RAGAMUTAMA.COM – Pada 18 Januari, ribuan orang memadati jalan-jalan Washington untuk berpartisipasi dalam aksi “People’s March,” sebuah protes besar-besaran terhadap rencana kebijakan Presiden terpilih Donald Trump, hanya dua hari sebelum pelantikannya kembali memasuki Gedung Putih.
Acara ini diorganisasi oleh kelompok hak-hak sipil dan aktivis kesetaraan sosial, termasuk kelompok yang sebelumnya mengadakan “Women’s March” pada 2017, yang menarik ratusan ribu peserta untuk memprotes pelantikan pertama Trump.
Dengan suasana penuh semangat, simbol protes seperti topi wol merah muda khas 2017 kembali mendominasi pemandangan di tengah kota Washington.
Para demonstran berkumpul di beberapa taman utama sebelum bergerak menuju Lincoln Memorial, membawa spanduk dengan pesan seperti “Kami Memutuskan Masa Depan Kami Sendiri” dan “Kami Tidak Akan Mundur.”
Pawai ini menyoroti isu-isu sosial yang menjadi perdebatan hangat di Amerika Serikat, seperti hak aborsi, perubahan iklim, kontrol senjata untuk mengurangi kekerasan, dan hak-hak imigran.
“Hukum ini mengancam kehidupan kita. Kehidupan perempuan sedang dipertaruhkan,” ujar Aisha Becker-Burrowes, di tengah teriakan para demonstran yang menggemakan slogan “Tubuhku, Pilihanku.”
Susan Dutwells, seorang wanita 60 tahun dari Florida, menyatakan keprihatinannya terhadap kembalinya Trump.
Saya merasa takut dan marah. Banyak orang memilih melawan kepentingan mereka sendiri. Saya tidak mengerti apa yang ada di pikiran mereka,” katanya, yang hadir bersama putrinya.
Bagi sebagian peserta, ini adalah pengalaman pertama mereka mengikuti aksi protes berskala besar di ibu kota. Carine, seorang wanita 40 tahun dari Arizona, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap potensi dampak kebijakan Trump.
“Saya berjanji untuk terus berjuang ketika kembali ke rumah. Senang bisa berada di sini bersama banyak orang,” tuturnya.
Hal serupa disampaikan Sarah Kong, seorang psikiater berusia 31 tahun dari Colorado.
“Ini pertama kalinya saya mengikuti pawai. Rasanya luar biasa dan memberi saya motivasi untuk melakukannya lebih sering. Meskipun saya takut, saya merasa optimis tentang masa depan.”
Aksi di Washington ini hanyalah salah satu dari rangkaian protes yang berlangsung di berbagai kota besar di seluruh Amerika Serikat, termasuk New York. Gelombang unjuk rasa ini juga dipicu oleh pernyataan Tom Homan, yang akan menjabat sebagai pejabat tinggi perbatasan dalam pemerintahan Trump, bahwa pemerintah akan segera meluncurkan “operasi besar-besaran” terkait imigrasi setelah pelantikan pada 20 Januari.