Rupiah Melemah Karena Sentimen Global? Analis Prediksi Rebound Besok!

- Penulis

Selasa, 8 April 2025 - 20:07 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ragamutama.com – JAKARTA. Nilai tukar rupiah mengalami tekanan pada perdagangan hari Selasa (8/4). Sentimen yang berkembang secara global terus menjadi faktor utama yang memengaruhi dinamika pergerakan rupiah pada hari ini. Namun, ada harapan bahwa rupiah memiliki potensi untuk menguat kembali pada hari Rabu (9/4).

Menurut data dari Bloomberg, di pasar spot, rupiah ditutup pada level Rp 16.891 per dolar Amerika Serikat (AS), menunjukkan penurunan sebesar 0,46% dibandingkan hari sebelumnya. Sementara itu, data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate Bank Indonesia (JISDOR BI) mencatat posisi rupiah di level Rp 16.849. Dibandingkan dengan perdagangan terakhir sebelum periode libur Lebaran pada tanggal 27 Maret, angka ini menunjukkan penurunan sebesar 1,7%.

Level rupiah di pasar domestik pada hari ini mencatatkan rekor terendah sepanjang sejarah. Sementara itu, di pasar spot, rekor tersebut baru saja terpecahkan pada hari Senin (7/4) kemarin, dengan mencapai level Rp 16.941.

Kompak, Rupiah Jisdor Melemah 1,71% ke Level Rp 16.849 Per Dolar AS pada Selasa (8/4)

Josua Pardede, seorang ekonom dari Bank Permata, berpendapat bahwa depresiasi yang dialami rupiah pada hari ini terutama disebabkan oleh sentimen negatif yang berasal dari eskalasi perang dagang global. Selain itu, ketegangan antara AS dan China juga semakin meningkat, memberikan tekanan tambahan.

Setelah memberlakukan tarif yang tinggi untuk barang-barang impor dari China, yaitu sebesar 34%, AS menghadapi respons balik. China menyatakan akan menerapkan tarif dengan besaran yang sama untuk produk-produk impor dari AS, mulai tanggal 9 April mendatang.

Baca Juga :  Kejagung soal Kasus Minyak: Blending RON 88 dengan RON 92, Dijual RON 92

AS mengancam akan meningkatkan tarif untuk produk-produk China hingga mencapai 50% jika negara tersebut tetap kekeh untuk melaksanakan rencana pembalasannya.

“Aksi saling balas ini mendorong para investor untuk mengalihkan investasi mereka ke aset-aset yang dianggap lebih aman,” jelas Josua kepada Kontan.co.id pada hari Selasa (8/4).

Senada dengan itu, Analis dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, menilai bahwa pelemahan rupiah pada hari ini merupakan akumulasi dari sentimen risk-off yang terjadi selama periode libur panjang hari raya. Akibatnya, bahkan sentimen global yang sedikit membaik pun tidak cukup kuat untuk memberikan dukungan signifikan kepada rupiah.

“Tidak ada faktor lain yang memiliki pengaruh yang lebih dominan,” kata Lukman kepada Kontan.co.id, Selasa (8/4).

Rupiah Lesu di Tengah Perang Dagang, Intervensi BI Bagai Menabur Garam ke Laut

Saat ini, Indonesia berada dalam situasi yang cukup menantang. Dari perspektif eksternal, Lukman berpendapat bahwa harapan bagi rupiah hanya bergantung pada potensi pelonggaran kebijakan tarif AS terhadap Indonesia. Namun, hal ini akan menjadi sulit mengingat surplus perdagangan Indonesia yang signifikan dengan AS.

Berkaca pada pengalaman negara lain, AS telah menolak proposal free trade zero tariff yang diajukan oleh Uni Eropa dan Vietnam. Lukman berpendapat bahwa hal ini disebabkan oleh keinginan Trump untuk mencapai neraca perdagangan yang seimbang.

Baca Juga :  IHSG Lagi Merana, Ini Deretan Investasi yang Tetap Cerah

Dengan situasi seperti ini, Lukman melihat bahwa potensi rupiah untuk menembus level Rp 17.000 masih sangat terbuka. Oleh karena itu, menurutnya, pergerakan rupiah akan sangat bergantung pada intervensi yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Sejauh ini, intervensi yang dilakukan BI di pasar spot pada hari ini belum menunjukkan dampak yang signifikan, yang terlihat dari nilai rupiah yang justru semakin melemah.

Di sisi lain, Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini mengumumkan data Indeks Harga Konsumen (IHK) untuk bulan Maret 2025. Berdasarkan data ini, kenaikan harga cenderung lebih rendah dari perkiraan. Lukman mengatakan bahwa hal ini mengindikasikan adanya pelemahan pada daya beli masyarakat.

“Hasil ini turut memberikan tekanan pada nilai rupiah,” tambahnya.

Dalam perdagangan hari Rabu (9/4) besok, Lukman optimis bahwa tekanan terhadap rupiah dapat mereda, dengan dukungan dari sentimen di pasar ekuitas yang mulai menunjukkan pemulihan. Ia memprediksi bahwa rupiah akan bergerak dalam rentang Rp 16.700–Rp 16.900. Sementara itu, Josua memperkirakan bahwa rupiah akan bergerak di kisaran Rp 16.825–Rp 17.000.

Berita Terkait

Cicil Emas vs Gadai Emas BSI: Mana Lebih Untung?
Danantara Kuasai 52 BUMN: Strategi Baru Gandeng SWF Qatar Terungkap!
Maybank Indonesia Bagikan Dividen Jumbo Rp 446 Miliar: Simak Jadwalnya!
Investasi Valas: Raih Keuntungan Maksimal, Pelajari Sekarang!
Harga Minyak Stabil: Investor Pantau Dampak Kebijakan Tarif AS Terbaru
Intip 12 Saham Dividen Unggulan: Blue Chip Mana Paling Menguntungkan?
Aktivitas Bisnis Malang Melambat di Awal Tahun 2025: Analisis BI
Investasi Rp1,7 Triliun: Pabrik China Hadir di KEK Batang

Berita Terkait

Rabu, 16 April 2025 - 07:27 WIB

Cicil Emas vs Gadai Emas BSI: Mana Lebih Untung?

Rabu, 16 April 2025 - 06:44 WIB

Danantara Kuasai 52 BUMN: Strategi Baru Gandeng SWF Qatar Terungkap!

Rabu, 16 April 2025 - 06:31 WIB

Maybank Indonesia Bagikan Dividen Jumbo Rp 446 Miliar: Simak Jadwalnya!

Rabu, 16 April 2025 - 06:27 WIB

Investasi Valas: Raih Keuntungan Maksimal, Pelajari Sekarang!

Rabu, 16 April 2025 - 06:03 WIB

Harga Minyak Stabil: Investor Pantau Dampak Kebijakan Tarif AS Terbaru

Berita Terbaru

finance

Cicil Emas vs Gadai Emas BSI: Mana Lebih Untung?

Rabu, 16 Apr 2025 - 07:27 WIB