengan lebih efektif dan memanfaatkan peluang yang mungkin timbul selama periode gejolak pasar.