Simak Rekomendasi Saham Emiten EBT di Tengah Sentimen Eksternal dan Domestik

- Penulis

Minggu, 2 Februari 2025 - 10:06 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Industri Energi Baru dan Terbarukan (EBT) masih dikelilingi sejumlah eksternal dan domestik. Sentimen tersebut berpotensi memengaruhi prospek kinerja dan pergerakan saham emiten dengan bisnis EBT.

Sentimen eksternal cenderung menekan, sejalan dengan sikap Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang lebih condong pada energi berbasis fosil. Trump pun mengambil langkah untuk menarik AS keluar dari Perjanjian Iklim Paris alias Paris Agreement.

Di sisi lain, prospek emiten EBT berpotensi terdongkrak oleh sentimen domestik dengan adanya dukungan pemerintah, melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 5 Tahun 2025.

Beleid ini mengatur skema penjaminan pemerintah serta penanggungan risiko dalam percepatan pengembangan energi terbarukan untuk penyediaan tenaga listrik.

Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Ekky Topan memperkirakan, keluarnya AS dari Perjanjian Iklim Paris berpotensi membawa tekanan bagi industri EBT global. Hanya saja, dampaknya lebih bersifat jangka pendek mengingat tren transisi energi masih menjadi agenda utama di banyak negara, termasuk Indonesia.

Baca Juga: Saham BUMN Ini Diprediksi Beri Dividen Besar 2025, Jangan Telat Beli

Analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Miftahul Khaer sepakat, kebijakan Donald Trump yang cenderung mendorong energi fosil akan memberikan tekanan terhadap industri EBT global atau perusahaan yang punya eksposur internasional. Tapi, dampaknya akan lebih terbatas bagi emiten dengan fokus pengembangan EBT di dalam negeri.

Miftahul pun memprediksi PMK Nomor 5 Tahun 2025 akan lebih berpengaruh terhadap emiten EBT.

“Sentimen domestik lebih berdampak signifikan dibandingkan eksternal, terutama dengan dukungan kebijakan yang mempercepat transisi energi,” kata Miftahul kepada Kontan.co.id, Jumat (31/1).

Setali tiga uang, Research Analyst Lotus Andalan Sekuritas Muhammad Thoriq Fadilla menyebut, prospek industri EBT akan lebih dipengaruhi oleh komitmen pemerintah Indonesia dalam menekan emisi karbon dan merealisasikan transisi energi. Kebijakan yang memberikan kepastian dan insentif lebih signifikan sebagai katalis bagi emiten EBT.

Baca Juga :  Dua Saham Blue Chip Ini Akan Di-buyback, Mana yang Paling Bagus Dibeli?

Dus, Thoriq pun menilai penerbitan PMK Nomor 5 Tahun 2025 akan membawa sentimen positif. “Dukungan regulasi dan komitmen pemerintah dalam pengembangan EBT memberikan prospek positif bagi emiten dan meningkatkan kepercayaan investor,” terang Thoriq.

Sedangkan, Research Analyst Phintraco Sekuritas Muhamad Heru Mustofa menambahkan, PMK Nomor 5 Tahun 2025 berpotensi mempercepat realisasi proyek EBT dalam negeri dengan mengurangi risiko proyek.

Catatan Heru, respons pasar masih cenderung wait and see, terutama untuk mencermati kebijakan Donald Trump di bidang energi dan efek pasca keluarnya AS dari Paris Agreement.

Tapi, Heru menilai kondisi ini hanya akan terjadi dalam jangka pendek. Sektor EBT masih cukup menarik untuk jangka panjang, apalagi dengan adanya dukungan dari pemerintah untuk pengembangan energi bersih di dalam negeri.

Baca Juga: IHSG Menguat 0,41% di Januari, Intip Posisi Saham-Saham Big Caps Pekan Ini

“Akan tetapi, proses transisi ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar, sehingga sektor EBT cukup menarik secara jangka panjang. Meskipun ke depan terdapat beberapa risiko yang perlu dicermati seperti ketergantungan terhadap batubara, kesiapan infrastruktur, hingga teknologi,” terang Heru.

Investment Analyst Edvisor Profina Visindo Ahmad Iqbal Suyudi menyoroti, terbitnya PMK Nomor 5 Tahun 2025 bisa membuka jalan untuk mempercepat peningkatan kapasitas listrik berbasis EBT. Sejalan dengan target bauran EBT dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025 – 2034 yang diprediksi meningkat menjadi sekitar 60%.

