Rupiah Terkini: Sentuh Rp 16.837, Melemah Dipicu Penguatan Dolar AS

- Penulis

Rabu, 16 April 2025 - 17:43 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ragamutama.com, Jakarta – Pada penutupan perdagangan hari Rabu, 16 April 2025, nilai tukar rupiah mengalami tekanan, tercatat melemah sebesar 10 poin menjadi Rp 16.837 per dolar Amerika Serikat. Analis memproyeksikan bahwa pada sesi perdagangan awal pekan depan, mata uang Garuda ini diperkirakan akan kembali mengalami pelemahan, bergerak dalam rentang Rp 16.830 hingga Rp 16.890.

“Sore ini, rupiah menutup perdagangan dengan pelemahan tipis 10 poin, setelah sebelumnya sempat tertekan hingga 30 poin,” ungkap Pengamat Mata Uang, Ibrahim Assuaibi, dalam keterangan tertulis yang dirilis pada Rabu, 16 April 2025.

Ibrahim menyoroti bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal pertama tahun 2025 diperkirakan akan mengalami perlambatan, dengan proyeksi berada di antara 4,9 persen hingga 5 persen. Angka ini menunjukkan penurunan dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi pada kuartal keempat tahun 2024 yang mencapai 5,02 persen.

Lebih lanjut, pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan untuk tahun ini diperkirakan berada dalam kisaran 4,8 persen hingga 5 persen. Angka ini lebih rendah dari target yang ditetapkan dalam asumsi ekonomi makro tahun 2025, yaitu sebesar 5,2 persen. Bahkan, target ini juga berada di bawah ekspektasi yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2025-2029, yang menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen untuk tahun ini.

Baca Juga :  Wajib Tahu: Tiga Saham Resmi Dikeluarkan dari Indeks MSCI Mei 2025!

Dari perspektif domestik, Ibrahim mengidentifikasi sejumlah tantangan yang berpotensi menghambat laju perekonomian. Tantangan-tantangan tersebut meliputi kebutuhan akan reformasi struktural yang berkelanjutan, efektivitas belanja pemerintah, peningkatan produktivitas sektor riil, efektivitas kebijakan fiskal dan moneter, serta urgensi untuk memperkuat fundamental ekonomi domestik. “Kondisi fiskal di awal tahun ini pun menunjukkan indikasi yang cukup mengkhawatirkan,” imbuhnya.

Sebagai ilustrasi, defisit APBN hingga akhir Maret 2025 telah mencapai Rp 104,2 triliun, yang setara dengan 0,43 persen dari produk domestik bruto (PDB). Angka ini telah mencapai sekitar 16,9 persen dari target defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) tahun 2025, yang ditetapkan sebesar Rp 616,2 triliun atau setara dengan 2,53 persen dari PDB.

“Selain itu, daya beli masyarakat juga masih menunjukkan penurunan, yang ditandai dengan deflasi pada bulan Januari dan Februari 2025. Situasi ini diperparah dengan terjadinya pemutusan hubungan kerja (PHK) dan tingginya angka pengangguran, minimnya penyerapan tenaga kerja, serta sejumlah industri padat karya yang mengalami kesulitan,” jelasnya.

Baca Juga :  Tahun 2024, Laba Gudang Garam (GGRM) Anjlok 81,58%

Di sisi lain, Ibrahim mengamati bahwa investor terus berupaya mencari katalis yang dapat mendorong pemulihan ekonomi yang lebih signifikan. Hal ini disebabkan oleh proyeksi perlambatan pertumbuhan global yang lebih luas, yang dipicu oleh kebijakan tarif AS yang berpotensi membahayakan perekonomian global.

Kebijakan Trump yang menaikkan tarif terhadap barang-barang Cina hingga tingkat yang sangat tinggi telah mendorong Beijing untuk memberlakukan bea balasan atas impor AS. Eskalasi ini memicu perang dagang yang semakin intensif antara dua ekonomi terbesar dunia, yang dikhawatirkan oleh pasar akan memicu resesi global.

“Sebagai indikasi lebih lanjut dari meningkatnya ketegangan, Cina telah menginstruksikan maskapai penerbangannya untuk menunda penerimaan pengiriman jet Boeing sebagai respons terhadap keputusan AS untuk mengenakan tarif sebesar 145 persen pada barang-barang Cina, seperti yang dilaporkan oleh Bloomberg News pada hari Selasa,” pungkasnya.

Pilihan Editor: Saran dari Apindo bagi Pelaku Usaha saat Rupiah Melemah

Berita Terkait

Lindung Nilai: Panduan Lengkap Pengertian, Strategi, Risiko, dan Penerapan Efektif
IHSG Menguat: Peluang Investasi Setelah Kenaikan Poin Signifikan?
Mulai Oktober: AS Tarik Biaya Pelabuhan Baru untuk Kapal China
Otorita IKN Luruskan Heboh Tulisan Lorem Ipsum di Tugu Nol IKN
Emas Batangan Laris Manis: Tips Investasi Aman dari Perencana Keuangan
Chandra Asri Suntik Modal Anak Usaha, Sinyal IPO Chandra Daya Investasi Menguat?
IMF Optimis: Ekonomi Global Kuat, Resesi Terhindar Meski Ada Tarif AS
Investasi Cerdas: 6 Rekomendasi Jam Tangan Bernilai Tinggi

Berita Terkait

Sabtu, 19 April 2025 - 05:35 WIB

Lindung Nilai: Panduan Lengkap Pengertian, Strategi, Risiko, dan Penerapan Efektif

Sabtu, 19 April 2025 - 02:59 WIB

IHSG Menguat: Peluang Investasi Setelah Kenaikan Poin Signifikan?

Jumat, 18 April 2025 - 22:55 WIB

Mulai Oktober: AS Tarik Biaya Pelabuhan Baru untuk Kapal China

Jumat, 18 April 2025 - 22:39 WIB

Otorita IKN Luruskan Heboh Tulisan Lorem Ipsum di Tugu Nol IKN

Jumat, 18 April 2025 - 21:47 WIB

Emas Batangan Laris Manis: Tips Investasi Aman dari Perencana Keuangan

Berita Terbaru

public-safety-and-emergencies

Dramatis di Belize: Warga AS Tikam Tiga Orang, Penumpang Lumpuhkan Pembajak Pesawat

Sabtu, 19 Apr 2025 - 04:40 WIB

society-culture-and-history

Intip 10 Tradisi Paskah Unik Dunia: Meriah dan Tak Terduga!

Sabtu, 19 Apr 2025 - 04:04 WIB