Jakarta, IDN Times – Pergerakan rupiah di pasar spot pada awal perdagangan, Jumat (14/2/2/2025), berada di level Rp16.299 per dolar Amerika Serikat.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah menguat hingga 62 poin atau 0,38 persen dibandingkan penutupan kemarin di level Rp16.361 per dolar AS.
Baca Juga: Mengekor Mata Uang Asia, Rupiah Melemah Pagi Ini
Baca Juga: Mengekor Mata Uang Asia, Rupiah Melemah Pagi Ini
1. Semua mata uang kompak menguat
Secara umum, pergerakan mata uang kompak menguat terhadap dolar AS pada pagi ini. Berikut rinciannya:
- Bath Thailand menguat 0,05 persen
- Ringgit Malaysia menguat 0,41 persen
- Yuan China menguat 0,06 persen
- Peso Filipina menguat 0,26 persen
- Won Korea menguat 0,30 persen
- Dolar Taiwan menguat 0,22 persen
- Dolar Singapura menguat 0,01 persen
- Dolar Hongkong menguat 0,02 persen
- Yen Jepang menguat 0,06 persen.
Baca Juga: Pengertian Nilai Pari pada Saham, Obligasi, dan Mata Uang
Baca Juga: Pengertian Nilai Pari pada Saham, Obligasi, dan Mata Uang
2. Indeks dolar AS melemah pagi ini
Pengamat pasar uang, Ariston Tjendra mengatakan, indeks dolar AS kembali dalam tekanan pagi ini. Indeks dolar AS mendekati kisaran 106 karena pasar berekspektasi data infikator inflasi Personal Consumption Expenditure (PCE) AS bakal menunjukan penurunan.
“Ini berkebalikan dengan ekspektasi sebelumnya bahwa tingkat inflasi di AS akan lebih tinggi dari sebelumnya,” jelasnya.
Baca Juga: Harga Nominal: Pengertian, Nilai Tukar dan Harga Saham
Baca Juga: Harga Nominal: Pengertian, Nilai Tukar dan Harga Saham
3. Pasar khawatirkan harga emas Internasional yang terus naik
Menurut Ariston, rupiah akan terbantu menguat hari ini dengan sentimen eksternal tersebut. Dengan demikian rupiah akan menguat ke arah Rp16.300 dengan level resisten di kisaran Rp16.380 hingga Rp16.400 per dolar AS.
Namun di sisi lain, kenaikan harga emas Internasional menjadi kekhawatiran pasar dan berpotensi mendorong rupiah lebih melemah.
“Tapi di sisi lain, Harga emas internasional terlihat terus naik dari kemarin dan mendekati level tertinggi di kisaran 2.940 dolar AS per troy ons. Ini bisa mengindikasikan kekhawatiran pasar terhadap kondisi ekonomi global saat ini yang dibayangi oleh isu perang dagang belum mereda,” tegas Ariston.