BANGKALPOS.COM– Berikut ini profil biodata Iwan Kurniawan Lukminto, Direktur Utama PT Sritex dan sosok istrinya.
Sosoknya jadi sorotan di tengah kondisi PT Sritex yang jatuh terpuruk.
PT Sritex yang berkantor pusat di Sukoharjo, Jawa Tengah itu terakhir beroperasi pada 28 Februari 2025, dan resmi tutup permanen mulai hari Sabtu (1/3/2025).
Sebanyak 10.669 karyawan terpaksa kena PHK akibat PT Sritex mengalami pailit.
Terlepas dari itu, siapa Iwan Kurniawan Lukminto dan istrinya lebih jauh?
Iwan Kurniawan Lukminto merupakan Dirut PT Sritex, dan istrinya, Mira Christina Setiady menjabat Direktur Operasional.
Iwan Kurniawan Lukminto lahir di Surakarta, Jawa Tengah pada 22 Januari 1983.
Saat ini, ia telah berusia 42 tahun.
Iwan Kurniawan merupakan anak keempat dari pendiri Sritex, HM Lukminto.
Ia diketahui memiliki latar belakang pendidikan di bidang Administrasi Bisnis.
Iwan merupakan lulusan dari tiga kampus berbeda, yaitu Boston University (2001), Northeastern University (2004), dan Johnson & Wales University (2005).
Di dunia tekstil, Iwan Kurniawan bukanlah orang baru. Ia memiliki pengalaman lebih dari 20 tahun di bidang tersebut.
Sama seperti kakaknya yang mengawali karier di Sritex, Iwan Kurniawan juga memulai kariernya di Sritex sebagai Direktur Divisi Garment.
Kariernya kemudian kian meningkat saat ia ditunjuk menjadi wakil direktur utama Sritex pada 2014. Ia mengemban posisi tersebut hingga 2023.
Setelahnya, Iwan Kurniawan dipercaya menjadi direktur utama Sritex sejak 2023 hingga saat ini.
Selain aktif dalam dunia bisnis tekstil, pria yang kerap disapa Wawan ini juga aktif di sejumlah organisasi.
Iwan Kurniawan merupakan Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Surakarta pada 2018 hingga 2023.
Iwan Kurniawan juga merupakan Ketua Asosiasi Perusahaan Sahabat Anak Indonesia sejak 2020.
Di samping itu, Iwan Kurniawan adalah sosok yang peduli terhadap isu-isu pemenuhan hak anak.
Di Sritex, Iwan Kurniawan memiliki 23 kebijakan yang mengedepankan hak-hak anak, yakni di antaranya tidak mempekerjakan anak di bawah umur, menyediakan ruang laktasi, dan menyediakan klinik bagi anak karyawan.
Pendiri Sritex dan Keluarganya
Sebagai informasi, Sritex asal Sukoharjo ini telah menjadi perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara yang memasok seragam militer untuk 35 negara, mulai dari Eropa, Asia hingga Timur Tengah.
Sritex lahir berawal dari kerja kerja keras H.M Lukminto, pada 1966.
Kala itu Lukminto melabeli Sritex sebagai perusahaan perdagangan tradisional di Pasar Klewer, Solo, Jawa Tengah, mengutip sritex.co.id.
Awalnya di Pasar Klewer Solo diberi nama UD Sri Redjeki.
Lantas 1968, Lukminto akhirnya membuka pabrik cetak pertamanya yang menghasilkan kain putih dan berwarna di Solo.
Lukminto memiliki istri bernama Susyana, keduanya menikah pada pada 26 Oktober 1969 di Kertosono.
Bersama sang istri itulah, mereka merantau ke Solo dan bersama-sama membesarkan kariernya di bidang tekstil.
Lukminto dan Susyana memiliki 5 anak.
Mereka adalah Vonny Imelda, Iwan Setiawan Lukminto, Lenny Imelda, Iwan Kurniawan, dan Margaret Imelda.
Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), kelimanya memiliki saham di SRIL atas nama individu.
Yang terbesar Iwan Setiawan 109 juta (0,53 persen), Iwan Kurniawan 108 juta (0,52 persen), Vonny 1,8 juta (0,01 persen), serta Margaret dan Lenny masing-masing 1 juta (0,01 persen).
Hingga akhirnya HM Lukminto meninggal dunia pada 5 Februari 2014 di Singapura.
Perusahaannya setelah itu dan hingga saat ini dipegang oleh Iwan Setiawan Lukminto, anak pertama HM Lukminto.
Pada tahun 2014, Iwan Setiawan Lukminto menerima penghargaan sebagai Businessman of the Year dari majalah Forbes Indonesia dan sebagai EY Entreprenuer of the Year 2014 dari Ernst & Young.
Selain itu, Iwan Setiawan Lukminto juga dibantu sang adik Iwan Kurniawan Lukminto untuk menjalankan bisnis Sritex.
Masih mengutip sritex.co.id, tercatat kini Iwan Kurniawan Lukminto, tercatat menjadi Direktur Utama PT Sritex.
Sementara sang istri Mira Christina Setiady menjabat sebagai Direktur Operational.
Di luar itu, tak banyak informasi mengenai pribadi seorang Mira Christina Setiady, istri Iwan Kurniawan Lukminto.
Utang PT Sritex
Sritex pailit karena harus menanggung utang pokok plus bunga yang besar, sementara pendapatannya seret.
Jika dirinci, utang jumbo yang ditanggung Sritex ini meliputi utang jangka pendek sebesar 131,41 juta dollar AS, dan utang jangka panjang 1,46 miliar dollar AS.
Untuk utang jangka panjang, porsi terbesar adalah utang bank yang mencapai 809,99 juta dollar AS, lalu disusul utang obligasi sebesar 375 juta dollar AS.
Kondisi keuangan Sritex semakin terpuruk, lantaran utang yang menumpuk ditambah dengan penjualan perusahaan yang lesu, mengutip Kompas.com.
Masih merujuk pada laporan keuangan terbarunya, perusahaan hanya bisa mencatatkan penjualan sebesar 131,729 juta dollar AS pada semester I 2024, turun dibandingkan periode yang sama pada 2023 yakni 166,9 juta dollar AS.
Di sisi lain, beban penjualannya lebih besar yakni 150,24 juta dollar AS.
Artinya, uang yang masuk dari penjualan tekstil tak mampu menutupi ongkos produksinya.
Kerugian Sritex juga tercatat hingga triliunan.
Pada tahun 2023, Sritex juga menderita kerugian sangat besar yaitu 174,84 juta dollar AS atau sekitar Rp 2,73 triliun.
Lantas sepanjang semester pertama 2024, Sritex praktis mencatat rugi sebesar 25,73 juta dollar AS atau setara dengan Rp 402,66 miliar.
(Tribunnews.com/Garudea Prabawati) (Kompas.com/Muhammad Idris/ Bangkapos.com)