Peninggalan Kerajaan Bali, Pura Agung Besakih yang Paling Fenomenal

- Penulis

Minggu, 16 Februari 2025 - 07:47 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Peninggalan-peninggalan Kerajaan Bali terserak dalam bentuk prasasti, candi, hingga tempat peribadatan (pura). Yang paling dikenal tentu saja Pura Agung Besakih.

Intisari hadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini

Intisari-Online.com – Ada beberapa peninggalan Kerajaan Bali yang masih bisa kita saksikan saat ini. Tapi di antara peninggalan-peninggalan itu, Pura Agung Besakih tentu yang paling terkenal.

Berbicara tentang Kerajaan Bali artinya berbicara tentang Kerajaan Bedahulu, yang pusat pemerintahannya di sekitar Kabupaten Gianyar sekarang. Rajanya yang paling terkenal tentu saja Raja Udayana dari Dinasti Warmadewa.

Baca Juga: Latar Belakang Utama Perlawanan Berbagai Kerajaan di Bali Tahun 1846

 

Kerajaan Bali atau Kerajaan Bedahulu merupakan kerajaan kuno yang eksis di Pulau Bali pada abad ke-8 hingga abad ke-14. Kerajaan ini didirikan oleh Sri Kesari Warmadewa dari Dinasti Warmadewa.

Mengutip Kompas.com, sejak pertama berdiri, kerajaan ini pernah diperintah oleh beberapa keluarga raja. Sebagaimana disebut di awal, raja yang paling terkenal adalah Raja Udayana dari Dinasti Warmadewa, yang berkuasa antara 989-1011 M.

Ketika Dinasti Warmadewa berkuasa, agama pertama yang berkembang di Bali adalah Buddha. Barulah pada periode selanjutnya rakyat Bali memeluk agama Hindu.

Menurut sebuah prasasti, Kerajaan Bali pernah dikuasai Singasari pada abad ke-10 dan Majapahit pada abad ke-14. Ketika ekspansi Kerajaan Majapahit pada 1343 M itulah Kerajaan Bali akhirnya runtuh.

Setelah kepemimpinan Sri Kesari Warmadewa sebagai pendiri dan raja pertama Kerajaan Bali berakhir, takhta kerajaan jatuh ke tangan Ugrasena. Kekuasaan Ugrasena berakhir pada 942 M, tetapi setelah itu tidak diketahui siapa yang menggantikannya.

Barulah pada 955 M, muncul seorang raja bernama Aji Tabenendra Warmadewa yang berkuasa hingga 967 M. Setelah itu, raja yang berkuasa secara berturut-turut adalah Candrabhaya Singha Warmadewa, Janashadu Warmadewa (975-983 M), kemudian Wijaya Mahadewi (983-989 M).

Selain itu, berikut beberapa nama raja Kerajaan Bali yang terkenal.

– Raja Udayana (989-1011 M)

Raja Udayana yang bergelar Sri Dharmodayana Warmadewa mempimpin Kerajaan Bali bersama istrinya Gunapriya Dharmapatni. Mereka dikaruniai tiga orang putra, yaitu Airlangga, Marakata Pangkaja, dan Anak Wungsu.

Airlangga yang menjadi putra mahkota justru tidak pernah memimpin Kerajaan Bali, karena dia pergi ke tanah Jawa dan menikah dengan putri Raja Medang Kamulan. Setelah Udayana turun takhta, kekuasaan jatuh kepada Marakata Pangkaja.

– Marakata Pangkaja (1011-1022 M)

Selama berkuasa, Marakata Pangkaja dikenal sebagai raja yang melindungi dan memerhatikan rakyatnya. Setelah kepemimpinannya berakhir, tidak ada catatan tentang siapa yang berkuasa di Bali sampai dengan 1049 M.

– Anak Wungsu (1049-1077 M)

Anak Wungsu dikenal sebagai raja yang penuh belas kasih kepada rakyatnya. Karena Anak Wungsu tidak meninggalkan ahli waris, kepemimpinan Kerajaan Bali diteruskan oleh Sri Maharaja Walaprabhu.

– Paduka Sri Maharaja Sri Jayasakti (1133-1150 M)

Paduka Sri Maharaja Sri Jayasakti adalah raja pertama dari Dinasti Jaya. Dia dikenal sebagai raja yang bijaksana, melindungi, dan memerhatikan kesejahteraan rakyat.

Baca Juga :  Mengapa SMAN 6 Depok Tetap Berangkat Study Tour meski Dilarang Dedi Mulyadi?

– Sri Astasura Ratnabhumibanten (1337-1343 M)

Penguasa terakhir yang terkenal dalam sejarah Kerajaan Bali adalah Sri Astasura Ratnabhumibanten atau Dalem Bedahulu. Sri Astasura Ratnabhumibanten berkuasa setelah Singasari runtuh dan Bali kembali menjadi kerajaan mandiri.

