RAGAMUTAMA.COM – Lebih dari 220 pemimpin perguruan tinggi dan universitas di Amerika Serikat menandatangani pernyataan bersama yang mengecam keras campur tangan politik dari administrasi Presiden Donald Trump terhadap dunia pendidikan tinggi. Mereka menilai intervensi ini sebagai bentuk penyalahgunaan kekuasaan yang belum pernah terjadi sebelumnya dan mengancam prinsip dasar kebebasan akademik di AS.
Pernyataan bersama ini dirilis pada 22 April dan dipublikasikan oleh American College and University Association (AACU), hanya sehari setelah Universitas Harvard mengajukan gugatan terhadap pemerintahan Trump terkait pembekuan dana federal bernilai miliaran dolar.
Para penandatangan berasal dari berbagai institusi pendidikan, mulai dari universitas riset besar seperti University of Virginia dan University of Wisconsin-Madison, hingga kampus swasta terkemuka seperti Amherst College dan Kenyon College. Nama Alan Garber, Rektor Harvard, serta Larry Jameson, Rektor University of Pennsylvania (almamater Donald Trump), juga termasuk dalam daftar tersebut.
Dalam pernyataan tersebut, para pemimpin universitas mengungkapkan keprihatinan mendalam terhadap ancaman terhadap integritas akademik, terutama menyusul tindakan pemerintah yang memaksa kampus untuk mereformasi manajemen dengan alasan penanggulangan gelombang anti-Semit terkait protes pro-Palestina di sejumlah kampus.
“Kami siap menerima reformasi yang adil, namun kami menolak intervensi berlebihan dalam kehidupan mahasiswa, dosen, dan staf kampus,” demikian kutipan pernyataan itu.
Kekhawatiran juga diarahkan pada praktik penegakan imigrasi, seperti kehadiran petugas ICE (Badan Imigrasi dan Bea Cukai) di lingkungan kampus, yang menurut mereka menciptakan rasa takut di kalangan mahasiswa internasional dan staf imigran.
Sebagai langkah hukum, Harvard secara resmi menggugat pemerintah Trump pada 21 April 2025 atas tindakan pembekuan dana penelitian. Dalam siaran persnya, Rektor Alan Garber menyebut tindakan tersebut sebagai penyalahgunaan kekuasaan eksekutif yang dapat membahayakan masa depan sains dan penelitian di AS.
Ia mengungkapkan bahwa proyek-proyek penting yang terdampak meliputi riset penyembuhan kanker anak, studi penyebaran penyakit menular, dan teknologi bantuan nyeri untuk tentara yang terluka.
“Konsekuensi dari pembekuan ini tidak hanya bersifat administratif, tetapi menyentuh kehidupan dan masa depan banyak orang,” ujar Garber.
Para pemimpin universitas sepakat bahwa lembaga pendidikan tinggi harus menjadi tempat di mana mahasiswa dan staf dapat mengekspresikan pendapat secara bebas tanpa ancaman sensor atau deportasi.
“Kampus kami berkomitmen pada nilai-nilai kebebasan berpikir dan keberagaman pandangan, yang menjadi pondasi utama dari pendidikan tinggi di negara ini,” bunyi pernyataan tersebut.