Pefindo Ungkap Tantangan Penerbitan Obligasi Korporasi di Tahun 2025

- Penulis

Selasa, 15 April 2025 - 14:03 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ragamutama.com JAKARTA. Prospek penerbitan obligasi korporasi pada tahun 2025 diprediksi masih menghadapi sejumlah tantangan yang signifikan, menurut penilaian PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo).

Suhindarto, Kepala Divisi Riset Ekonomi Pefindo, menjelaskan bahwa ketidakpastian geopolitik global menjadi salah satu faktor risiko utama. Konflik yang terus berlanjut di berbagai wilayah, seperti Timur Tengah dan Eropa Timur, berpotensi memberikan dampak yang cukup besar pada pasar modal.

“Situasi ini dapat memicu volatilitas pasar yang lebih tinggi, sehingga investor cenderung meminta imbal hasil yang lebih besar sebagai kompensasi atas peningkatan risiko investasi,” ungkap Suhindarto dalam konferensi pers Pefindo 2025, yang diselenggarakan pada hari Selasa (15/4).

Lebih lanjut, kebijakan ekonomi global yang semakin berorientasi ke dalam negeri (inward-looking) juga memperburuk ketidakpastian yang ada. Potensi perang dagang yang kembali mengemuka, serta kemungkinan pelonggaran kebijakan moneter oleh Bank Sentral AS (The Fed) yang lebih lambat dari perkiraan sebelumnya, berpotensi menahan penurunan imbal hasil (yield) obligasi di pasar global.

Penerbitan Surat Utang Korporasi Meningkat, Cermati Risiko Gagal Bayar

Baca Juga :  Begini Rekomendasi Saham Indeks MSCI Indonesia yang Berlaku Besok (3/3)

“Kombinasi kedua faktor ini berpotensi menyebabkan fluktuasi nilai tukar dan juga menahan penurunan yield obligasi lebih lanjut,” kata Suhindarto menambahkan.

Selain tantangan dari eksternal, terdapat juga tantangan yang berasal dari dalam negeri, yaitu rencana pemerintah untuk menerbitkan surat utang dalam jumlah yang signifikan pada tahun 2025. Pemerintah perlu memenuhi kewajiban pembayaran surat utang yang jatuh tempo, yang jumlahnya meningkat tajam dibandingkan tahun sebelumnya, serta berupaya menutup defisit anggaran yang lebih besar.

Kondisi ini diperkirakan akan memberikan tekanan pada pasar obligasi secara keseluruhan dan berpotensi mempertahankan tingkat yield yang tinggi. Akibatnya, korporasi akan menghadapi kesulitan dalam menawarkan kupon obligasi yang kompetitif untuk menarik minat investor.

Suhindarto juga menyoroti meningkatnya persaingan dari instrumen investasi substitusi, seperti Sertifikat Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dan Surat Utang Negara Indonesia (SUNI). Instrumen-instrumen ini menawarkan daya tarik tersendiri bagi investor di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi global.

“Laju pertumbuhan dana potensial yang tersedia di masyarakat, yang tercermin dari tingkat tabungan nasional bruto (gross national saving rate), masih lebih lambat dibandingkan dengan volume penerbitan surat utang oleh pemerintah dalam beberapa tahun terakhir,” jelasnya.

Baca Juga :  Bulog Serap 709 Ribu Ton Beras: Stabilisasi Harga Beras Terjaga Sepanjang 2025

Bussan Auto Finance Siapkan Dana Rp 11,7 Miliar untuk Lunasi Obligasi Jatuh Tempo

Pefindo juga menyoroti perubahan preferensi investor institusi yang menjadi semakin selektif dalam memilih instrumen investasi. Investor utama di pasar obligasi cenderung menghindari instrumen dengan peringkat di bawah BBB dan sektor-sektor tertentu yang dianggap memiliki risiko yang lebih tinggi. Kondisi ini semakin mempersempit peluang penerbitan obligasi bagi korporasi dengan profil kredit yang kurang kuat.

Meskipun demikian, Pefindo memperkirakan bahwa nilai penerbitan obligasi korporasi baru pada tahun 2025 akan berada dalam kisaran Rp139,29 triliun hingga Rp 155,43 triliun, dengan titik tengah sebesar Rp 143,91 triliun. Hingga kuartal I/2025, realisasi penerbitan obligasi korporasi telah mencapai Rp 46,75 triliun, menunjukkan pertumbuhan sebesar 77,4% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang sebesar Rp 26,35 triliun.

Berita Terkait

Analis Ungkap Prospek Cerah & Rekomendasi Saham PTBA Bukit Asam
KAI Logistik Catat Peningkatan Volume Angkutan Barang Lebaran 2025: 2.500 Ton!
IPO 2024: 13 Emiten Raup Rp6,93 Triliun, Ini Dia Juara Pendanaannya!
Volatilitas Pasar Tinggi? Saham EXCL Jadi Pilihan Aman, Ini Analisisnya
IHSG Melemah: Analis Ungkap Penyebab dan Strategi Investor Hadapi Guncangan
Harga Emas Antam Naik Jadi Rp 1.955.000 Hari Ini, Panduan Lengkap Menabung Emas di Pegadaian
Jadwal Lengkap Pembagian Dividen Brigit Biofarmaka
IHSG Melemah 0,13% di Sesi Pertama Rabu

Berita Terkait

Rabu, 16 April 2025 - 15:35 WIB

Analis Ungkap Prospek Cerah & Rekomendasi Saham PTBA Bukit Asam

Rabu, 16 April 2025 - 15:23 WIB

KAI Logistik Catat Peningkatan Volume Angkutan Barang Lebaran 2025: 2.500 Ton!

Rabu, 16 April 2025 - 15:11 WIB

IPO 2024: 13 Emiten Raup Rp6,93 Triliun, Ini Dia Juara Pendanaannya!

Rabu, 16 April 2025 - 15:07 WIB

Volatilitas Pasar Tinggi? Saham EXCL Jadi Pilihan Aman, Ini Analisisnya

Rabu, 16 April 2025 - 14:15 WIB

IHSG Melemah: Analis Ungkap Penyebab dan Strategi Investor Hadapi Guncangan

Berita Terbaru