Pasar Obligasi Tersengat Kebijakan Tarif Trump

- Penulis

Rabu, 5 Februari 2025 - 09:27 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Volatilitas di pasar obligasi diperkirakan masih akan tinggi kendati adanya penundaan kebijakan tarif impor AS terhadap Meksiko dan Kanada ditunda selama 30 hari.

Analis Fixed Income Sucorinvest Asset Management (Sucor AM) Alvaro Ihsan menyebutkan penundaan kebijakan tarif bagi negara tetangga Amerika Serikat (AS) memberikan sedikit angin segar bagi pasar mata uang maupun obligasi. Apalagi, masih akan ada diplomasi perdagangan yang akan dilakukan antar negara.

“Meskipun begitu, masih ada kemungkinan terjadinya volatilitas di pasar obligasi yang disebabkan oleh arah kebijakan perdagangan Trump selanjutnya,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (4/2).

Durasi volatilitas pasar sendiri masih belum dapat diprediksi, mengingat pemerintahan Trump baru berjalan beberapa minggu. Di sisi lain, The Fed juga memberitahu bahwa mereka masih ingin melihat apa saja kebijakan ekonomi dan perdagangan yang akan dijalankan pemerintah dalam memutuskan arah suku bunga.

Baca Juga :  Begini Penjelasan Google Usai Rupiah Mendadak Menguat ke Level Rp 8.170 Per Dolar AS

Baca Juga: Investasi ORI 027 dengan Kupon 6,75% Mulai Diserbu, Simak Caranya, Modal Rp 1 Juta

“Kami memiliki target SBN 10 tahun di sekitar 6,7%-6,9% di tahun 2025 mengingat stance Bank Indonesia (BI) bahwa mereka akan condong ke pro growth,” sebutnya.

Selain itu, tingkat inflasi domestik yang relatif rendah serta revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi BI menunjukkan kebutuhan support kebijakan moneter lebih lanjut. Meskipun begitu, tingkat penurunan suku bunga BI akan lebih terbatas karena tekanan eksternal terhadap rupiah.

Di tengah ketidakpastian itu, investor bisa memanfaatkan volatilitas yield untuk memperoleh yield yang lebih favorable. Tentunya, sambung Alvaro, investor perlu mencermati perkembangan lebih lanjut dari kebijakan perdagangan Trump.

Baca Juga :  PT Timah Tindak Tegas Karyawan yang Hina Honorer Pengguna BPJS

Trump diperkirakan berusaha menggunakan ancaman tarif sebagai salah satu cara negosiasi perdagangan antar negara, meskipun begitu, ketidakpastian masih relatif tinggi mengenai negara apa saja yang akan dikenakan tarif serta tingkat tarif itu sendiri sehingga dapat menimbulkan volatilitas pada pasar. 

Menghadapi volatilitas, Sucorinvest menilai investor dapat mempertimbangkan untuk memasuki obligasi dengan durasi lebih pendek untuk meminimalisir sensitivitas harga (interest rate risk). Menurutnya, investor yang cenderung risk averse dapat memasuki obligasi pemerintah durasi pendek.

“Di sisi lain, investor juga dapat mempertimbangkan untuk memasuki obligasi korporasi dengan rating serta fundamental yang kuat,” imbuhnya.

Berita Terkait

Syarat Penting Daftar KIP-Kuliah 2025, Harus Punya Dokumen Ini
Kemenkeu Bantah Daftar Pemangkasan Anggaran Kementerian Lembaga yang Beredar
Bursa Saham Asia Mayoritas Menguat, Dolar AS Melemah
Diisukan Merger dengan Grab, Saham GOTO Bisa Menuju Rp110?
KKNP 63 Umsida Rebranding UMKM Tersembunyi Desa Manting
Syarat dan Prosedur Bayar Pajak Kendaraan Tahunan
Kawasaki Pastikan Launching Motor Baru di IIMS 2025, ZX-25R Terbaru Siap Hadir
Sederet Dampak Kebijakan Efisiensi Prabowo ke Operasional ASN

Berita Terkait

Rabu, 5 Februari 2025 - 11:16 WIB

Syarat Penting Daftar KIP-Kuliah 2025, Harus Punya Dokumen Ini

Rabu, 5 Februari 2025 - 11:10 WIB

Kemenkeu Bantah Daftar Pemangkasan Anggaran Kementerian Lembaga yang Beredar

Rabu, 5 Februari 2025 - 11:10 WIB

Bursa Saham Asia Mayoritas Menguat, Dolar AS Melemah

Rabu, 5 Februari 2025 - 10:57 WIB

KKNP 63 Umsida Rebranding UMKM Tersembunyi Desa Manting

Rabu, 5 Februari 2025 - 10:37 WIB

Syarat dan Prosedur Bayar Pajak Kendaraan Tahunan

Berita Terbaru

public-safety-and-emergencies

Siman Bahar Mangkir dari Panggilan KPK, Alasannya Kondisi Kesehatan

Rabu, 5 Feb 2025 - 11:16 WIB

politics

Kisruh Bahlil Larang LPG 3 Kg Dijual di Pengecer

Rabu, 5 Feb 2025 - 11:10 WIB

finance

Bursa Saham Asia Mayoritas Menguat, Dolar AS Melemah

Rabu, 5 Feb 2025 - 11:10 WIB