NEW YORK CITY, RAGAMUTAMA.COM – Menyusul serangan brutal di Kashmir yang merenggut nyawa 26 warga sipil, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyerukan kepada India dan Pakistan untuk menunjukkan pengendalian diri dan menghindari peningkatan ketegangan lebih lanjut.
Kedua negara bersenjata nuklir ini terlibat dalam serangkaian aksi diplomatik yang saling berbalasan sebagai respons terhadap insiden tragis tersebut.
Relasi antara India dan Pakistan kini berada pada titik terendah dalam beberapa tahun terakhir, sebuah situasi yang mengkhawatirkan banyak pihak.
India menuding Pakistan mendukung “terorisme lintas batas” setelah serangan keji yang dilancarkan oleh kelompok bersenjata terhadap warga Muslim di Kashmir. Serangan ini menjadi yang paling mematikan terhadap warga sipil di wilayah tersebut dalam seperempat abad terakhir.
Stephane Dujarric, juru bicara PBB, menyampaikan permohonan tersebut di New York pada Kamis (24 April 2025): “Kami mendesak kedua pemerintah untuk menunjukkan pengekangan diri secara maksimal dan memastikan bahwa situasi ini tidak memburuk. Setiap perselisihan antara Pakistan dan India dapat dan harus diselesaikan secara damai melalui dialog konstruktif dan bermakna.”
Tanggapan India dan Pakistan
Narendra Modi, Perdana Menteri India, berjanji untuk mengejar para pelaku serangan yang bertanggung jawab atas kematian 26 warga sipil di Pahalgam, sebuah destinasi wisata populer di Kashmir.
Kepolisian India mengidentifikasi dua dari tiga pelaku bersenjata yang melarikan diri sebagai warga negara Pakistan.
Dalam pernyataan publik pertamanya setelah serangan, Modi menyatakan, “India akan mengidentifikasi, melacak, dan menghukum setiap teroris dan pendukung mereka. Kami akan mengejar mereka hingga ke ujung dunia.”
Sementara itu, pemerintah Pakistan dengan tegas membantah keterlibatan dalam serangan tersebut.
Islamabad mengecam upaya untuk mengaitkan Pakistan dengan serangan di Pahalgam sebagai tindakan “tidak berdasar” dan menegaskan bahwa setiap ancaman terhadap kedaulatan dan keamanan Pakistan akan ditanggapi dengan tegas.
Shehbaz Sharif, Perdana Menteri Pakistan, juga memimpin pertemuan Komite Keamanan Nasional yang jarang dilakukan dengan para petinggi militer.
Konflik Kashmir dan eskalasi militer
Kashmir telah terbagi antara India dan Pakistan sejak kedua negara memperoleh kemerdekaan pada tahun 1947, di mana keduanya mengklaim wilayah tersebut secara keseluruhan, tetapi menguasai bagian-bagian yang berbeda.
Sejak tahun 1989, kelompok pemberontak di wilayah Kashmir yang dikuasai India telah melancarkan pemberontakan, menuntut kemerdekaan atau bergabung dengan Pakistan.
Sebagai respons terhadap serangan itu, India telah menggelar latihan militer, termasuk melibatkan angkatan udara dan angkatan laut pada hari Kamis.
Kepolisian India menyatakan bahwa ketiga pelaku bersenjata tersebut berasal dari kelompok Lashkar-e-Taiba, sebuah organisasi teroris yang berbasis di Pakistan dan telah ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh PBB.
India juga menawarkan imbalan sebesar dua juta rupee (sekitar Rp 23,5 juta) untuk informasi yang mengarah pada penangkapan ketiga orang tersebut.
Langkah-langkah tanggapan diplomatik
Serangan di Pahalgam telah memicu serangkaian tindakan balasan diplomatik dari kedua belah pihak.
India mengumumkan penangguhan perjanjian pembagian air, penutupan perbatasan darat utama dengan Pakistan, serta penurunan hubungan diplomatik dan pencabutan visa bagi warga negara Pakistan.
Pakistan merespons dengan memerintahkan pengusiran diplomat India, membatalkan visa bagi warga negara India kecuali peziarah Sikh, serta menutup perbatasan utama di sisi mereka.
Pakistan juga memperingatkan bahwa upaya India untuk menghentikan pasokan air dari Sungai Indus akan dianggap sebagai “tindakan agresi.”
Serangan terburuk dalam sejarah Kashmir baru-baru Ini
Serangan di Pahalgam menandai perubahan signifikan dalam taktik pemberontak, yang biasanya menyasar pasukan keamanan India.
Para ahli berspekulasi bahwa respons militer India kemungkinan akan dilakukan dalam beberapa hari atau minggu mendatang, mengingat ketegangan yang terus meningkat.
Pada tahun 2019, serangan bom bunuh diri yang menewaskan 41 tentara India di Kashmir memicu serangan udara India ke Pakistan, yang nyaris membawa kedua negara ke jurang perang terbuka.
Modi memperingatkan bahwa “seberapa pun luas tanah yang dikuasai oleh para teroris ini, sudah waktunya untuk menghancurkannya menjadi debu”.
Serangan di Pahalgam pada hari Selasa lalu terjadi ketika wisatawan tengah menikmati keindahan pemandangan pegunungan.
Dilaporkan bahwa para penyerang yang muncul dari hutan menyerang kerumunan orang dengan senjata otomatis. Beberapa korban selamat menyatakan bahwa para penyerang menargetkan mereka yang dapat melafalkan pernyataan iman Islam.
Pasukan keamanan India kini telah meluncurkan operasi perburuan besar-besaran untuk menangkap para pelaku.
Serangan tersebut telah memicu kemarahan kelompok nasionalis Hindu di India, dan mahasiswa asal Kashmir di berbagai universitas di India melaporkan mengalami pelecehan dan intimidasi.
Seiring meningkatnya ketegangan antara India dan Pakistan, PBB dan komunitas internasional terus mendesak kedua negara untuk mencari solusi damai melalui dialog dan diplomasi.
Namun, dengan pernyataan-pernyataan keras dari kedua belah pihak, masa depan konflik ini masih diliputi ketidakpastian.