Di tengah kekhawatiran global akan dampak kebijakan tarif tinggi yang diterapkan Presiden AS Donald Trump, pasar modal Indonesia diyakini akan tetap tangguh. Meskipun demikian, potensi penghentian sementara perdagangan saham, atau trading halt, diperkirakan kecil.
Myrdal Gunarto, Ekonom Global Markets Maybank Indonesia, berpendapat bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kemungkinan tidak akan sampai mengalami trading halt, meskipun koreksi minor tetap mungkin terjadi.
“Kemungkinan trading halt kecil, namun saya memperkirakan IHSG akan menguji level *support* terdekat di 6.319 pada pekan depan,” kata Myrdal kepada kumparan, Minggu (6/4).
Myrdal menjelaskan bahwa pasar valuta asing (valas) dan kondisi keuangan Indonesia diperkirakan akan menunjukkan volatilitas yang lebih tinggi saat perdagangan kembali dibuka setelah periode libur panjang.
“Investor, baik lokal maupun asing, kemungkinan akan mengambil langkah aman dengan melakukan aksi *profit taking* atau *cut loss* seiring tingginya volatilitas pasar saat ini,” imbuhnya.
Menurut prediksinya, IHSG akan terus mengalami fluktuasi dalam waktu dekat, namun dampaknya diperkirakan tidak akan terlalu besar. “Pastinya akan ada proyeksi, tetapi tidak akan separah bulan lalu,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa daya tarik pasar saham Indonesia akan semakin kuat seiring dengan dimulainya musim pembagian dividen. “Ini menjadi salah satu faktor yang menarik investor, terutama karena valuasi emiten *blue chips* juga sudah menarik,” tambahnya.
Sementara itu, analis Panin Sekuritas, Felix Darmawan, berpendapat bahwa kebijakan tarif Trump memberikan tekanan yang cukup signifikan pada IHSG. “Semoga saja tidak sampai terjadi trading halt. Kebijakan tarif Trump memang menjadi penyebab utama penurunan bursa saham global dalam beberapa hari terakhir,” ungkapnya.
Felix juga menyoroti pelemahan nilai tukar rupiah yang mendekati level Rp 17.000 per dolar AS sebagai katalis negatif tambahan. Kondisi ini, menurutnya, berpotensi mendorong investor, khususnya investor asing, untuk menarik dana dari pasar domestik.
Ia memprediksi bahwa reaksi investor pada pembukaan perdagangan Selasa pagi kemungkinan akan negatif karena mereka mulai memperhitungkan (price in) perkembangan di pasar global. “Kita perlu wait and see dulu bagaimana langkah pemerintah Indonesia dalam merespons kebijakan tarif Trump ini. Jika kompromi dapat dicapai, peluang untuk membalikkan sentimen menjadi positif sangat terbuka,” tambahnya.
Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia, Jeffrey Hendrik, mencatat bahwa nilai Indeks JCI (Jakarta Composite Index) Indonesia setelah pengumuman kebijakan tarif Trump tetap berada di level 6.510,62 sebelum dan sesudah konferensi pers. Ini menunjukkan bahwa tidak ada fluktuasi atau reaksi pasar yang signifikan pada saat itu.
“Jika kita melihat data, bursa-bursa negara Asia yang terkena tarif tinggi tidak mengalami dampak negatif yang signifikan. Sebaliknya, bursa negara Eropa dan Amerika yang terdampak signifikan,” jelas Jeffrey.
Ia menyarankan agar investor tidak panik dan melakukan analisis secara seksama serta mengambil keputusan investasi secara rasional.