Palantir Ungguli Tesla: Analisis Saham Wall Street Era Trump

Avatar photo

- Penulis

Rabu, 30 April 2025 - 00:20 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

RAGAMUTAMA.COM. Kembalinya Presiden Donald Trump ke Gedung Putih pada 20 Januari lalu telah memicu guncangan signifikan di pasar keuangan global, akibat pergeseran drastis kebijakan domestik dan luar negeri Amerika Serikat.

Kebijakan perang dagang multi-arah yang digulirkan Trump, ditambah ketidakpastian tarif impor, telah mengganggu rantai pasokan, menimbulkan ketidakjelasan prospek bisnis, dan meningkatkan kekhawatiran akan resesi di AS. Indeks S&P 500 pun tercatat melemah hampir 8% sejak pelantikan Trump.

Menjelang hari ke-100 masa jabatannya, berikut gambaran pemenang dan pecundang di bursa saham AS:

Wall Street Selasa (29/4): S&P 500 dan Nasdaq Turun Tipis, Menanti Dampak Tarif Trump

PEMENANG

Palantir Technologies

Perusahaan analisis data ini, yang bermitra dengan Departemen Keamanan Dalam Negeri AS, mengalami lonjakan hampir 60% sejak Trump kembali berkuasa. Hal ini sejalan dengan prioritas baru Departemen Pertahanan dalam akuisisi perangkat lunak untuk memperkuat militer AS. Palantir juga berkolaborasi dengan SpaceX (milik Elon Musk) dan Anduril (perusahaan drone) dalam pengembangan sistem pertahanan rudal Golden Dome, menurut sumber Reuters. Ketiga perusahaan ini didirikan oleh para pengusaha yang dikenal sebagai pendukung Trump, menjadikan Palantir sebagai saham berkinerja terbaik di S&P 500 selama 100 hari pertama pemerintahan Trump.

Baca Juga :  Beli Emas Tunai atau Kredit? Mana yang Lebih Menguntungkan Investasi Anda?

HSBC Turunkan Target S&P 500 Jadi 5.600, Soroti Risiko Melambatnya Ekonomi AS

Newsmax

Stasiun berita konservatif Newsmax, yang baru tercatat di NYSE pada 31 Maret, telah meroket lebih dari 60% sejak penawaran umum perdana (IPO). Kenaikan ini didorong oleh minat besar investor ritel.

Saham Tambang Emas

Ketidakpastian kebijakan AS dan kekhawatiran resesi mendorong kenaikan harga emas, yang pada gilirannya meningkatkan nilai saham perusahaan tambang emas. Sebagai contoh, Newmont, penambang emas terbesar dunia, mengalami penguatan hampir 30% sejak 20 Januari. Saham penambang emas asing yang terdaftar di AS, seperti Barrick Gold, Gold Fields, dan AngloGold Ashanti, juga mencatat kenaikan antara 20% hingga 50%.

Defisit Perdagangan Barang AS Makin Melebar, Ekonomi AS Kian Tertekan

PECUNDANG

Maskapai Penerbangan AS

Saham maskapai penerbangan terdampak negatif oleh tarif impor dan penurunan permintaan perjalanan. Indeks maskapai S&P 1500 anjlok hampir sepertiga sejak 20 Januari. Beberapa maskapai besar, termasuk Delta Air Lines, American Airlines, dan Southwest Airlines, bahkan menarik kembali proyeksi kinerja tahunan mereka dan tengah melobi pemerintah AS untuk mendapatkan pengecualian tarif.

Baca Juga :  Kemenperin Resmi Berlakukan Laporan Triwulan Wajib bagi Perusahaan Mulai 2025

Tesla Inc.

Saham Tesla turun 33% sejak Trump kembali menjabat. Investor khawatir keterlibatan CEO Elon Musk dalam proyek pemerintahan AS mengalihkan fokusnya dari Tesla, ditambah tren penurunan penjualan. Namun, Musk menyatakan akan membatasi waktu untuk proyek Trump menjadi satu atau dua hari per minggu mulai bulan depan.

Efek Tarif Trump: Korporasi Global Tekor, PHK & Revisi Proyeksi

Ritel dan Konsumer

Kekhawatiran resesi juga memukul sektor ritel, dengan konsumen mengurangi pengeluaran. Kohl’s, misalnya, mengalami penurunan saham hingga 46% sejak 20 Januari, dan manajemen memprediksi proses pemulihan yang panjang. Macy’s juga melemah 17% setelah laporan pendapatan dan proyeksi tahunannya meleset dari ekspektasi.

Teknologi dan Elektronik

Beberapa perusahaan teknologi mengalami penurunan signifikan. Teradyne, produsen alat uji semikonduktor, anjlok 44,5% akibat fluktuasi bisnis yang disebabkan tarif dan pembatasan perdagangan sejak Maret. Zebra Technologies, produsen pemindai barcode, juga turun 40% sepanjang tahun ini, dengan peringatan potensi tekanan laba sejak Februari.

Berita Terkait

Kembangkan Logam Tanah Jarang (LTJ), Simak Rekomendasi Saham PT Timah (TINS)
Kenapa Dirut Hartadinata Pilih Investasi Emas Batangan?
Harga Emas Anjlok Akibat Optimisme Perang Dagang Mereda
United Tractors Bagikan Dividen Jumbo Rp7,8 Triliun, Tertinggi Sepanjang Sejarah?
Investor Asing Lepas Saham ASII dan BBCA: Daftar Lengkap 10 Saham Net Sell Terbesar!
IHSG Menguat, Investasi Emas dan Kripto Makin Menguntungkan?
IHSG Bangkit: Daftar Saham Pilihan Asing Hari Ini!
Produksi Nikel Matte Vale Indonesia (INCO) Turun pada Kuartal I-2025, Ini Penyebabnya

Berita Terkait

Rabu, 30 April 2025 - 05:31 WIB

Kembangkan Logam Tanah Jarang (LTJ), Simak Rekomendasi Saham PT Timah (TINS)

Rabu, 30 April 2025 - 03:59 WIB

Kenapa Dirut Hartadinata Pilih Investasi Emas Batangan?

Rabu, 30 April 2025 - 03:40 WIB

Harga Emas Anjlok Akibat Optimisme Perang Dagang Mereda

Rabu, 30 April 2025 - 03:35 WIB

United Tractors Bagikan Dividen Jumbo Rp7,8 Triliun, Tertinggi Sepanjang Sejarah?

Rabu, 30 April 2025 - 02:59 WIB

Investor Asing Lepas Saham ASII dan BBCA: Daftar Lengkap 10 Saham Net Sell Terbesar!

Berita Terbaru

finance

Kenapa Dirut Hartadinata Pilih Investasi Emas Batangan?

Rabu, 30 Apr 2025 - 03:59 WIB