Sebagai raja, dia terkenal karena keberaniannya menentang ekspansi Kerajaan Majapahit pada 1343 yang dipimpin oleh Mahapatih Gajah Mada. Sayangnya, pertempuran berakhir dengan kekalahan Bedahulu dan sejak itu, Gajah Mada menempatkan seorang keturunan brahmana dari Jawa bernama Sri Kresna Kepakisan sebagai raja di Bali.

Keturunan Dinasti Kepakisan inilah yang kemudian hari menjadi raja-raja pada beberapa kerajaan kecil di Pulau Bali.

Untuk mencukupi kebutuhan rakyatnya, raja-raja Kerajaan Bali memusatkan perhatiannya pada sektor pertanian. Berdasarkan sumber informasi berupa prasasti-prasasti, diketahui bahwa rakyatnya hidup dengan mengolah sawah, sawah kering, ladang, kebun, dan membuka ladang. Sistem pertanian subak yang dikenal sekarang sudah dikembangkan masyarakat Bali sejak abad ke-11.

Selain itu, para petani juga mengembangkan peternakan dan perburuan. Sementara golongan lainnya mengerjakan kerajinan seperti perhiasan emas, dan perak, serta alat-alat rumah tangga dan senjata.

Struktur masyarakat pada masa Kerajaan Bali didasarkan atas empat hal, yaitu pembagian golongan dalam masyarakat, pembagian warisan, kesenian, serta agama dan kepercayaan.

1. Golongan masyarakat dibagi dua, yaitu caturwarna (empat kasta dalam agama Hindu) dan golongan luar kasta yang disebut jaba.

2. Pembagian hak waris, anak laki-laki memiliki hak lebih besar dari perempuan.

3. Kesenian dibedakan antara seni keraton dan seni rakyat.

4. Agama dan kepercayaan, masyarakat menyembah banyak dewa yang bukan hanya berasal dari dewa Hindu dan Buddha, tetap dari kepercayaan animisme.

Raja juga memberi kebebasan kepada rakyatnya untuk mengeluarkan pendapat mengenai kehidupan kerajaan. Demikian juga dengan peraturan-peraturan lainnya, seperti perkawinan, kematian, warisan, budak, peternakan, dan perpindahan penduduk.

Ada beberapa peninggalan Kerajaan Bali, di antaranya Prasasti Blanjong, Prasasti Panglapuan, Prasasti Gunung Panulisan, Prasasti-prasasti peninggalan Anak Wungsu, Pura Agung Besakih, Candi Padas, Candi Mengening, dan Candi Wasan.

 

Sebagaimana disebut di awal, Pura Agung Besakih menjadi peninggalan Kerajaan Bali yang paling terkenal, dan sampai sekarang banyak dikunjungi selain untuk ibadah juga untuk pariwisata.

Pura Besakih, peninggalan Kerajaan Bali paling terkenal

Pura Besakih terletak di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali. Pura ini terletak di lereng sebelah barat daya Gunung Agung, gunung tertinggi di Bali.

Konon, letak Pura Besakih sengaja dipilih di desa yang dianggap suci karena letaknya yang tinggi, yang disebut Hulundang Basukih. Nama tersebut kemudian menjadi nama Desa Besakih.

Nama besakih diambil dari Bahasa Sansekerta, yaitu wasuki. Dalam, bahasa Jawa Kuno adalah basuki yang berarti selamat. Pura Besakih sebagai tempat sembahyang umat Hindu. Lokasinya yang strategis dengan pemandangan alam menjadikan tempat ini juga sebagai tempat wisata.

Baca Juga :  Conclave, Drama di Balik Tembok Vatikan

Nama Besakih juga didasari oleh mitologi Naga basuki sebagai penyeimbang Gunung Mandara.

Ada beberapa sumber yang membahas tentang pendirian Pura Agung Besakih. Menurut sumber-sumber tertulis dan cerita rakyat, Sri Kesari Warmadewa, pendiri dinasti Warmadewa yang menguasai Bali selama beberapa abad, dipecaya sebagai pendiri pertama kompleks pura di Besakih.

Keraguan muncul dari aspek cerita Sri Wira Dalem Kesari (Sri Kesari Warmadewa) menunjukkan hubungan dengan dinasti Jaya pada abad ke 12, antara 1131-1200. Dinasti yang dimaksud adalah Jayasakti, Ragajaya, Jayapangus, dan Ekajaya Lancana.

Berdasarkan prasasti Sading, diperkirakan Sri Wira Dalem Kesari adalah nama lain Jayasakti yang memerintahkan Bali pada tahun 1131-1150. Keberadaaan tokoh Mpu Kuturan dan Mpu Bharadah juga terkait dengan cerita Besakih.

