Jakarta, RAGAMUTAMA.COM – Pasar modal Indonesia bersiap untuk memulai perdagangan kembali pada hari Senin, 7 April 2025, setelah menikmati libur panjang Idul Fitri yang dimulai sejak 28 Maret 2025. Para analis memprediksi bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan menghadapi periode volatilitas yang cukup tinggi, terutama dipicu oleh pengumuman kebijakan tarif resiprokal yang kontroversial dari Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.
Nafan Aji Gusta, seorang Senior Market Analyst di Mirae Asset Sekuritas, menjelaskan bahwa kebijakan tarif resiprokal yang dilontarkan oleh Trump beberapa waktu lalu telah menciptakan guncangan di berbagai bursa saham global, dan diperkirakan akan memberikan dampak signifikan terhadap pergerakan IHSG pada hari Senin.
“Meskipun demikian, kita tetap harus mencermati bagaimana kinerja bursa global pada hari Senin, karena hal ini akan menjadi faktor penentu yang krusial. Apabila sentimen negatif masih terasa kuat, saya berpendapat bahwa ini akan meningkatkan volatilitas pergerakan IHSG,” ungkap Nafan kepada RAGAMUTAMA.COM, pada hari Minggu (6/4/2025).
1. Potensi trading halt
Nafan juga menyinggung kemungkinan terjadinya *trading halt*, atau penghentian sementara perdagangan saham, di pasar modal pada hari Senin.
Menurutnya, *trading halt* dapat dianggap sebagai respons yang wajar, mengingat sentimen global yang tengah berkembang saat ini, ditambah dengan periode libur perdagangan yang relatif panjang.
“Adanya potensi *trading halt* adalah hal yang wajar untuk diperbincangkan, mengingat kita telah melewati masa libur sejak tanggal 28 Maret lalu. Oleh karena itu, sangat mungkin akan terjadi *gap* pada saat pembukaan IHSG. Kita juga perlu memperhatikan bagaimana perkembangan indeks global pada hari Senin,” jelasnya.
Vietnam Lobi Trump, Tarif 46 Persen Bisa Dibatalkan?
Vietnam Lobi Trump, Tarif 46 Persen Bisa Dibatalkan?
2. Penurunan IHSG
Seperti yang telah diberitakan sebelumnya, perekonomian Indonesia diperkirakan akan merasakan dampak yang cukup signifikan akibat kebijakan Presiden Trump yang menaikkan tarif impor terhadap sejumlah negara, termasuk Indonesia.
IHSG diproyeksikan akan mengalami pelemahan yang cukup dalam pada saat pembukaan perdagangan perdana setelah libur Idul Fitri 2025. Proyeksi ini disampaikan secara langsung oleh Ibrahim Assuaibi, seorang Pengamat pasar keuangan, dalam pernyataan resminya pada hari Kamis (3/4/2025).
“Indeks Harga Saham Gabungan kemungkinan besar akan mengalami penurunan yang signifikan, sekitar 2 hingga 3 persen, pada perdagangan hari Senin. Hal ini disebabkan oleh dampak perang dagang yang cukup besar, terutama karena Indonesia telah termasuk dalam daftar negara yang dikenakan biaya impor oleh Amerika,” papar Ibrahim.
Tarif Dagang Trump Picu Polemik karena Mirip Rumusan AI
Tarif Dagang Trump Picu Polemik karena Mirip Rumusan AI
3. Bursa saham global rontok
Sementara itu, di belahan dunia lain, pasar saham global mengalami penurunan tajam dan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) menyentuh titik terendahnya dalam enam bulan terakhir, menyusul pengumuman kenaikan tarif impor barang oleh Presiden Trump.
Kondisi ini menjadi bukti nyata bahwa kebijakan terbaru Trump berpotensi mengganggu rantai pasokan global dan memicu gejolak ekonomi di berbagai negara.
Mengutip laporan dari The Guardian, pasar Eropa dibuka dengan sentimen yang lebih rendah pada hari Kamis (3/4/2025) setelah terjadi aksi jual besar-besaran di seluruh pasar Asia. Di sisi lain, pasar berjangka AS mengindikasikan penurunan serupa pada saat pembukaan Wall Street.
Di London, indeks FTSE 100 mengalami penurunan sebesar 1,3 persen, sementara Dax Jerman anjlok sebesar 1,6 persen, dan CAC Prancis merosot sebesar 1,8 persen.
Penurunan tajam di berbagai pasar saham dunia ini dipicu oleh aksi jual besar-besaran di Asia, di mana beberapa negara di kawasan tersebut terkena dampak kenaikan tarif tertinggi di atas ambang batas dasar 10 persen yang ditetapkan oleh AS.
Indeks Nikkei dan Topix di Jepang mengalami penurunan masing-masing sebesar 3,3 persen dan 3,5 persen setelah Trump mengenakan tarif sebesar 24 persen terhadap produk-produk asal Jepang. Selain itu, Hang Seng Hong Kong turun sebesar 1,9 persen, dan pasar saham Vietnam anjlok sebesar 6,7 persen setelah dikenakan tarif sebesar 50 persen.
Sementara itu, kontrak berjangka AS juga mencatatkan kerugian yang signifikan, dengan kontrak berjangka Dow turun sebesar 2,1 persen dan kontrak berjangka S&P 500 turun sekitar 3 persen.
Kontrak berjangka Nasdaq, yang berfokus pada sektor teknologi, menjadi yang paling terpukul dari ketiga pasar utama, dengan penurunan sebesar 3,5 persen. Saham-saham seperti Apple, yang masih memiliki eksposur besar ke pasar China, anjlok sebesar 7 persen. Nike mengalami penurunan serupa sebesar 7,3 persen, perusahaan pembuat chip AI Nvidia turun sebesar 5,6 persen, dan Tesla anjlok lebih dari 8 persen.