Strategi Dana Pensiun Hadapi Pasar Saham Bearish: Serok Bawah?

- Penulis

Rabu, 9 April 2025 - 12:11 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

“`html

Ragamutama.com, JAKARTA — Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kini tengah menghadapi tantangan besar, tertekan oleh sentimen negatif dari perang dagang dan ketegangan geopolitik global. Di tengah situasi ini, sejumlah saham dengan fundamental yang solid justru diperdagangkan dengan valuasi yang menarik. Lantas, bagaimana strategi yang diterapkan oleh perusahaan pengelola dana pensiun (dapen) dalam menghadapi kondisi pasar seperti ini?

Menurut data terbaru dari Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG mengalami penurunan signifikan sebesar 7,90% atau setara dengan 514,47 poin, menutup perdagangan pada level 5.996,1 pada hari Selasa, 8 April 2025. Secara kumulatif, IHSG telah terkoreksi sebesar 15,31% sejak awal tahun (year to date/YtD), mencerminkan tekanan yang cukup besar sejak pembukaan perdagangan pertama di tahun 2025.

Hingga hari kemarin, beberapa saham dengan kapitalisasi pasar terbesar juga mengalami penurunan harga hingga mencapai level yang dianggap ‘murah’. Contohnya, saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) diperdagangkan pada harga Rp7.775 per saham, PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) Rp4.670 per saham, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) Rp3.640 per saham, PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) Rp4.610 per saham, dan PT Barito Renewables Energy Tbk. (BREN) Rp4.740 per saham.

Bambang Sri Muljadi, Staf Ahli Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI), berpendapat bahwa dalam situasi pasar yang tidak menentu seperti saat ini, dana pensiun cenderung memilih untuk menunggu dan melihat perkembangan kondisi pasar yang lebih stabil.

“Dana pensiun belum tentu akan meningkatkan alokasi portofolio saham mereka, meskipun harga saham turun secara signifikan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya faktor pendukung untuk melakukan penambahan, bahkan ada banyak faktor negatif yang berpotensi memperburuk kinerja harga saham,” jelasnya kepada Bisnis pada hari Rabu, 9 April 2025.

: Rekomendasi Saham dan Pergerakan IHSG Hari Ini, Rabu 9 April 2025

Baca Juga :  Bumi Serpong Damai (BSDE) Rampungkan Tender Offer 333,01 Juta Saham SMDM

Di tengah volatilitas pasar saham yang tinggi, dana pensiun cenderung menerapkan strategi investasi yang lebih berhati-hati, dengan fokus pada portofolio fixed income yang menawarkan risiko yang lebih terukur.

Sementara itu, Direktur Utama Dapen BCA, Budi Sutrisno, mengungkapkan bahwa saat ini, alokasi portofolio saham yang dimiliki oleh Dapen BCA relatif kecil. Dapen BCA juga akan mempertahankan sikap konservatif dalam merespons penurunan pasar saham yang disebabkan oleh dampak tarif impor yang diberlakukan oleh pemerintahan Trump.

Budi menambahkan bahwa pihaknya secara rutin melakukan pemantauan pasar dan berhati-hati dalam melakukan penempatan dana di instrumen saham. Fokus utama Dapen BCA saat ini adalah menjaga likuiditas portofolio.

“Prioritas utama kami dalam kondisi seperti ini adalah menjaga likuiditas dan mengutamakan instrumen jangka pendek yang lebih stabil dan mudah dicairkan. Tujuannya adalah untuk menjaga fleksibilitas portofolio dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global,” kata Budi kepada Bisnis pada hari Selasa, 8 Mei 2025.

Dapen BCA berupaya untuk menjaga stabilitas portofolio dengan meningkatkan porsi investasi pada instrumen berisiko rendah dan jangka pendek, seperti deposito dan Surat Berharga Negara (SBN) dengan tenor pendek.

“Langkah ini bertujuan untuk menjaga likuiditas dan mengantisipasi volatilitas pasar,” tegasnya.

: Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar AS Hari Ini, Rabu 9 April 2025

Sebelumnya, Equity Research Analyst Panin Sekuritas, Felix Darmawan, berpendapat bahwa terdapat potensi masuknya dana dari lembaga pengelola aset investasi jangka panjang seperti dana pensiun di tengah kinerja pasar saham yang sedang lesu. Namun, hal ini sangat bergantung pada risk appetite dari masing-masing lembaga, termasuk dana pensiun.

