Ragamutama.com JAKARTA. Beberapa bank digital menunjukkan sikap konservatif dengan mempertahankan suku bunga deposito mereka di bulan April ini. Penyesuaian suku bunga deposito tampaknya belum menjadi prioritas, terutama karena Bank Indonesia (BI) masih mempertahankan suku bunga acuannya (BI rate) di angka 5,75%.
Contohnya, PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI). Bank dengan kode saham BBHI ini masih menawarkan suku bunga deposito tertinggi sebesar 7,50% dan terendah 5% per tahun. Tingkat suku bunga ini sebenarnya sudah berlaku sejak semester kedua tahun 2024.
Menurut Direktur Utama BBHI, Indra Utoyo, strategi mempertahankan suku bunga tersebut terbukti cukup efektif dalam mendukung performa bank. Hal ini tercermin dari pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang mencapai Rp 6,10 triliun pada tahun 2024, mengalami peningkatan signifikan sebesar 24,4% dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp 4,90 triliun. Deposito menjadi kontributor terbesar, dengan nilai mencapai Rp 5,31 triliun.
Hingga saat ini, BBHI belum memiliki rencana untuk melakukan perubahan pada suku bunga deposito dalam waktu dekat. “Kami mempertimbangkan kondisi makroekonomi yang penuh tantangan, termasuk tekanan likuiditas yang masih terasa dan persaingan DPK yang semakin ketat,” jelas Indra kepada Kontan, Kamis (24/4).
Bank-Bank Besar Belum Pangkas Bunga Deposito, Ini Pemicunya
Indra menambahkan bahwa pertumbuhan kredit digital yang dicatatkan BBHI perlu diimbangi dengan pertumbuhan pendanaan yang seimbang, demi menjaga rasio loan to deposit (LDR) tetap optimal.
Berdasarkan laporan keuangan BBHI, penyaluran kredit tumbuh 1,7% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 6,95 triliun per Maret 2025, dibandingkan dengan Rp 6,83 triliun pada Maret 2024.
PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) juga belum berencana untuk mengubah suku bunga deposito yang saat ini berada di level tertinggi 6%.
Direktur Keuangan Bank Raya, Rustarti Suri Pertiwi, mengungkapkan bahwa Bank Raya selalu mempertimbangkan kondisi likuiditas serta dinamika industri perbankan secara keseluruhan dalam menentukan kebijakan suku bunga deposito. “Bank Raya terus melakukan evaluasi terhadap suku bunga yang ditawarkan, dan hingga saat ini, belum ada perubahan yang dilakukan,” kata Rustarti.
Pada bulan Februari tahun ini, Bank Raya mencatatkan pertumbuhan tipis pada DPK, menjadi Rp 8,08 triliun, sedikit meningkat dibandingkan dengan Rp 8,06 triliun pada Februari 2024. Total deposito yang tercatat mencapai Rp 5,95 triliun.
Di bulan Februari tahun ini, LDR Bank Raya tercatat sebesar 87,9%.
Rustarti juga menyoroti bahwa produk Digital Saving Bank Raya mengalami lonjakan sebesar 40,7% YoY, mencapai Rp 1,2 triliun pada periode yang sama.
Bank Raya berencana untuk terus mengembangkan produk ini sebagai upaya untuk menekan *cost of fund*. Menurut Rustarti, produk ini menawarkan biaya dana yang relatif lebih rendah.
Selain itu, Bank Raya juga akan mengembangkan produk-produk inovatif lainnya, seperti Saku Bisnis yang dirancang untuk membantu pengusaha UMKM dalam mengelola keuangan pribadi dan bisnis, serta Saku Bareng yang secara khusus dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan keuangan komunitas.
“Kami terus menggalakkan berbagai program pemasaran, termasuk pengembangan *loyalty* program yang menawarkan fasilitas bebas biaya administrasi dan bebas biaya transfer, serta menjalin kerja sama dengan berbagai *merchant* untuk memberikan berbagai promo menarik bagi nasabah,” jelas Rustarti.
Strategi serupa juga diterapkan oleh Allo Bank untuk mengendalikan beban *cost of fund*. Indra menjelaskan bahwa BBHI mengantisipasinya dengan menyeimbangkan kualitas aset dan liabilitas bank sejak tahun 2024, sehingga margin keuntungan BBHI tetap terjaga hingga saat ini.
Dalam upaya meningkatkan nilai produk-produknya, BBHI aktif menjalin kerja sama dengan berbagai ekosistem lain melalui penerapan *open banking*, menawarkan berbagai promo menarik seperti diskon dan *cashback*, serta menjalankan kampanye pemasaran digital yang inovatif.
“Kami terus memperluas kemitraan dengan operator seluler, *platform* belanja *online*, dan *merchant* lainnya yang relevan dengan berbagai aspek kehidupan nasabah, dengan tujuan untuk memperluas jangkauan dan meningkatkan penggunaan produk dan layanan Allo Bank,” jelas Indra.
Ini Alasan Bank Digital Masih Tawarkan Bunga Tinggi meski BI Rate Dipangkas
Sementara itu, PT Bank Jago Tbk (ARTO) juga masih mempertahankan rentang suku bunga deposito antara 5-6%.
Direktur Kepatuhan sekaligus Sekretaris Perusahaan Bank Jago, Tjit Siat Fun, menjelaskan bahwa penyesuaian suku bunga melibatkan pertimbangan berbagai faktor, termasuk kondisi perekonomian domestik maupun global.
Dia juga menekankan bahwa suku bunga bukanlah satu-satunya faktor yang menjadi pertimbangan nasabah dalam memilih produk bank.