Ragamutama.com, JAKARTA — Pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS belakangan ini menjadi sorotan, namun Deputi Gubernur Bank Indonesia, Juda Agung, memberikan pandangannya. Ia menilai bahwa level Rupiah saat ini masih berada dalam batas yang terkendali dan belum menimbulkan kekhawatiran berlebihan.
Seperti yang diketahui, Rupiah mengalami tren penurunan dalam beberapa waktu terakhir. Pada perdagangan hari Selasa, 8 April 2025, mata uang Garuda ini kembali ditutup melemah, mencapai level Rp16.891 per Dolar AS. Sebelumnya, sejumlah analis telah memperkirakan bahwa Rupiah berpotensi bergerak menuju kisaran Rp17.000 per Dolar AS.
“Enggak [mengkhawatirkan]. Sudah bagus,” ungkap Juda Agung kepada awak media di sela-sela acara Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden RI yang berlangsung di Menara Mandiri, Jakarta, pada hari Selasa (8/4/2025).
: Rupiah dan IHSG Kompak Nyungsep, Luhut: Tidak Perlu Panik Berlebihan
Lebih lanjut, Juda Agung juga menyatakan bahwa pihaknya belum melihat adanya dampak signifikan dari pelemahan Rupiah terhadap utang korporasi Indonesia yang denominasi Dolar AS.
Menurutnya, Indonesia telah mengambil langkah-langkah antisipatif, termasuk penerapan strategi hedging. Hedging merupakan upaya untuk melindungi nilai aset atau kewajiban dari potensi fluktuasi harga yang tidak diinginkan oleh pasar.
: : Rupiah Merosot 4,49% terhadap Dolar AS Sepanjang 2025, Paling Jeblok di Asia
“Kita kan sudah ada kewajiban hedging dan sebagainya korporasi,” jelas Deputi Gubernur BI yang menjabat sejak tahun 2021 tersebut.
Di sisi lain, Juda Agung tetap optimistis dengan kondisi Rupiah saat ini dan dampaknya terhadap inflasi. Ia menegaskan bahwa tingkat inflasi masih berada dalam kendali.
: : Strategi Bank Jaga Likuiditas Valas di Masa Gelap Rupiah
“Masih rendah terkendali,” imbuhnya.
Berdasarkan data yang dihimpun Bisnis, pada penutupan perdagangan Selasa (8/4/2025), nilai tukar Rupiah berada di level Rp16.891 per Dolar AS. Rupiah tercatat sebagai mata uang yang mengalami penurunan terdalam secara (year to date/YtD) dibandingkan dengan mata uang negara-negara Asia lainnya.
Data dari Bloomberg menunjukkan bahwa Rupiah ditutup melemah sebesar 69,5 poin atau 0,41% ke level Rp16.891 per Dolar AS. Dengan demikian, Rupiah telah mengalami pelemahan sebesar 4,49% sepanjang tahun 2025.
Secara kumulatif sejak awal tahun, Rupiah menjadi mata uang di kawasan Asia yang penurunannya paling signifikan terhadap Dolar AS.
Menurut catatan Bloomberg, selain Rupiah, Baht Thailand juga mengalami penurunan sebesar 1,34% (YtD). Sementara itu, mata uang lain seperti Rupee India turun tipis 0,66%, Yuan China -0,52%, Ringgit Malaysia turun 0,38%, dan Dolar Taiwan turun 0,67% sepanjang tahun berjalan 2025.
Pelemahan Rupiah, serta beberapa mata uang asing lainnya terhadap Dolar AS, turut dipengaruhi oleh sentimen terkait kebijakan tarif impor yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) saat itu, Donald Trump. Indonesia terkena dampak tarif impor sebesar 32%.
Track all markets on TradingView