“`html
Kabar gembira datang dari Kementerian Kebudayaan, yang secara resmi telah mendaftarkan tempe sebagai kandidat Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan ke UNESCO, badan PBB yang fokus pada pelestarian kebudayaan. Inisiatif ini merupakan wujud komitmen pemerintah dalam melestarikan dan merawat warisan budaya yang telah berurat akar dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Menurut Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, tujuan utama dari pengajuan ini bukan semata-mata mencari pengakuan internasional, melainkan sebagai upaya konkret untuk menjamin kelestarian tradisi dan memastikan pewarisannya kepada generasi mendatang.
“Dengan masuknya Tempe ke dalam daftar Intangible Cultural Heritage (ICH) UNESCO, posisi tempe sebagai warisan budaya yang wajib dilindungi akan semakin kokoh. Hal ini juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran global tentang nilai budaya, manfaat gizi dan kesehatan, serta keberlanjutan tempe,” ungkap Fadli Zon seperti yang dikutip dari Antara, Minggu (6/4).
Menariknya, kata “tempe” telah tercatat dalam Serat Centhini, sebuah naskah sastra Jawa dari abad ke-19, yang menggambarkan kehidupan masyarakat Jawa pada abad ke-16. Hal ini menunjukkan bahwa tempe telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia selama berabad-abad.
Pengajuan tempe sebagai warisan budaya takbenda juga merupakan langkah strategis dalam memperkuat posisinya sebagai elemen penting dari identitas budaya nasional yang memiliki dampak yang luas dan mendalam.
Fadli Zon menekankan bahwa tempe lebih dari sekadar makanan sehari-hari; ia adalah representasi dari pengetahuan, budaya, dan teknologi pangan tradisional yang terus hidup dan berkembang lintas generasi di Indonesia.
Selain tempe, elemen-elemen budaya lainnya seperti Teater Mak Yong dan Jaranan juga turut diajukan. Teater Mak Yong dinominasikan sebagai warisan budaya takbenda sebagai perluasan dari Mak Yong Malaysia, sementara seni pertunjukan dan ritual Jaranan diajukan bersama dengan Suriname.
Mak Yong dari Malaysia telah diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO pada tahun 2008. Seni pertunjukan tradisional ini kemudian menyebar ke Indonesia, khususnya ke wilayah Kepulauan Riau, sejak sekitar abad ke-19.
Fadli Zon menyatakan bahwa nominasi sebagai ekstensi dari warisan budaya Mak Yong adalah langkah krusial dalam memperkuat hubungan budaya antara Indonesia dan Malaysia. Menurutnya, tujuan dari pengajuan ekstensi ini bukan hanya untuk memperluas pengakuan, tetapi juga untuk menumbuhkan rasa saling menghargai dan membangun kolaborasi internasional yang lebih solid.
“Melalui pengajuan ekstensi ini, Indonesia menunjukkan komitmennya untuk berpartisipasi aktif dalam pelestarian Mak Yong sebagai seni pertunjukan tradisional yang kaya akan nilai-nilai budaya. Kami berharap kerja sama dengan Malaysia akan semakin erat, sehingga upaya pelindungan dan pengembangan Mak Yong dapat terus berkelanjutan,” kata Fadli Zon dengan penuh harap.
Proses pengajuan suatu objek sebagai Warisan Budaya Takbenda dimulai dengan penyusunan dokumen nominasi yang melibatkan partisipasi aktif dari komunitas budaya, akademisi, dan pemerintah daerah, yang difasilitasi oleh Kementerian Kebudayaan. Proses ini melibatkan kajian literatur yang mendalam, survei lapangan, wawancara, dan dokumentasi yang komprehensif.
Dokumen nominasi telah dirampungkan sesuai dengan standar yang ditetapkan dan siap untuk dievaluasi oleh badan penilai UNESCO. Formulir pengusulan telah disampaikan kepada Sekretariat UNESCO melalui delegasi tetap Indonesia di Paris sebelum tanggal 31 Maret 2025.
Fadli Zon juga mengungkapkan bahwa Indonesia membuka peluang untuk menjajaki nominasi bersama dengan negara-negara yang memiliki kedekatan sejarah dan budaya, seperti Suriname. Kedekatan ini tercermin dari warisan sastra dan bahasa yang masih terjaga, terutama di kalangan komunitas diaspora Jawa di Suriname.
“Kami melihat potensi besar untuk berkolaborasi dalam pengajuan nominasi aksara tradisional, seperti aksara Jawa atau aksara Pegon. Saya yakin kolaborasi budaya ini memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut,” pungkas Fadli Zon dengan optimisme.
“`