RAGAMUTAMA.COM. Kembalinya Presiden Donald Trump ke Gedung Putih pada 20 Januari lalu telah memicu guncangan signifikan di pasar keuangan global, akibat pergeseran drastis kebijakan domestik dan luar negeri Amerika Serikat.
Kebijakan perang dagang multi-arah yang digulirkan Trump, ditambah ketidakpastian tarif impor, telah mengganggu rantai pasokan, menimbulkan ketidakjelasan prospek bisnis, dan meningkatkan kekhawatiran akan resesi di AS. Indeks S&P 500 pun tercatat melemah hampir 8% sejak pelantikan Trump.
Menjelang hari ke-100 masa jabatannya, berikut gambaran pemenang dan pecundang di bursa saham AS:
Wall Street Selasa (29/4): S&P 500 dan Nasdaq Turun Tipis, Menanti Dampak Tarif Trump
PEMENANG
Palantir Technologies
Perusahaan analisis data ini, yang bermitra dengan Departemen Keamanan Dalam Negeri AS, mengalami lonjakan hampir 60% sejak Trump kembali berkuasa. Hal ini sejalan dengan prioritas baru Departemen Pertahanan dalam akuisisi perangkat lunak untuk memperkuat militer AS. Palantir juga berkolaborasi dengan SpaceX (milik Elon Musk) dan Anduril (perusahaan drone) dalam pengembangan sistem pertahanan rudal Golden Dome, menurut sumber Reuters. Ketiga perusahaan ini didirikan oleh para pengusaha yang dikenal sebagai pendukung Trump, menjadikan Palantir sebagai saham berkinerja terbaik di S&P 500 selama 100 hari pertama pemerintahan Trump.
HSBC Turunkan Target S&P 500 Jadi 5.600, Soroti Risiko Melambatnya Ekonomi AS
Newsmax
Stasiun berita konservatif Newsmax, yang baru tercatat di NYSE pada 31 Maret, telah meroket lebih dari 60% sejak penawaran umum perdana (IPO). Kenaikan ini didorong oleh minat besar investor ritel.
Saham Tambang Emas
Ketidakpastian kebijakan AS dan kekhawatiran resesi mendorong kenaikan harga emas, yang pada gilirannya meningkatkan nilai saham perusahaan tambang emas. Sebagai contoh, Newmont, penambang emas terbesar dunia, mengalami penguatan hampir 30% sejak 20 Januari. Saham penambang emas asing yang terdaftar di AS, seperti Barrick Gold, Gold Fields, dan AngloGold Ashanti, juga mencatat kenaikan antara 20% hingga 50%.
Defisit Perdagangan Barang AS Makin Melebar, Ekonomi AS Kian Tertekan
PECUNDANG
Maskapai Penerbangan AS
Saham maskapai penerbangan terdampak negatif oleh tarif impor dan penurunan permintaan perjalanan. Indeks maskapai S&P 1500 anjlok hampir sepertiga sejak 20 Januari. Beberapa maskapai besar, termasuk Delta Air Lines, American Airlines, dan Southwest Airlines, bahkan menarik kembali proyeksi kinerja tahunan mereka dan tengah melobi pemerintah AS untuk mendapatkan pengecualian tarif.
Tesla Inc.
Saham Tesla turun 33% sejak Trump kembali menjabat. Investor khawatir keterlibatan CEO Elon Musk dalam proyek pemerintahan AS mengalihkan fokusnya dari Tesla, ditambah tren penurunan penjualan. Namun, Musk menyatakan akan membatasi waktu untuk proyek Trump menjadi satu atau dua hari per minggu mulai bulan depan.
Efek Tarif Trump: Korporasi Global Tekor, PHK & Revisi Proyeksi
Ritel dan Konsumer
Kekhawatiran resesi juga memukul sektor ritel, dengan konsumen mengurangi pengeluaran. Kohl’s, misalnya, mengalami penurunan saham hingga 46% sejak 20 Januari, dan manajemen memprediksi proses pemulihan yang panjang. Macy’s juga melemah 17% setelah laporan pendapatan dan proyeksi tahunannya meleset dari ekspektasi.
Teknologi dan Elektronik
Beberapa perusahaan teknologi mengalami penurunan signifikan. Teradyne, produsen alat uji semikonduktor, anjlok 44,5% akibat fluktuasi bisnis yang disebabkan tarif dan pembatasan perdagangan sejak Maret. Zebra Technologies, produsen pemindai barcode, juga turun 40% sepanjang tahun ini, dengan peringatan potensi tekanan laba sejak Februari.