RAGAMUTAMA.COM – Bagi sebagian besar orang Kristen, baik beberapa denominasi Gereja Kristen Protesten maupun Gereja Kristen Katolik, Rabu Abu menjadi momentum penting. Lantas, Rabu Abu memperingati apa?
Secara singkat, Rabu Abu adalah hari pertama masa Pra Paskah. Momen ini menadai awal masa pertobatan 40 hari sebelum Paskah atau sebelum peringatan kebangkitan Yesus Kristus, setelah wafat di kayu salib.
Bagi umat Kristen, arti Rabu Abu adalah momentum yang penuh dengan simbolisme mendalam. Momentum ini mengingatkan umat Kristen yang percaya, terhadap kefanaan manusia serta menjadi panggilan kepada umat beriman untuk bertobat.
Makna dan Tujuan Peringatan Rabu Abu
Laman Arcus GPIB menulis tentang apa itu Rabu Abu. Prosesi dan ibadah Rabu Abu bermakna pertobatan, atau wujud penyesalan umat Allah terhadap dosa-dosa yang dilakukan. Pertobatan itu ditandai dengan mengoleskan debu atau abu hitam di dahi.
Prosesi hari Rabu Abu juga menjadi pemaknaan hidup dalam kerendahan diri. Juga dalam kerendahan hati dalam penerimaan satu terhadap yang lain, serta bagaimana menghargai satu terhadap yang lainnya, sebagai sesama umat beriman.
Sementara, menurut laman Katolisitas, Rabu Abu Katolik mempunyai makna rohani yang menandai hari pertama masa Pra Paskah. Momen ini menjadi tanda umat Katolik memasuki masa tobat selama 40 hari sebelum Paskah.
Angka “40” sendiri selalu mempunya makna rohani sebagai lamanya persiapan sebelum menyambut hari yang suci dan mulia. Hal ini seperti dilakukan oleh Musa yang berpuasa selama 40 hari lamanya sebelum menerima Sepuluh Perintah Allah (Kel 34:28). Tuhan Yesus sendiri juga berpuasa selama 40 hari 40 malam di padang gurun sebelum memulai misi pewartaan-Nya (Mat 4:2).
Seperti sudah disinggung sebelumnya, kata Rabu Abu berasal dari tradisi penandaan abu di dahi umat Kristen yang dilaksanakan pada hari Rabu, tepat 40 hari sebelum Paskah. Penandaan dalam bentuk salib pada dahi itu dilakukan oleh imam atau pemimpin ibadah Rabu Abu.
Abu yang digunakan biasanya berasal dari pembakaran daun palma yang sudah diberkati pada hari Minggu Palma tahun sebelumnya. Abu sendiri melambangkan pertobatan, kerendahan hati, dan hidup manusia yang serba fana dan sementara di dunia ini.
Lalu, bagaimanakah sejarah Rabu Abu?
Sejarah Peringatan Rabu Abu
Dalam Perjanjian Lama tertulis, abu digunakan sebagai lambang perkabungan, termasuk rasa penyesalan dan pertobatan umat manusia. Hal ini termaktub dalam Kitab Yunus Pasal 3.
Dalam Kitab Yunus 3, dituliskan bahwa setelah Yunus berseru agar orang-orang kembali kepada Tuhan dan melakukan pertobatan, Kota Niniwe kemudian melakukan puasa dan mengenakan kain kabung lalu duduk di atas abu.
Yesus sendiri juga menyinggung pemakaian abu yang ditujukan untuk kota yang menolak melakukan pertobatan dari dosa. Gereja Perdana juga menggunakan abu sebagai yang serupa. Lalu, pada pada abad pertengahan, gereja memakai abu sebagai tanda dimulainya masa pertobatan Pra Paskah.
Menurut laman Katelynentz, masa Pra Paskah pertama kali diterapkan sebagai periode puasa mulai pada tahun 325 Masehi oleh Konsili Nicea. Pada tahun-tahun awalnya, Pra Paskah dimaksudkan sebagai masa persiapan selama 40 hari bagi mereka yang ingin dibaptis pada hari Paskah.
