RAGAMUTAMA.COM – Pernahkah Anda kebingungan saat menulis “Ramadan” atau “Ramadhan”? Jika ya, Anda tidak sendirian!
Perbedaan ejaan ini sering menjadi perdebatan di kalangan penulis, akademisi, dan bahkan masyarakat umum.
Sepele? Tidak juga. Kesalahan kecil dalam penulisan bisa mengubah pemahaman dan standar penggunaan bahasa.
Nah, mari kita bongkar rahasia di balik perbedaan ejaan ini dan temukan jawaban resminya menurut KBBI!
Asal-Usul Kata Ramadan dan Ramadhan
Akar Kata dalam Bahasa Arab
Kata Ramadan berasal dari bahasa Arab رمضان (Ramadhān), yang berarti “bulan panas” atau “membakar.”
Makna ini menggambarkan betapa bulan ini “membakar” dosa-dosa orang yang berpuasa dengan ibadah dan amal kebaikan.
Saat bahasa Arab diserap ke dalam bahasa Indonesia, terjadi penyesuaian huruf dan pengucapan. Bahasa Arab memiliki konsonan ض (dhad) yang tidak memiliki padanan langsung dalam bahasa Indonesia.
Oleh karena itu, ada dua versi transliterasi: “Ramadan” dan “Ramadhan”.
Sudut Pandang KBBI: Mana yang Benar?
KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah rujukan utama dalam bahasa Indonesia
. Kata-kata yang masuk ke dalam KBBI telah melalui proses penelitian dan standarisasi. Dalam hal ini, ejaan yang diakui secara resmi oleh KBBI adalah “Ramadan.”
Ramadan vs Ramadhan dalam KBBI
Jika Anda mengetik “Ramadhan” di KBBI, hasilnya akan diarahkan ke “Ramadan.”
Hal Ini berarti “Ramadhan” bukan bentuk baku dalam bahasa Indonesia. Jadi, dalam konteks resmi, penulisan yang benar adalah “Ramadan.”
Apakah Ejaan Berpengaruh pada Makna?
Secara makna, “Ramadan” dan “Ramadhan” tetap mengacu pada bulan suci dalam Islam. Namun, perbedaan ini terjadi karena aturan transliterasi. KBBI memilih “Ramadan” untuk menyederhanakan dan menyamakan standar transliterasi bahasa Arab ke bahasa Indonesia.
Dari segi keagamaan, tidak ada perbedaan dalam makna ibadah. Namun, dalam konteks budaya dan akademik, penggunaan ejaan yang sesuai dengan KBBI lebih dianjurkan untuk keseragaman bahasa.
Penggunaan di Indonesia dan Negara-Negara Lain
Di Indonesia
Di Indonesia, banyak media dan institusi resmi lebih sering menggunakan “Ramadan.” Namun, di lingkungan keagamaan, “Ramadhan” masih cukup populer karena lebih mendekati pengucapan aslinya dalam bahasa Arab.
Di Negara-Negara Berbahasa Melayu
Negara seperti Malaysia dan Brunei juga menggunakan “Ramadan” dalam konteks resmi, tetapi masih ditemukan “Ramadhan” dalam beberapa media non-resmi.
Di Dunia Internasional
Di dunia Barat, “Ramadan” lebih sering digunakan karena merujuk pada standar transliterasi bahasa Arab ke bahasa Inggris. Jadi, baik di Indonesia maupun internasional, “Ramadan” menjadi bentuk yang lebih umum.
Apakah Salah Jika Menulis “Ramadhan”?
Secara resmi, “Ramadhan” tidak sesuai dengan KBBI, tetapi tidak bisa dikatakan salah dalam percakapan sehari-hari. Jika dalam konteks akademik, jurnalistik, atau dokumen resmi, gunakan “Ramadan.” Jika dalam percakapan santai, Anda bebas memilih.
Para ahli bahasa menganjurkan penggunaan “Ramadan” karena sesuai dengan standar transliterasi bahasa Indonesia. Sedangkan dalam pandangan keagamaan, tidak ada perbedaan dalam hal substansi ibadah.
Mengapa Standarisasi Bahasa Itu Penting?
Standarisasi bahasa memastikan bahwa semua orang memiliki pemahaman yang sama terhadap suatu kata, terutama dalam konteks akademik dan administratif.
Media, buku, dan sekolah menggunakan standar KBBI agar komunikasi lebih jelas dan seragam. Oleh karena itu, penggunaan “Ramadan” lebih dianjurkan.
Jadi, mana yang benar? Menurut KBBI, “Ramadan” adalah ejaan yang baku.
Namun, jika Anda terbiasa menulis “Ramadhan,” itu tetap dapat dipahami dalam konteks non-resmi. Yang terpenting adalah memahami perbedaan ini dan menggunakan sesuai dengan konteksnya!