“`html
Jakarta, RAGAMUTAMA.COM – Peluncuran Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) pada akhir Februari 2025 menuai kontroversi di tengah masyarakat.
Banyak keraguan terhadap Danantara karena besarnya total aset yang akan dikelola. Publik mempertanyakan kemampuan Danantara dalam mengelola aset Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang nilainya mencapai ribuan triliun rupiah.
Untuk menjawab keraguan tersebut, Pemimpin Redaksi RAGAMUTAMA.COM, Uni Lubis, mewawancarai langsung Chief Investment Officer (CIO) Danantara, Pandu Sjahrir. Wawancara tersebut tidak hanya membahas Danantara, tetapi juga kehidupan Pandu sebagai putra aktivis sekaligus ekonom ternama Indonesia, Sjahrir, serta pandangannya mengenai kondisi Indonesia saat ini.
Berikut wawancara lengkap Pandu Sjahrir dalam program Real Talk with Uni Lubis yang telah tayang di YouTube RAGAMUTAMA.COM:
Apa yang paling Pandu ingat dan menginspirasi untuk kehidupan termasuk sekarang dari ayah (Sjahrir)?
Saya tumbuh bersama ayah sebelum beliau wafat tahun 2008. Saya mengenalnya lebih sebagai seorang ayah, bukan sebagai seorang profesional. Yang paling saya ingat adalah peristiwa Mei 1998. Saat itu saya berada di Chicago, kuliah di University of Chicago, lalu mendapat telepon tengah malam, waktu Jakarta pagi. Ayah hilang, ditembaki.
Saya sangat terkejut. Ke mana ayah saya? Setelahnya, malam itu, saya bertemu beliau dan Muhammad Chatib Basri di sebuah selokan. Mereka berhasil kabur. Saat itu saya bertanya-tanya, apa yang terjadi di Indonesia? Mengapa ayah begitu lantang menyuarakan pendapatnya? Meskipun demikian, saya juga memahaminya.
Kemudian, saat saya pulang ke Indonesia tahun 2001, ayah pernah berkata tentang partai yang didirikannya, Partai Indonesia Baru. Sebagai anak yang baru mulai bekerja di Amerika, di New York, di Lehman Brothers, saya bertanya, ‘Ke mana uang untuk partai politik itu?’ Saya dan adik saya juga pernah bertanya soal warisan.
Beliau menjawab dengan agak keras, ‘Uangku adalah uangku, uangmu adalah uangmu. Aku bakar uangku, itu urusanku, aku sudah memberimu kail. Terserah kamu mau mencari ikannya sendiri.’ Saat itu saya menyadari bahwa saya harus bekerja keras. Sejak usia 21 tahun, saya menjadi investment banker hingga usia 30 tahun. Saya berkarier di private equity, baru kembali ke Indonesia setelah ayah meninggal. Sebenarnya saya sudah nyaman bekerja di Amerika, berkarier dengan baik, hingga suatu hari, di usia 30 tahun, seorang paman saya datang ke kantor.
Singkat cerita, paman saya, yang merupakan Pak Luhut (Ketua Dewan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan), memberitahu bos saya bahwa saya akan pindah ke Indonesia. Ibu saya setuju. Saya terkejut, karena belum pernah bekerja sama dengan paman saya. Beliau dikenal tegas. Saya pindah tanpa membahas gaji. Ternyata, gajinya sepersepuluh dari gaji saya di Amerika. Dari situlah saya belajar tentang negosiasi.
Paman saya bilang, sebelum mempekerjakan saya, beliau telah mengecek tiga orang. Salah satunya Pak Tom Lembong, kemudian Patrick Walujo (tahun 2010), dan satu orang lagi. Ketiganya sudah sukses di bidang private equity dan bisnis. Saya heran, mengapa paman saya mengecek dan memeriksa saya secara teliti? Begitulah paman saya.
Itulah awal mula saya membangun perusahaan bernama TBS (PT TBS Energi Utama Tbk/TOBA). Karier dan kehidupan saya banyak dibentuk oleh Sjahrir. Beliau sosok yang bersemangat, ramah, dan memiliki banyak teman dekat. Beliau bersikap tegas namun penuh kasih sayang kepada anaknya.