Dengan prospek yang cenderung jangka panjang, Iqbal menyarankan selektif memilih saham EBT, termasuk dengan mencermati valuasinya. Melihat posisi saham saat ini, Iqbal menjagokan PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), PT Kencana Energi Lestari Tbk (KEEN) dan PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO).

Ketiga saham tersebut dinilai punya valuasi yang cukup murah berdasarkan Price to Earning (PE) rasio historis dalam satu tahun terakhir. Iqbal menyarankan buy on weakness PGEO. Sedangkan KEEN saat ini masih konsolidasi di area Rp 600 – Rp 660 dan ADRO konsolidasi di Rp 2.300 – Rp 2.400.

Baca Juga :  Kebijakan Tarif Trump Turut Sasar E-Commerce China, Temu Cs. Terancam

Technical Analyst Maybank Sekuritas Satriawan Haryono menyematkan rekomendasi buy untuk saham ADRO, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Arkora Hydro Tbk (ARKO). Masing-masing menyimpan potensi rebound ke area resistance Rp 2.470, Rp 10.000 dan Rp 1.045.

Selain itu, Satriawan menyarankan buy on weakness  PGEO yang sedang menguji support Rp 940. Jika bertahan di level tersebut, PGEO berpotensi rebound menuju Rp 955 – Rp 1.005. Kemudian, buy on weakness PT Hero Global Investment Tbk (HGII) yang sedang menguji support Rp 188, dan jika bertahan berpotensi rebound ke resistance Rp 224.

  ADRO Chart by TradingView  

Miftahul melirik saham ADRO untuk trading buy, dan PT United Tractors Tbk (UNTR) dengan strategi buy on weakness. Sedangkan Heru menyarankan buy on support ADRO di area Rp 2.300 untuk target harga Rp 2.530 – Rp 2.730.

Heru selanjutnya menyarankan wait and see untuk PGEO dan BREN. Pertimbangkan level harga Rp 925 untuk masuk ke saham PGEO dengan target  Rp 1.000 – Rp 1.080. Kemudian area Rp 8.500 untuk level entry BREN, untuk target harga Rp 10.0000 – Rp 10.500.

Thoriq merekomendasikan buy on weakness BREN di harga Rp 9.000 – Rp 9.250 untuk target harga Rp 10.000. Kemudian, speculative buy UNTR di area Rp 24.800 – Rp 24.875 untuk target harga Rp 25.300.

Sedangkan Ekky menjagokan PGEO, ADRO dan UNTR sebagai pilihan jangka panjang, untuk target harga Rp 1.200, Rp 3.000 dan Rp 28.000. Sebagai pilihan jangka pendek, Ekky melirik saham KEEN untuk target harga Rp 680 – Rp 700 per saham.

Berita Terkait

Harga Emas Terkoreksi pada Kamis (6/2) Pagi
Dilanda Aksi Jual, Harga Saham Blue Chip Ini Melemah, Kapan Waktu untuk Beli?
Ramai soal Uang Rp 10.000 Cuma Tampilkan Gambar Pahlawan, Apa Kata BI?
Wall Street Menguat di Tengah Rontoknya Saham Teknologi
Bank Mandiri Catat Pengguna Aplikasi Livin’ Mencapai 29,3 Juta, Nilai Transaksi Tembus Rp 4.027 Triliun
Pak Gunadi Blak-blakan soal Anggaran Gaji PPPK, Waduh
Bersiap, Saham Emiten Hashim (WIFI) Kembali Dibuka Hari Ini (6/2)
Tak Terdampak Kelangkaan Gas 3 Kg, Pengguna Kompor Listrik Lega Tak Perlu Antre Panjang

Berita Terkait

Kamis, 6 Februari 2025 - 08:27 WIB

Harga Emas Terkoreksi pada Kamis (6/2) Pagi

Kamis, 6 Februari 2025 - 08:27 WIB

Dilanda Aksi Jual, Harga Saham Blue Chip Ini Melemah, Kapan Waktu untuk Beli?

Kamis, 6 Februari 2025 - 08:27 WIB

Ramai soal Uang Rp 10.000 Cuma Tampilkan Gambar Pahlawan, Apa Kata BI?

Kamis, 6 Februari 2025 - 08:27 WIB

Wall Street Menguat di Tengah Rontoknya Saham Teknologi

Kamis, 6 Februari 2025 - 08:27 WIB

Bank Mandiri Catat Pengguna Aplikasi Livin’ Mencapai 29,3 Juta, Nilai Transaksi Tembus Rp 4.027 Triliun

Berita Terbaru

public-safety-and-emergencies

Seorang Pelajar Tewas Tertimpa Pohon Tumbang di Gilimanuk

Kamis, 6 Feb 2025 - 08:39 WIB