Mpu Kuturan dihubungkan dengan Pura Peninjoan dan sebagai arsitek pembangunan Pura Besakih. Nama Rsi Markandeyan yang dikisahkan dari Gunung Raung Jawa Timur dikaitkan dengan pendirian Pura Basukian.

Legenda ini tidak ditemukan dalam teks maupun sumber lain.

Terkait Rsi Markandeya ditemukan berdasarkan koleksi E.Korn tahun 1932 yang bersumber dari cerita seorang pedanda di Lembah Gianyar. Sumber lain terkait Rsi Markandeya baru muncul 1930-an.

Sementara di kompleks Pura Besakih banyak peninggalan zaman megalitik, seperti menhir, tahta batu, maupun struktur teras pyramid. Peninggalan tersebut menunjukkan bahwa Pura besakih berasal dari zaman yang sangat tua, jauh sebelum adanya pengaruh agama Hindu.

Terlepas dari itu, Pura Besakih merupakan bangunan sebagai lambang pemersatu dalam kehidupan masyarakat Bali yang menganut agama Hindu. Keberadaan fisik bangunan tidak sekedar tempat ibadah yang besar, tetapi juga keterkaitan latar belakang dengan makna Gunung Agung yang dianggap memiliki suatu kekuatan gaib yang harus disembah dan dilestarikan.

Kompleks Pura Besakih dibangun berdasarkan keseimbangan alam dalam konsep Tri Hita Karana. Di mana penataan bangunan disesuaikan berdasarkan arah mata angin agar struktur bangunannya dapat mewakili alam sebagai simbolisme adanya keseimbangan.

Masing-masing arah mata angin disebut mandala dengan dewa penguasa yang disebut “Dewa Catur Lokapala”. Mandala tengah sebagai porosnya, sehingga kelima mandala dimanifestasikan menjadi “Panca Dewata”.

Struktur bangunan berdasarkan konsep arah mata angin adalah:

– Pura Penataran Agung Besakih, pusat mandala yang merupakan pura terbesar untuk memuja Dewa Çiwa

– Pura Gelap pada arah timur untuk memuja Dewa Içwara Pura Kiduling Kereteg pada arah selatan untuk memuja Dewa Brahmana

– Pura Ulun Kulkul pada arah barat untuk memuja Dewa Mahadewa

– Pura Batumadeg pada arah utara untuk memuja Dewa Wisnu

Jika kamu ingin datang ke Pura Besakih sebagai peninggalan Kerajaan Bali paling terkenal, dari pusat kota Denpasar jaraknya sekitar 25 km ke arah utara. Perjalanan menuju Pura Besakih melewati panorama Bukit Jambul yang juga menjadi obyek wisata dan daya tarik di Kabupaten Karangasem.

Baca Juga: Kisah Kebo Iwa Panglima Perang Kerajaan Bali Aga yang Merepotkan Perlawanan Gajah Mada

Berita Terkait

Ramalan Zodiak Libra,Scorpio,Sagitarius Besok Minggu 23 Februari 2025: Libra Dihargai,Ada Hoki
Hamas Akui Keliru Kirim Jenazah Shiri Bibas: Bercampur dengan Jasad Lain di Reruntuhan Gaza
Simak Keindahan Serta Kemegahan 5 Katedral Bergaya Gothic
Apa itu Munggahan? Ini Arti, Sejarah, dan Maknanya
Sosok Kepsek yang Dicopot Dedi Mulyadi karena Melawan Meski Ada Larangan
Conclave, Drama di Balik Tembok Vatikan
Mengenal Maryono Hasan: Wawalkot Tangerang Periode 2025-2030 yang Siap Membawa Perubahan
Riwayat Penyakit Hotman Paris hingga Ngedrop di Sidang Razman Nasution,Pernah Terapi di Thailand

Berita Terkait

Sabtu, 22 Februari 2025 - 12:26 WIB

Ramalan Zodiak Libra,Scorpio,Sagitarius Besok Minggu 23 Februari 2025: Libra Dihargai,Ada Hoki

Sabtu, 22 Februari 2025 - 11:57 WIB

Hamas Akui Keliru Kirim Jenazah Shiri Bibas: Bercampur dengan Jasad Lain di Reruntuhan Gaza

Sabtu, 22 Februari 2025 - 09:47 WIB

Simak Keindahan Serta Kemegahan 5 Katedral Bergaya Gothic

Sabtu, 22 Februari 2025 - 08:56 WIB

Apa itu Munggahan? Ini Arti, Sejarah, dan Maknanya

Sabtu, 22 Februari 2025 - 08:07 WIB

Sosok Kepsek yang Dicopot Dedi Mulyadi karena Melawan Meski Ada Larangan

Berita Terbaru

public-safety-and-emergencies

Mobil Pikap dan 16 Unit Sepeda Listrik Menghitam, Ludes Jadi Bangkai di Tol Gempol-Pasuruan

Sabtu, 22 Feb 2025 - 12:27 WIB