Beliau selalu mengatakan, pada akhirnya, hidupmu adalah hidupmu. Beliau telah memberikan warisan berupa biaya pendidikan hingga kuliah. Setelah itu, saya harus membiayai pendidikan S2 saya sendiri di Stanford University. Alhamdulillah, saya bisa. Setelah itu, saya bekerja. Saya sempat berpikir untuk menetap di Amerika karena karier saya dihargai di sana. Kehidupan saya berubah drastis setelah kembali ke Indonesia akhir tahun 2010.
Profil Pandu Sjahrir, Ponakan Luhut yang Jadi CIO Danantara
Profil Pandu Sjahrir, Ponakan Luhut yang Jadi CIO Danantara
Pandu dikenal sebagai pengusaha muda yang dekat dengan kalangan elit, terutama sejak era Presiden Jokowi. Banyak yang mengatakan ia mendapat berbagai kemudahan, terutama karena hubungan kekerabatannya dengan Pak Luhut. Bagaimana Pandu melihat hal tersebut?
Saya tidak akan munafik. Saya bersyukur atas kedekatan dan akses yang saya miliki. Saya memiliki ayah, ibu, dan Pak Luhut yang turut membentuk perjalanan hidup saya. Saya mengenal Pak Jokowi tahun 2011. Saat itu Pak Luhut memiliki usaha patungan, perusahaan mebel. Saya belajar banyak dan saat itu belum banyak yang mengenal Pak Jokowi.
Popularitas Pak Jokowi meningkat ketika beliau memenangkan pemilihan Gubernur Jakarta dan kemudian mencalonkan diri sebagai Presiden. Saya ingat Pak Luhut berkata, ‘Dia bisa menjadi Gubernur.’ Lalu setahun kemudian, beliau menjadi Presiden. Lawannya saat itu adalah Om Prabowo, yang juga saya kenal baik secara keluarga. Ayah saya pernah bekerja dengan Profesor Sumitro. Indonesia itu kecil, banyak interaksi seperti ini. Itu yang menarik bagi saya.
Sejak 2013 hingga sekarang, saya menyadari bahwa apa pun yang saya lakukan 10 tahun lalu akan berdampak 10 tahun kemudian. Saya memutuskan untuk tidak terlalu banyak berbisnis di sektor sumber daya alam, seperti batu bara dan pembangkit listrik tenaga batu bara. Saya lebih fokus pada sumber daya manusia. Investasi pertama saya adalah di Gojek, perusahaan kecil milik Nadiem. Sukses besar saya adalah investasi di Garena, perusahaan game milik teman sekolah saya, Forrest Li. Garena kemudian mendirikan Shopee. Saya menjadi ketua pertama di Shopee, karyawan ke-88. Bayangkan, dari 88 karyawan global, hanya 15 di Indonesia, berkembang menjadi 20.000 di Indonesia dan hampir 60.000 di seluruh dunia saat saya keluar dari SEA (induk Shopee dan Garena) tahun 2017.
Saya bangga karena keberhasilan itu tidak banyak melibatkan intervensi politik. Membangun Shopee dan Garena memberikan banyak berkah bagi saya. Dari situ, saya mendirikan perusahaan investasi dan berinvestasi di perusahaan teknologi lainnya. Orang-orang mungkin mengenal saya karena investasi, tetapi juga karena kedekatan dengan Pak Luhut. Namun, Garena adalah contoh di mana tidak ada intervensi politik sama sekali. Saya harus memilih antara berbagai kesempatan. Dari 2016 hingga 2021, saya hanya fokus pada satu perusahaan teknologi besar, yaitu Garena (Shopee, Seabank, dll). Saya fokus pada game dan e-commerce. Setelah keluar dari SEA tahun 2021, saya menjadi Komisaris Utama Gopay dan fokus pada perusahaan investasi saya.
Dalam karier tersebut, apakah Pandu pernah mengalami investasi yang gagal dan bermasalah?
Kalau bermasalah tidak, tetapi gagal pasti sering karena banyak investasi di venture capital yang berisiko tinggi, tetapi juga berpotensi keuntungan tinggi. Alhamdulillah, di sektor energi atau TBS, sebagian besar berjalan lancar. Kami membeli PLTU Paiton tahun 2017 dan menjualnya tahun 2021 dengan keuntungan yang kemudian kami investasikan di energi terbarukan.
