Rupiah ke Rp 16.360 Kamis (20/2) Pagi, Melemah untuk Hari ke-3 Berturut-turut

- Penulis

Kamis, 20 Februari 2025 - 09:56 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Nilai tukar rupiah melemah untuk hari ketiga berturut-turut pada perdagangan Kamis pagi.

Mengutip Bloomberg pukul 09.05 WIB, rupiah pasar spot diperdagangkan di Rp 16.360 per dolar AS, melemah 0,21% dari posisi sebelumnya di Rp 16.325 per dolar AS.

Pelemahan rupiah terjadi di tengah sentimen global terkait kebijakan tarif terbaru Presiden AS Donald Trump, yang berpotensi memicu ketidakpastian ekonomi serta mempengaruhi prospek suku bunga bank sentral utama.

Ketegangan geopolitik juga meningkat setelah Trump menyebut Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy sebagai “diktator” di tengah perundingan untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina.

Baca Juga: Simak Proyeksi IHSG dan Rekomendasi Saham Hari Ini, Kamis (20/2)

Pergerakan Mata Uang Global

Dolar AS bertahan di dekat level tertinggi satu minggu, dengan indeks dolar di 107,15 terhadap sekeranjang mata uang utama.

Yen Jepang menguat ke 150,62 per dolar, tertinggi dalam lebih dari dua bulan, didorong oleh sentimen safe haven akibat ketidakpastian tarif AS dan spekulasi kenaikan suku bunga lebih lanjut oleh Bank of Japan (BOJ) tahun ini.

Poundsterling melemah dari level tertinggi dua bulan, diperdagangkan di $1,2594.

Euro stagnan di US$1,0422, setelah perdebatan internal pejabat Bank Sentral Eropa (ECB) terkait inflasi dan dampak kebijakan moneter terhadap pertumbuhan ekonomi.

Baca Juga :  Indeks Bisnis-27 Dibuka Melemah, Saham KLBF dan MAPI Masih Cuan

Baca Juga: Rupiah Terkoreksi pada Rabu (19/2), Simak Proyeksinya untuk Hari Ini (20/2)

Kebijakan Tarif Trump dan Dampaknya

Trump mengumumkan rencana tarif baru terhadap impor kayu, mobil, semikonduktor, dan farmasi, yang akan diumumkan dalam satu bulan ke depan atau lebih cepat.

Sebelumnya, ia juga menyebut akan memberlakukan tarif 25% pada sektor otomotif serta bea serupa pada semikonduktor dan farmasi.

Di sisi lain, Trump berencana bekerja sama dengan Partai Republik di Kongres untuk memangkas pajak bagi individu dan perusahaan secara signifikan.

Meski kebijakan Trump sempat memicu volatilitas pasar, dampaknya kini lebih terkendali. Carol Kong, analis mata uang dari Commonwealth Bank of Australia, mengatakan:

“Trump sering menggunakan tarif sebagai taktik negosiasi, jadi apa yang ia katakan bisa berbeda dengan kebijakan yang benar-benar diterapkan,” dikutip dari Reuters.

Baca Juga: Mayoritas Bursa Asia Turun Kamis (20/1) Pagi, Cermati Rencana Tarif Impor Trump

Sikap The Fed dan Prospek Suku Bunga

Risalah pertemuan terbaru Federal Open Market Committee (FOMC) menunjukkan bahwa proposal Trump menimbulkan kekhawatiran di kalangan pejabat Federal Reserve terkait potensi percepatan inflasi.

The Fed mempertahankan suku bunga di kisaran 4,25%-4,50% bulan Januari lalu dan masih menunggu kepastian lebih lanjut sebelum melakukan pemangkasan suku bunga.

Baca Juga :  IHSG Dibuka Rebound, COCO hingga DNAR Jadi yang Tercuan

Mantas Vanagas, ekonom senior di Westpac, menilai ketidakpastian tetap tinggi akibat kebijakan perdagangan dan imigrasi AS.

Baca Juga: Dampak Potensial Kebijakan Trump Picu Kekhawatiran Inflasi di The Fed

Faktor Domestik: Kredit Melambat, Defisit Neraca Berjalan

Dari sisi domestik, pertumbuhan kredit terus melambat hingga awal tahun ini. Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, mencatat bahwa penyaluran kredit hanya tumbuh 10,27% pada Januari 2025, lebih kecil dibanding 10,93% pada akhir 2024.

“Meskipun rupiah sempat rebound setelah Bank Indonesia (BI) mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75%, tekanan terhadap rupiah masih kuat,” ujar Lukman kepada Kontan.co.id, Rabu (19/2).

Pada Kamis (20/2), investor menantikan data neraca transaksi berjalan Indonesia, yang diperkirakan akan mengalami defisit US$ 0,6 miliar.

Jika defisit benar terjadi, potensi arus keluar modal asing akan meningkat, memperlemah rupiah karena meningkatnya permintaan terhadap dolar AS.

Meski demikian, Bank Indonesia memperkirakan neraca pembayaran Indonesia (NPI) 2025 tetap terjaga, didukung oleh defisit transaksi berjalan yang sehat di kisaran 0,5% – 1,3% dari PDB, serta surplus transaksi modal dan finansial yang berkelanjutan.

“Rupiah diperkirakan masih akan tertekan dan melemah di kisaran Rp 16.300 – Rp 16.400 per dolar AS,” jelas Lukman.

Berita Terkait

Dedi Mulyadi Kagum Pendapatan Kades Terkaya,Hasilkan Rp 30 Juta Perhari di Luar Honor Kepala Daerah
Ekonom Sebut Industri Tekstil Makin Tak Berdaya, Saling Sikut Agar Tak Mati
Cara Mendapatkan Uang di Lynk Id, Cocok untuk Side Hustle!
Biaya Logistik Tinggi, Pelindo Multi Termina Buka Peluang Kolaborasi untuk Modernisasi Pelabuhan
Harga Emas Antam Turun Rp3 Ribu per Gram, Ini Rincian Lengkapnya
Dua Obligasi dan Satu Sukuk Tercatat di Bursa Efek Indonesia dalam Sepekan Ini
Harga Emas Antam Turun Rp 3 Ribu, Hari Ini di Level Rp 1.704.000 per Gram
Cara Menghitung PPh 21 Tenaga Ahli agar Pajak Tepat dan Efisien!

Berita Terkait

Sabtu, 22 Februari 2025 - 11:56 WIB

Dedi Mulyadi Kagum Pendapatan Kades Terkaya,Hasilkan Rp 30 Juta Perhari di Luar Honor Kepala Daerah

Sabtu, 22 Februari 2025 - 11:56 WIB

Ekonom Sebut Industri Tekstil Makin Tak Berdaya, Saling Sikut Agar Tak Mati

Sabtu, 22 Februari 2025 - 11:47 WIB

Cara Mendapatkan Uang di Lynk Id, Cocok untuk Side Hustle!

Sabtu, 22 Februari 2025 - 11:46 WIB

Biaya Logistik Tinggi, Pelindo Multi Termina Buka Peluang Kolaborasi untuk Modernisasi Pelabuhan

Sabtu, 22 Februari 2025 - 11:17 WIB

Harga Emas Antam Turun Rp3 Ribu per Gram, Ini Rincian Lengkapnya

Berita Terbaru

public-safety-and-emergencies

Mobil Pikap dan 16 Unit Sepeda Listrik Menghitam, Ludes Jadi Bangkai di Tol Gempol-Pasuruan

Sabtu, 22 Feb 2025 - 12:27 WIB