Ragamutama.com – , Jakarta – Sekretaris Jenderal Partai Gerindra, Ahmad Muzani, memberikan penjelasan mengenai alasan Presiden Prabowo Subianto menunjuk mantan Presiden RI ke-7, Joko Widodo, sebagai utusan ke upacara pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan.
Pilihan editor: Bagaimana Sertifikat Halal Terbit untuk Jajanan Anak Mengandung Babi
Muzani menjelaskan bahwa Paus Fransiskus pernah menjadi tamu kehormatan Joko Widodo saat lawatannya ke Indonesia pada awal September 2024. Kunjungan tersebut merupakan bagian dari perjalanan apostolik Paus. Muzani menambahkan, saat kunjungan itu, Jokowi masih menjabat sebagai presiden dan secara langsung menyambut serta bertemu dengan Paus.
“Oleh karena itu, Bapak Prabowo menilai bahwa levelnya adalah level kepala negara pada waktu itu. Itulah sebabnya Bapak Jokowi diminta untuk menghadiri dan mewakili pemerintah, rakyat, dan bangsa Indonesia di Vatikan,” ujar Muzani di Kompleks MPR/DPR/DPD, Jumat, 25 April 2025.
Ketua MPR tersebut menekankan bahwa Jokowi tidak pergi ke Vatikan seorang diri. Ia didampingi oleh perwakilan negara lainnya. Selain Jokowi, Prabowo juga menunjuk Menteri Hak Asasi Manusia, Natalius Pigai; Wakil Menteri Keuangan, Thomas Djiwandono; dan mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan.
Ketika ditanya mengapa Menteri Agama, Nasaruddin Umar, tidak ditugaskan ke Vatikan, Muzani hanya menyatakan bahwa Paus Fransiskus adalah tamu kehormatan Jokowi saat berkunjung ke Indonesia. Dalam kunjungan tersebut, Paus juga sempat berinteraksi dengan Nasaruddin Umar.
Saat itu, Nasaruddin menjabat sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal yang menyambut kedatangan Paus Fransiskus. Keduanya menandatangani dokumen penting berjudul ‘Deklarasi Bersama Istiqlal 2024: Meneguhkan Kerukunan Umat Beragama untuk Kemanusiaan.’
Di sisi lain, Direktur Eksekutif PARA Syndicate, Virdika Rizky Utama, sebelumnya menyampaikan bahwa Presiden Prabowo telah mengirimkan sinyal politik yang kurang tepat dengan menunjuk Jokowi untuk menghadiri pemakaman pemimpin tertinggi Gereja Katolik tersebut. Ia mengingatkan bahwa Jokowi pernah masuk dalam nominasi tokoh terkorupsi tahun 2024 oleh Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP).
Menurut Virdika, rekam jejak Jokowi tersebut telah tercatat dalam ingatan politik internasional. Meskipun hanya masuk nominasi, reputasi Jokowi telah dikaitkan dengan isu korupsi.
“Mengutus Jokowi sama saja dengan mengirimkan pesan yang blunder. Indonesia mengirimkan sosok yang dicurigai oleh publik global, ke sebuah acara yang dijaga ketat secara moral. Ini bukan hanya masalah hukum, tapi soal pesan politik yang disampaikan,” ungkap Virdika saat dihubungi pada Kamis, 24 April 2025.
Paus Fransiskus menghembuskan napas terakhir pada usia 88 tahun, Senin, 21 April 2025, di Casa Santa Marta. Sebelum meninggal dunia, Paus sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Poliklinik Agostino Gemelli pada Jumat, 14 Februari 2025. Ia menderita bronkitis yang kemudian berkembang menjadi pneumonia ganda.
Paus pernah mengalami radang selaput dada saat masih muda dan sebagian paru-parunya telah diangkat. Dokter sebelumnya menyarankan agar Fransiskus beristirahat selama dua bulan di kediamannya, Casa Santa Marta, untuk proses pemulihan.
Hendrik Yaputra berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: Respons Kemenhan soal Forum Purnawirawan TNI Usul Ganti Gibran sebagai Wapres