Sekarang kami fokus pada energi terbarukan, kendaraan listrik (kerja sama dengan GoTo), dan pengelolaan sampah. TBS akan menjadi perusahaan regional. Kami membeli perusahaan pengelola sampah terbesar di Singapura, SembCorp. Arahnya ke luar negeri.
Kontroversi yang melingkupi Pandu Sjahrir terkait investasi di GoTo. Apa yang sebenarnya terjadi?
Saya tidak tahu mengapa hal ini menjadi publik. Ada isu karena penurunan harga saham, yang juga terjadi di perusahaan lain. Saham GoTo sempat naik ke Rp300, lalu turun ke Rp50, dan sekarang perlahan naik ke Rp85-Rp86. Penurunan nilai perusahaan e-commerce bukan hanya terjadi di GoTo. SEA juga mengalami penurunan yang lebih besar, dari 380 dolar AS ke 30 dolar AS, dan sekarang kembali ke 100 dolar AS lebih. Grab juga mengalami hal serupa.
Jadi, ini bukan hal yang unik. GoTo memiliki investor global dan mengalami resetting, tetapi sekarang sudah mulai pulih. GoTo di bawah kepemimpinan Patrick Walujo menjadi perusahaan yang lebih kokoh.
Pendapatan Naik 8 Persen, GoTo Kantongi Rp15,8 Triliun di 2024
Pendapatan Naik 8 Persen, GoTo Kantongi Rp15,8 Triliun di 2024
Danantara adalah institusi pemerintah pertama yang Pandu bergabung. Kapan tepatnya dan siapa yang mengajak Pandu bergabung?
Saya diminta oleh Pak Seskab (Teddy Indra Wijaya) untuk bertemu Presiden (Prabowo) sekitar 10 minggu lalu. Saya kira akan ditawari pekerjaan, ternyata terkait Danantara.
Saya bertanya kepada Presiden, ‘Apa itu Danantara?’ Beliau terkejut karena saya tidak tahu. Beliau menjelaskan bahwa ingin membuat sovereign fund sebagai pendorong pertumbuhan Indonesia. Harus profesional dan internasional, serta menjadi kebanggaan bangsa. Beliau menjelaskan ide konsolidasi aset.
Saya bertanya soal aspek politiknya. Presiden menjawab, ‘Itu tanggung jawab saya. Tugasmu adalah membangun perusahaan terbaik.’ Saya mengaku belum pernah melakukan hal seperti ini. Saya hanya bisa berusaha sebaik mungkin. Saya juga bertanya soal indikator keberhasilan (KPI), yaitu Internal Rate of Return (IRR) dan risk management. Saya terkejut, karena belum pernah ada Presiden yang membahas IRR atau return. Namun, saya menilai pemikiran tersebut positif.
Saya langsung menerima tawaran tersebut, dengan segala risiko dan pengawasan yang akan ada. Saya melihat ini sebagai niat yang baik. Awalnya saya ditunjuk sebagai Chief Operating Officer. Kemudian saya bertemu Pak Muliaman, Pak Kaharuddin Jenod, dan beberapa menteri. Selama 10 minggu terakhir, saya banyak belajar tentang tata negara, pembentukan institusi, undang-undang, Peraturan Pemerintah (PP), Keputusan Presiden (Keppres), dan transisi dari proses politik ke korporasi.
Pembentukan Danantara merupakan proses politik, dan tantangan berikutnya adalah transisi ke korporasi.
Nama yang muncul di Dewan Pengawas adalah Tony Blair. Benarkah beliau di Dewan Pengawas?
Dewan Pengawas terdiri dari orang Indonesia. Nama-nama seperti Tony Blair termasuk dalam Dewan Penasihat Internasional yang akan memberikan nasihat global. Pertama, memberikan gambaran umum situasi global. Kedua, tren politik dan ekonomi global yang berdampak pada Indonesia. Ketiga, memberikan pandangan netral. Kami membutuhkan pandangan netral karena sering fokus pada urusan domestik dan lupa situasi global. Saya ingin tahu pemikiran para pemimpin global.
Danantara akan menjadi salah satu sovereign fund terbesar di dunia, masuk 10 besar. Ini seperti bayi yang besar, jadi perlu dirawat dengan baik. Saya membutuhkan masukan dari berbagai pihak agar Danantara berkembang sehat dan kuat.
