TEMPO.CO, Jakarta – Pelancong asal Italia, Stefano dan Alessia, traveling melintasi 19 negara dan empat benua dengan menggunakan sepeda. Keduanya singgah di beberapa negara di Asia, termasuk Vietnam dan Singapura.
Stefano, 34, dan Alessia, 31, adalah kapten kapal pesiar di Venesia, Italia. Meski selalu bepergian karena pekerjaannya, keduanya selalu bersemangat untuk traveling. Setelah melakukan banyak perjalanan singkat, Alessia menyadari bahwa menikmati alam dari dalam mobil tidak semenyenangkan bersepeda. Menurut dia, dengan bersepeda, ia bisa berhenti, beristirahat, dan berinteraksi dengan penduduk setempat.
Berhenti Bekerja
Terinspirasi oleh buku Cercatori di Lucciole (Para Pencari Kunang-Kunang), Stefano merenungkan bagaimana kunang-kunang, meskipun kecil, menyimpan kenangan masa kecil bagi banyak orang. Setelah menabung selama dua tahun, mereka berhenti dari pekerjaan dan memulai petualangan bersepeda. Awalnya keluarga dan teman-teman menilai rencana mereka ini luar biasa dan gila.
Meninggalkan kampung halaman mereka di Chioggia pada 15 Februari 2024, mereka masing-masing membawa lima tas berisi tiga set pakaian, kompor portabel, tenda, dan sepatu.
Rute Perjalanan Sepeda
Alessia dan pasangannya bersepeda ke timur dari Italia, melewati Slovenia, Balkan, dan Yunani sebelum mencapai Turki dan Asia Tengah – Georgia ke Kirgistan. Dari sana, mereka melakukan perjalanan melalui Cina dan Asia Selatan, termasuk Pakistan, Nepal, dan India.
Niatnya menjelajah dunia dengan sepeda, ternyata ada dua momen di mana mereka tetap harus naik pesawat, yakni dari Georgia ke Kazakhstan karena penutupan perbatasan di Azerbaijan, dan sekali lagi dari India ke Vietnam karena konflik di Myanmar.
Sebulan di Vietnam
Di Vietnam, mereka menghabiskan waktu selama satu bulan. Sesampainya di Hanoi pada 8 Januari, mereka bersepeda menyusuri pantai tengah Vietnam, melalui Kota Ho Chi Minh dan Delta Mekong, sebelum melanjutkan perjalanan ke Kamboja.
Awalnya, pasangan itu merasa kewalahan dengan jalanan Vietnam, terutama lautan sepeda motor dan bus yang terus-menerus membunyikan klakson. Namun, Alessia mengakui, bahwa jalan-jalan di sana masih lebih stabil daripada jalanan di New Delhi.
Di antara tempat-tempat favorit mereka di Vietnam adalah Pulau Cat Ba, tempat pegunungan kapur menjulang dari laut, membentuk pulau-pulau kecil. Mereka menyukai pantai dan udaranya yang segar.
Selama perjalanan, mereka senang berbincang dengan penduduk setempat. Satu hal yang menonjol adalah betapa paginya orang Vietnam memulai hari.
Stefano terkejut melihat orang-orang berolahraga di trotoar dan di taman sejak pukul 5 pagi, berlatih tai chi, bermain bulu tangkis, dan menendang shuttlecock. Di Italia, katanya, hari biasanya dimulai pukul 9 atau 10 pagi, dengan orang-orang keluar untuk sarapan dan minum kopi.
Izin Berkemah saat Tahun Baru Imlek
Sebelum Tahun Baru Imlek, mereka bertanya kepada penduduk setempat apakah mereka bisa berkemah di lapangan sepak bola di Kota Da Nang. Namun pada pukul 6 pagi, Alessia sudah terbangun karena suara bola menggelinding dan sorak sorai.
Stefano menyukai air kelapa dan sari tebu, menyebutnya sebagai minuman segar. Di pegunungan, mereka berkemah dan memasak makanan mereka sendiri.
Karena mereka tiba tepat sebelum Tet atau Festival Musim Semi ala Vietnam, teman-teman memperingatkan mereka untuk menimbun makanan karena toko-toko dan restoran akan tutup. Stefano mengambil beberapa bahan dan memasak di rumah singgah mereka. Mereka juga merasakan tradisi Tahun Baru Vietnam, mengunjungi kuil, dan bahkan mengikuti sesi karaoke.
c, tempat pemberhentian terakhir dalam tur Asia Tenggara. Mereka telah berbagi perjalanan mereka di Instagram dan mendapat banyak dukungan dari pengikutnya.
Pilihan Editor: 14 Pasien Anak Palestina dari Gaza Diterbangkan ke Italia untuk Berobat