“Jika [dapen] memiliki profil risiko yang agresif, maka porsi investasi di ekuitas akan dominan. Jika beberapa saham yang masuk ke dalam universe investasi mereka secara valuasi sudah menarik, maka ini bisa menjadi peluang bagi dapen,” ujar Felix.

Baca Juga :  Rupiah Melemah: Sentimen Eksternal Jadi Pemicu Utama?

Investment Analyst PT Capital Asset Management, Martin Aditya, juga menilai bahwa saham sebenarnya merupakan instrumen investasi yang menarik dan berpotensi menghasilkan imbal hasil yang cukup kompetitif, terutama untuk investasi jangka panjang, asalkan pemilihan stock universe sesuai dengan kebutuhan investasi. Akan tetapi, pemilihan saham dan penentuan momentum yang tepat sangatlah krusial.

Martin mengatakan bahwa di tengah kondisi pasar saham yang sedang lesu, kehadiran dana pensiun dapat memberikan dorongan positif bagi pasar.

“Untuk saat ini, potensi [kehadiran dapen di pasar saham] sangat besar, terutama pada emiten dengan kapitalisasi besar seperti sektor perbankan. Hal ini disebabkan oleh potensi dividend yield yang semakin menarik dan valuasi emiten-emiten di IHSG yang sudah hampir setara dengan level saat pandemi Covid-19 pada tahun 2020,” tuturnya.

: Menilik Kans Dapen, BPJS TK hingga Taspen Masuk ke Saham saat IHSG Amblas

Dia menjelaskan bahwa lembaga pengelola dana jangka panjang seperti dana pensiun dapat memberikan suntikan likuiditas yang signifikan ke pasar saham, mengingat total aset yang dikelola sangat besar.

Dalam hal pengelolaan risiko, dia menjelaskan bahwa selama pemilihan saham didasarkan pada likuiditas harian yang tinggi dan fundamental perusahaan yang sangat kuat, seharusnya tidak menjadi masalah. Selain itu, selama lembaga pengelola dana jangka panjang mematuhi aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), risiko yang berlebihan dapat diminimalisir.

“Selain itu, diversifikasi portofolio juga penting. Jangan terlalu overweight pada beberapa sektor saja. Lebih aman jika bobot investasi dialokasikan secara merata pada sektor-sektor yang telah dipilih, sehingga mengurangi risiko kerugian. Namun, kekurangannya adalah potensi return yang dihasilkan mungkin tidak sebesar jika overweight pada beberapa sektor tertentu,” tutur Martin.

“`

Berita Terkait

UMK Merapat! BPJPH Buka 1 Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis
Komut JTPE Diperiksa KPK Terkait Transaksi Saham Taspen Kosasih
Dolar AS Menguat: Investor Indonesia Pantau Ketat Sinyal The Fed!
Laris Manis! Warga Serbu Emas Antam: Investasi Aman Masa Depan
IHSG Menguat di Awal Sesi, Ikuti Tren Positif Bursa Asia?
BUMN: Penopang Utama dan Daya Tarik Investasi Pasar Saham?
Kapitalisasi Pasar BEI Berubah: BBCA Ungguli BREN, Analis Beri Rekomendasi Saham
IHSG Berpotensi Naik Turun: Analisis Saham BSDE, SIDO, BRPT Terbaru

Berita Terkait

Rabu, 16 April 2025 - 10:27 WIB

UMK Merapat! BPJPH Buka 1 Juta Kuota Sertifikasi Halal Gratis

Rabu, 16 April 2025 - 10:03 WIB

Komut JTPE Diperiksa KPK Terkait Transaksi Saham Taspen Kosasih

Rabu, 16 April 2025 - 09:35 WIB

Laris Manis! Warga Serbu Emas Antam: Investasi Aman Masa Depan

Rabu, 16 April 2025 - 09:31 WIB

IHSG Menguat di Awal Sesi, Ikuti Tren Positif Bursa Asia?

Rabu, 16 April 2025 - 09:11 WIB

BUMN: Penopang Utama dan Daya Tarik Investasi Pasar Saham?

Berita Terbaru

general

Harga Emas Antam Hari Ini

Rabu, 16 Apr 2025 - 10:31 WIB

society-culture-and-history

9 Patung Yesus Tertinggi di Dunia: Salah Satunya Megah Berdiri di Indonesia!

Rabu, 16 Apr 2025 - 09:47 WIB