Jadi CIO Danantara, Pandu Sjahrir Pastikan Resign dari Perusahaan
Jadi CIO Danantara, Pandu Sjahrir Pastikan Resign dari Perusahaan
Kritik publik terkait Tony Blair sebelumnya di IKN, yang diharapkan dapat mendatangkan investasi, tetapi ternyata tidak ada.
Pendapat kita berbeda. Yang menjalankan dan mendatangkan investasi adalah kita. Banyak masukan yang saya terima, misalnya dari Ray Dalio, yang saya ajak bicara beberapa kali tentang sovereign fund. Saya belajar banyak dari beliau tentang investment philosophy dan program investasi. Saya perlu belajar banyak karena belum pernah melakukan hal sebesar ini.
Saya yakin akan berhasil.
Tujuan Danantara adalah mengoptimalkan aset BUMN, tetapi tetap menggunakan orang-orang yang sudah mengelola BUMN. Publik ragu, bagaimana tanggapan Pandu?
Perlu dijelaskan bahwa ini berkaitan dengan revisi Undang-Undang BUMN. Revisi tersebut memperkuat business judgment rule, di mana tindakan yang sesuai prosedur dan memo investasi yang benar tidak akan dikriminalisasi. Dalam investasi, ada kemungkinan kesalahan, tetapi tidak semua kesalahan perlu disalahkan. Namun, tindakan yang menguntungkan pribadi atau terdapat konflik kepentingan tetap akan diproses. Soal audit, Danantara akan diaudit oleh kantor akuntansi publik terbaik dan akan diawasi oleh oversight committee yang mungkin melibatkan Ketua BPK.
Dengan superholding, kita memiliki gambaran menyeluruh tentang konsolidasi aset. Tujuan utama perubahan struktur ini adalah agar orang dapat bekerja lebih optimal.
Bagaimana jika Danantara menerbitkan obligasi? Apakah akan ada yang membeli?
Yang penting adalah tujuan yang jelas. Kita harus memilih proyek strategis. Kita bisa menerbitkan obligasi dalam atau luar negeri, tergantung reaksi pasar. Antusiasme untuk obligasi luar negeri cukup tinggi. Banyak pihak telah menawarkan hal tersebut. Antusiasme dari sisi fixed income tinggi. Dari sisi pasar publik, agak beragam karena isu MSCI. Ada technical selling.
Saya harus menemukan proyek yang baik untuk diinvestasikan. Saya tidak terlalu khawatir soal pendanaan. Saya ingin membuktikan bahwa Danantara dapat berinvestasi dengan baik.
Artinya tidak akan ada konflik, misalnya penerbitan obligasi yang dibeli oleh bank negara yang merupakan bagian dari Danantara?
Jika bank menganggap obligasi tersebut baik, mereka akan membelinya. Namun, saya rasa sebagian besar peminat akan berasal dari luar negeri, yang merupakan hal positif karena itu bagian dari investasi di Indonesia.
Penjelasan Danantara dalam bahasa sederhana. Sumber investasinya dari mana?
Sumber investasi berasal dari dividen atau keuntungan BUMN. Saat ini, keuntungan tersebut dibagi dua: sebagian untuk pemegang saham minoritas (perusahaan terbuka) dan sebagian untuk pemegang saham pengendali (Kementerian Keuangan) yang masuk ke kas negara. Sekarang, keuntungan tersebut dialihkan ke Danantara untuk diinvestasikan kembali. Perbedaannya adalah uang tersebut akan diinvestasikan, tidak seperti sebelumnya yang sebagian besar digunakan untuk working capital negara.
Daftar 14 BUMN yang Sudah Alihkan Saham ke Danantara
Daftar 14 BUMN yang Sudah Alihkan Saham ke Danantara
Bagaimana mekanisme leverage modal Danantara dan pendanaan dari pihak lain?
Tergantung proyeknya. Bisa melalui pembiayaan proyek, joint venture, atau pinjaman dari pasar modal (obligasi).
Pandu menyebutkan investasi pertama Danantara akan ‘membosankan’. Investasi seperti apa yang dimaksud?