Jadi bisa dikatakan masa Pra Paskah adalah masa inisiasi atau masa percobaan untuk menguji ketulusan iman orang yang baru percaya. Lalu, pada tahun 601 Masehi, atas perintah Paus Gregorius I, masa ini berkembang menjadi periode puasa selama enam minggu (46 hari) yang dimulai dari penandaan pada dahi orang-orang percaya dengan bentuk salib pada hari Rabu Abu .
Di masa gereja Abad Pertengahan, tradisi Pra Paskah merupakan ritual ketat yang dipaksakan oleh para tokoh Gereja Katolik ketika itu. Ketika itu, umat Katolik hanya boleh makan roti dan sayuran selama masa Prapaskah.
Kini, umat Katolik hanya wajib berpuasa pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung. Sementara itu, banyak juga orang Kristen Protestan dari sejumlah denominasi yang berpartisipasi dalam masa Prapaskah dengan menjauhkan diri dari hiburan, makanan manis, alkohol, dan hanya berfokus pada kehidupan yang sederhana dan pengendalian diri.
Baca juga: Jadwal Misa Tahun Baru 2025 di Gereja Katedral Jakarta
Apa yang Harus Dilakukan Pada Hari Rabu Abu?
Setelah Imam memberikan tanda salib di dahi dengan abu, umat Kristen diingatkan bahwa kehidupan di dunia bersifat sementara. Oleh karena itu, amat penting bila manusia beriman memusatkan perhatian pada kehidupan spiritual.
Saat mengikuti prosesi ibadah Rabu Abu itu, umat Katolik yang berusia 18 tahun hingga 59 tahun harus berpuasa. Sementara yang berada diluar usia itu, bisa memilih untuk berpantang.
Berikut ini beberapa hal yang bisa dilakukan oleh umat Kristen saat hari Rabu Abu tiba:
1. Mengikuti Ibadah dan Menerima Abu
Umat Katolik atau beberapa denominasi Kristen protestan, saat Rabu Abu harus menghadiri Misa atau ibadah khusus di gereja untuk menerima tanda abu di dahi. Salib abu itu adalah simbol pertobatan dan kefanaan manusia atau kesementaraan kehidupan manusia di dunia.
2. Berpuasa dan Berpantang Umat Katolik diwajibkan untuk berpuasa dan pantang. Untuk puasa, Gereja Katolik mewajibkan umat yang berusia 18 hinga 59 tahun untuk berpuasa. Puasa ini artinya hanya makan kenyang sekali sehari, dengan dua kali makan ringan.
Kemudian, umat Katolik yang sudah berusia 14 tahun ke atas diwajibkan untuk berpantang. Berpantang ini banyak macamnya, di antaranya adalah, menghindari daging merah, atau menghindari jajan yang berlebihan.
3. Berdoa dan Bertobat Selain pantang dan puasa, pada Rabu Abu, umat Kristen juga harus meningkatkan frekuensi doa pribadi, seperti doa tobat dan bagi umat Katolik dianjurkan untuk berdoa Rosario secara rutin.
Selain berdoa, umat Kristen juga dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan batin, lalu bertobat atas dosa-dosa yang telah dilakukan.
4. Memulai Aksi Pra Paskah Terakhir, pada hari Rabu Abu, umat Kristen juga dianjurkan untuk menjalankan aksi Pra Paskah seperti bersedekah untuk membantu orang yang membutuhkan.
Selain bersedekah, aksi Pra Paskah juga bisa dilakukand engan mengurangi hal-hal duniawi yang dapat mengganggu hubungan dengan Tuhan, seperti mengurangi penggunaan media sosial atau menonton hiburan berlebihan.
Demikianlah penjabaran mengenai arti Rabu Abu, makna dan sejarah Rabu Abu. Dengan memasuki masa Rabu Abu, umat Kristiani diingatkan untuk memulai perjalanan spiritual masing-masing selama masa Pra Paskah.
Selain itu, Rabu Abu juga menjadi awal dari persiapan menuju Paskah, yang mengajak umat Kristen untuk merefleksikan hidup, yang fana dan agar selalu ingat untuk kembali ke jalan Tuhan.
Baca juga: Hari Rabu Abu Memakai Baju Warna Apa dan Makna Ash Wednesday?