JAKARTA, KOMPAS.com – Walking tour di sekitar tempat tinggal atau sekolah bisa menjadi pilihan alternatif study tour ke luar daerah. Walking tour menawarkan pengalaman wisata edukasi yang berbeda dengan study tour ke tempat-tempat wisata mainstream.
Walking tour merupakan kegiatan tur wisata sembari jalan kaki mengunjungi tempat-tempat yang punya cerita sejarah.
Pegiat budaya sekaligus Pendiri Komunitas Jelajah Budaya, Kartum Setiawan mengatakan, ada banyak tempat di sekitar tempat tinggal atau sekolah yang lebih banyak bisa dieksplorasi dari sisi sejarah dan budaya lewat walking tour.
Menurut Kartum, tak semua tempat bersejarah tak selalu ada di ruang terbuka.
“Tidak semua tempat bersejarah ada di ruang terbuka. Beberapa lokasi ada di jalan yang sempit dan tidak bisa diakses oleh kendaran roda empat dengan walking tour juga banyak yang bisa dijelaskan,” kata Kartum saat dihubungi Kompas.com, Rabu (25/2/2025) malam.
Baca juga: Study Tour Dilarang, Sekolah Bisa Cari Lokasi Gratis seperti Museum
Kartum menambahkan, walking tour juga relatif murah lantaran dilakukan tak jauh dari tempat tinggal ataupun sekolah. Selain itu, walking tour juga bermanfaat dari segi kesehatan.
“Dari segi biaya lebih murah, kalau jarak yg gak bisa terlalu jauh ya, tapi dari kesehatan sih sangat bermanfaat juga, Kalau walking tour kita bisa jalan kaki kisaran 2-5 kilometer kira-kira ya, bisa lebih juga,” ujar Kartum.
Ia menambahkan, pihak sekolah bisa menggandeng komunitas-komunitas sejarah di kota-kota setempat untuk kegiatan walking tour Para komunitas tersebut bisa dijadikan pemandu wisata untuk anak-anak sekolah saat walking tour.
“Sekolah juga bisa kolaborasi dengan komunitas sejarah di daerah yang sekarang banyak bermunculan, mereka paham sejarah lokal dan tinggal budayanya,” tambah Kartum.
Baca juga: 6 Kegiatan Pengganti Study Tour yang Menarik dan Edukatif
Menurutnya, komunitas sejarah saat ini bertumbuh pesat dibandingkan 10 tahun yang lalu.
Kartum mengatakan, ada beberapa rute walking tour yang menawarkan pengetahuan sejarah. Sejauh ini, walking tour biasanya diikuti oleh warga berusia di atas 20 tahun ke atas.
“Iya kayaknya Gen Z lebih sedikit kalau dilihat trennya ya. Di atas 20 tahun, ada beberapa yang masih sekolah, tapi karena faktor diajak orang tuanya. Untuk rute mengenai kereta api, justru faktor dari anaknya yang memang suka dengan sejarah kereta api. Jadi tergantung rute juga ya,” pungkas Kartum.
Study Tour Dilarang
Kegiatan study tour menjadi polemik di berbagai daerah. Tiga pemerintah provinsi yaitu Jawa Barat, Banten, dan Bengkulu melarang sekolah untuk melakukan study tour.
Pelarangan study tour dilatari oleh keluh kesah para orangtua terkait biaya yang memberatkan dan efektivitas pendidik.
Selain itu, ada juga soal keselamatan siswa di tengah banyaknya kasus kecelakaan bus di berbagai kota saat pergi study tour.
Study tour diadakan oleh pihak sekolah untuk memberikan pengalaman belajar di luar kelas, dengan mengunjungi tempat-tempat bersejarah atau objek wisata yang relevan dengan materi pelajaran.