Suku Bunga BI Bertahan di Level 5,75%, Cek Rekomendasi Saham Emiten Properti

- Penulis

Jumat, 21 Februari 2025 - 08:47 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

RAGAMUTAMA.COM – JAKARTA. Kinerja emiten properti masih belum mendapatkan angin segar meskipun ada potensi suku bunga Bank Indonesia (BI) yang lebih rendah.

BI baru saja memutuskan untuk mempertahankan suku bunga atau BI-Rate di level 5,75% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 18-19 Februari 2025.

Pemerintah juga kembali memperpanjang insentif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) Ditanggung Pemerintah (DTP) untuk sektor properti pada tahun 2025. Skema insentif ini masih sama dengan tahun sebelumnya.

Sayangnya, insentif PPN DTP tampaknya tak terlalu mengerek permintaan hunian di tahun lalu. Survei Harga Properti Residensial (SHPR) BI menunjukkan penjualan properti residensial di pasar primer pada kuartal IV-2024 turun, terutama untuk rumah tipe kecil dan menengah.

Sementara, penjualan rumah tipe besar malah mengalami peningkatan.

Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) tumbuh sebesar 1,39% year on year (yoy), sedikit lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan kuartal III 2024 sebesar 1,46% yoy.

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia, Sukarno Alatas melihat, penahanan BI rate di 5,75% secara sentimen masih bersifat netral. 

“BI rate pastinya diharapkan turun guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi, termasuk permintaan properti bisa naik,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (20/2).

Insentif PPN DTP juga dinilai belum berdampak signifikan, karena konsumen masih melihat kondisi ketidakpastian ekonomi global.

“Konsumen bisa saja mengharapkan suku bunga lebih turun, tapi sentimen negatif eksternal secara tidak langsung bisa mempengaruhi arah kebijakan suku bunga domestik,” ungkapnya.

Terkait pergerakan saham emiten properti, Sukarno melihat bahwa belum ada indikasi kuat lagi untuk harganya kembali uptrend.

Pada Kamis, sejumlah saham emiten properti mengalami penurunan sejak awal tahun 2025 alias year to date (YTD).

Baca Juga :  Kinerja Total Bangun Persada

Melansir RTI, saham PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) sudah turun 15,51% YTD. Saham PT Ciputra Development Tbk (CTRA) turun 13,78% YTD. PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) sahamnya juga terkoreksi 4,76% YTD. Senasib, saham PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) juga turun 1,51% YTD.

“Kapan bisa membaik? Pasar bisa saja menunggu hasil laporan keuangan tahun 2024. Sebab, paling tidak ada gambaran prospek ke depan, atau mereka masih akan melihat perkembangan lebih lanjut dari penurunan suku bunga,” katanya.

Sukarno pun merekomendasikan hold untuk CTRA, BSDE, dan PWON dengan target harga masing-masing Rp 1.035 per saham, Rp 1.000 per saham, dan Rp 420 per saham.

Direktur PT Rumah Para Pedagang, Kiswoyo Adi Joe mengatakan, permintaan untuk properti menurun lantaran keputusan masyarakat untuk menahan pengeluaran di tengah ketidakpastian makroekonomi.

“Rumah ini adalah kebutuhan mewah, bukan kebutuhan utama. Mereka pasti lebih mengutamakan pengeluaran untuk kebutuhan utama,” ungkapnya kepada Kontan, Kamis (20/2).

Insentif PPN DTP juga tidak terlalu membantu jika daya beli masyarakat masih rendah. Selain itu, investor juga pasti akan melihat kembali bagaimana implementasi insentif tersebut di tahun ini.

“Mungkin di pertengahan tahun ini baru terlihat akumulasi dari BI Rate dan PPN DTP ke penjualan dan saham emiten properti,” ujarnya.

Baca Juga :  Wall Street Naik Terdorong Kenaikan Saham Apple, Data Inflasi Sesuai Ekspektasi

Menurut Kiswoyo, kinerja BSDE masih menarik untuk diperhatikan lantaran bank tanah alias land bank yang masih besar. Apalagi, harga BSDE saat ini masih terkoreksi, sehingga menjadi momentum bagus bagi investor untuk mulai masuk.

Kiswoyo pun merekomendasikan beli untuk CTRA, SMRA, dan BSDE dengan target harga masing-masing Rp 1.200 per saham, Rp 820 per saham, dan Rp 2.100 per saham.

“Namun, situasinya belum mendukung saat ini. Rekomendasinya beli untuk disimpan sampai 2-3 tahun ke depan,” paparnya.

Senior Market Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta melihat, meskipun suku bunga ditahan pada RDG kemarin, tetapi ada komitmen BI untuk menerapkan kebijakan pelonggaran moneter apabila kondisi domestik dan global mulai kondusif.

“BI berkomitmen untuk mendukung stabilitas moneter dan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Salah satu caranya adalah meningkatkan pertumbuhan kredit lewat penurunan bunga kredit,” ujarnya kepada Kontan, Kamis (20/2).

Dengan langkah itu dan ditambah insentif PPN DTP, diharapkan masyarakat menengah ke bawah bisa mulai kembali membeli properti di tahun 2025. Peningkatan marketing sales para emiten properti nantinya akan diikuti dengan kenaikan harga saham mereka yang terkoreksi dalam belakangan ini.

Nafan pun merekomendasikan accumulative buy untuk SMRA, BSDE, dan PWON dengan target harga masing-masing Rp 444 per saham, Rp 1.025 per saham, dan Rp 440 per saham. 

Berita Terkait

PGAS: Laba Bersih Merosot Tajam Hampir 50% di Kuartal Pertama 2025
Rekomendasi Saham BMRI: Analisis Lengkap Sebelum Membeli
Hari Buruh Besok: Airlangga Kumpulkan Pengusaha Industri Padat Karya
Terungkap: Profil Lengkap Striker Ekonomis Incaran Persija, Statistiknya Mengejutkan!
Wall Street Menguat: Laba Perusahaan dan Tarif Pacu Kenaikan
Huayou Gelontorkan Rp 335 Triliun: Investasi Besar Dongkrak Ekonomi Indonesia?
Kembangkan Logam Tanah Jarang (LTJ), Simak Rekomendasi Saham PT Timah (TINS)
Kenapa Dirut Hartadinata Pilih Investasi Emas Batangan?

Berita Terkait

Rabu, 30 April 2025 - 07:55 WIB

PGAS: Laba Bersih Merosot Tajam Hampir 50% di Kuartal Pertama 2025

Rabu, 30 April 2025 - 07:07 WIB

Rekomendasi Saham BMRI: Analisis Lengkap Sebelum Membeli

Rabu, 30 April 2025 - 07:03 WIB

Hari Buruh Besok: Airlangga Kumpulkan Pengusaha Industri Padat Karya

Rabu, 30 April 2025 - 06:15 WIB

Terungkap: Profil Lengkap Striker Ekonomis Incaran Persija, Statistiknya Mengejutkan!

Rabu, 30 April 2025 - 06:07 WIB

Wall Street Menguat: Laba Perusahaan dan Tarif Pacu Kenaikan

Berita Terbaru