Investasi yang ‘membosankan’ biasanya memiliki cash flow yang stabil dan payback yang jelas. Saya suka investasi yang sederhana dan mudah. Misalnya, ketahanan energi, meningkatkan produksi dalam negeri dan mengurangi impor. Return-nya bagus karena ada penghematan dan payback dari proyek itu sendiri. Saya perlu mengurangi biaya pembangunan dan biaya modal, dan bermitra dengan pihak yang mengerti pengelolaannya.
Di Undang-Undang BUMN disebut holding investasi dan holding operasional. Apa maksudnya?
Holding operasional bertugas mengoptimalkan aset yang ada di bawahnya, fokus pada total shareholder return, efisiensi, dan pembayaran dividen yang lebih besar. Holding investasi bertugas menginvestasikan dividen tersebut untuk menghasilkan return yang baik dan menciptakan lapangan kerja. Risikonya berbeda, jadi dipisahkan.
Saham merah putih 1 persen sebelumnya dipegang Menteri Keuangan, sekarang pindah ke Menteri BUMN?
Satu saham dipindahkan ke Kementerian BUMN. Sisanya (99 persen) ke Danantara. Danantara bertugas mengoperasikan dan mengawasi, sementara Kementerian BUMN menangani kebijakan publik dan penugasan. Jika ada penugasan dari negara, dananya akan berasal dari negara. Ini memisahkan PSO (Public Service Obligation) dari perusahaan BUMN.
Ada gerakan menarik tabungan dari bank negara karena kurang percaya pada Danantara. Bagaimana sebenarnya? DPK akan dikelola dan diinvestasikan Danantara?
Danantara tidak menggunakan dana pihak ketiga. Uang di bank tetap di bank. Kita fokus pada dividen atau keuntungan bersih yang dibagikan kepada pemegang saham publik dan Danantara. Tidak ada hubungannya. Jangan khawatir tentang uang di bank. Kita kelola hasil keuntungan perusahaan seperti bank Himbara. Dividen akan dibagikan, dan tugas kita adalah menginvestasikannya.
Ramai Seruan Tarik Dana dari Bank Himbara, Jubir BUMN: Jangan Khawatir
Ramai Seruan Tarik Dana dari Bank Himbara, Jubir BUMN: Jangan Khawatir
Bagaimana hubungan kerja Kementerian BUMN, BPI Danantara, dan holding operasional?
Ketiganya berkoordinasi. Saya, Pak Rosan, dan Pak Doni saling mengisi. Kami bertiga dari sektor swasta, saling melengkapi dan tidak ada ego. Yang penting tanggung jawab masing-masing terpenuhi. Kita semua bekerja sama untuk kesuksesan organisasi.
Jika investasi Danantara rugi, apa dampaknya?
Investasi di BUMN dan investasi Danantara berbeda. Jika Danantara rugi, kita harus memperbaiki prosesnya. Semua orang akan mengawasi apa yang kita lakukan. Saya akan memeriksa dan mengecek semua proses. Pengawasan akan sangat ketat di awal, tetapi setelah itu akan berjalan seperti biasa. Saya akan menjelaskan investasi pertama atau kedua kita nanti.
Soal Danantara terkait governance, efisiensi anggaran, dan isu ‘Indonesia Gelap’. Sebagai anak aktivis, bagaimana tanggapan Pandu?
Saya banyak belajar sejarah. Tahun 1998 terjadi huru-hara. Kementerian BUMN belum ada, masih bagian dari Kementerian Keuangan. Undang-undang BUMN ditulis oleh Bacelius Ruru tahun 2003. Saya bertanya kepada Pak Laksamana Soekardi, Menteri BUMN kedua, tentang tujuan pembentukan BUMN setelah 1998. Tujuannya agar BUMN dikelola seperti korporasi, tetapi tetap ada peran negara.
Saya tertarik dengan Danantara karena lebih berorientasi korporasi dan kurang politis. Ide ini sudah ada sejak 20 tahun lalu, tetapi baru terwujud sekarang dengan pemimpin dan orang yang tepat. Presiden saat itu tidak setuju. Penandatangan pertama adalah Presiden Megawati. Ini merupakan bagian dari sejarah. Saya melihat ini sebagai kesempatan emas. Ancaman terbesar adalah tidak melakukannya. Perubahan status quo perlu terjadi.
Cerita Pandu Sjahrir Ditawari Gabung Danantara oleh Prabowo
Cerita Pandu Sjahrir Ditawari Gabung Danantara oleh Prabowo
“`