Jakarta, RAGAMUTAMA.COM – Singapura tengah gencar melakukan perundingan dengan Amerika Serikat (AS) untuk memperoleh keringanan dalam bidang perdagangan, terutama yang berkaitan dengan sektor farmasi dan cip kecerdasan buatan (AI). Langkah ini diambil sebagai respons terhadap potensi pengenaan tarif oleh Presiden AS Donald Trump, yang dapat mengancam ekspor utama Singapura.
Inisiatif ini dipimpin langsung oleh Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Perdagangan Gan Kim Yong, yang telah berdialog dengan Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick. Perundingan tersebut, yang diadakan pada Jumat (25/4), bertujuan untuk mempertahankan akses Singapura ke pasar AS sekaligus menjamin ketersediaan cip AI yang sangat penting bagi perkembangan industri di negara tersebut.
1. Farmasi menjadi prioritas utama dalam negosiasi
Sektor farmasi merupakan pilar penting dalam ekspor Singapura ke AS, dengan kontribusi lebih dari 10 persen dari total nilai ekspor ke negara tersebut. Potensi pemberlakuan tarif oleh pemerintahan Trump, khususnya yang menyasar produk farmasi, mendorong Singapura untuk mengupayakan pengecualian tarif guna melindungi sektor vital ini dari dampak ekonomi yang signifikan.
“Farmasi memiliki arti yang sangat penting bagi kami, dan kami berupaya semaksimal mungkin untuk mendapatkan konsesi yang memungkinkan kami untuk tetap kompetitif di pasar AS,” ujar Gan Kim Yong, seperti yang dikutip dari The Straits Times.
Dalam pertemuannya dengan Lutnick, Gan menjelaskan bahwa Singapura telah menerapkan sistem pengendalian ekspor yang ketat, yang mencerminkan komitmen negara tersebut untuk bekerja sama dengan AS dalam menjaga stabilitas perdagangan bilateral.
Singapura-China Masih Jadi Penyumbang Investasi Asing Terbesar ke RI
Singapura-China Masih Jadi Penyumbang Investasi Asing Terbesar ke RI
2. Akses terhadap cip AI di tengah pembatasan ekspor
Selain sektor farmasi, Singapura juga memfokuskan perhatian pada keberlanjutan akses terhadap cip AI berteknologi tinggi dari AS, yang sangat penting bagi kemajuan industri teknologi dan inovasi di negara tersebut. Pemerintah AS baru-baru ini memperketat regulasi ekspor cip, termasuk pembatasan terhadap perusahaan seperti Nvidia, yang menimbulkan kekhawatiran di Singapura.
“Kami menjelaskan kepada Sekretaris Lutnick bahwa sistem pengendalian ekspor kami sejalan dengan standar yang diterapkan oleh AS, dan kami tidak mendukung segala bentuk pelanggaran terhadap pembatasan ini,” jelas Gan, seperti yang dilansir dari Channel News Asia.
Pada Minggu (27/4), Gan menegaskan bahwa AS menunjukkan ketertarikan untuk mencari solusi inovatif guna memperkuat hubungan perdagangan, termasuk memastikan pasokan cip ke Singapura tanpa mengorbankan keamanan nasional AS.
3. Tantangan ekonomi dan agenda pemilu yang membayangi
Perundingan ini berlangsung di tengah ketidakpastian ekonomi global dan tekanan domestik di Singapura, dengan agenda pemilu umum yang dijadwalkan pada 3 Mei 2025. Potensi pengenaan tarif dan pembatasan ekspor dari AS berisiko memperburuk prospek ekonomi Singapura, yang sangat bergantung pada perdagangan bebas dan rantai pasokan global.
“Kita menghadapi potensi penurunan ekonomi, dan konsesi ini sangat krusial untuk mempertahankan daya saing kita,” tegas Gan, seperti yang dikutip dari Devdiscourse.
Lutnick menegaskan bahwa tarif dasar sebesar 10 persen tidak dapat dinegosiasikan, namun ia memberikan sinyal positif terkait kemungkinan solusi khusus bagi mitra dagang strategis seperti Singapura, yang memberikan harapan untuk kelanjutan diskusi intensif dalam waktu dekat.
Isu Tarif AS Bayangi Pemilu Singapura Mei Mendatang
Isu Tarif AS Bayangi Pemilu Singapura Mei Mendatang