Ragamutama.com, Jakarta – Seusai libur panjang Lebaran, perdagangan efek dibuka dengan tekanan signifikan pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), yang langsung merosot ke zona merah. Pada Selasa pagi, 8 April 2025, indeks saham mengalami penurunan drastis sebesar 9,19 persen atau 598,55 poin, mencapai level 5.912,06.
Akibat penurunan tajam ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan penghentian sementara perdagangan atau trading halt pada pukul 09.00 WIB, Selasa, 8 April 2025. Langkah ini diambil karena IHSG turun hingga 8 persen.
Perdagangan kembali dibuka pada pukul 09.30 WIB. “Penghentian sementara dilakukan karena penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencapai 8 persen,” jelas Sekretaris Perusahaan BEI, Kautsar Primadi Nurahmad, dalam keterangan tertulis pada Selasa, 8 April 2025.
BEI menyatakan tindakan ini bertujuan untuk menjaga agar perdagangan saham tetap teratur, wajar, dan efisien, sesuai dengan Peraturan Nomor II-A tentang Perdagangan Efek Bersifat Ekuitas, serta diatur lebih lanjut dalam Surat Keputusan Direksi BEI nomor Kep-00002/BEI/04-2025.
Sebelumnya, Bursa Efek Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan telah menyesuaikan pelaksanaan penghentian sementara perdagangan efek (trading halt) dan batasan persentase Auto Rejection Bawah (ARB). Tujuan penyesuaian ini adalah untuk memastikan perdagangan yang teratur, wajar, dan efisien.
“Langkah ini diambil untuk memastikan perdagangan Efek berjalan secara teratur, wajar, dan efisien,” tegas Kautsar.
Sejarah Perjalanan IHSG
Mengutip buku Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank (Teori dan Aplikasi) karya Fatih Fuadi, IHSG, atau Indeks Harga Saham Gabungan, pertama kali diperkenalkan pada 1 April 1983.
Pada perkenalannya, IHSG memiliki nilai dasar 100, berdasarkan 13 saham yang terdaftar. Sejak itu, indeks ini berkembang pesat dan kini mencakup seluruh saham biasa dan preferen yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.
Metode perhitungan IHSG terus diperbarui untuk mencerminkan kondisi pasar secara akurat, termasuk penyesuaian untuk emiten baru dan perubahan modal perusahaan. Sebagai komponen penting pasar modal Indonesia, IHSG memiliki beberapa fungsi utama, antara lain:
- Indikator Pasar: IHSG merefleksikan kondisi pasar saham Indonesia, membantu investor memahami tren investasi.
- Alat Analisis: IHSG memfasilitasi penilaian pergerakan pasar secara menyeluruh tanpa analisis individual setiap saham.
- Panduan Investasi: Indeks ini menjadi acuan utama investor dalam pengambilan keputusan investasi yang lebih terarah dan informatif.
Kondisi IHSG Saat Ini dan Dampaknya
Penurunan tajam IHSG belakangan ini mencerminkan kekhawatiran investor terhadap prospek ekonomi. Faktor eksternal seperti inflasi global dan kebijakan moneter negara maju sangat memengaruhi sentimen pasar domestik. Selain itu, faktor internal seperti kebijakan pemerintah dan stabilitas politik juga turut menentukan arah IHSG.
Situasi ini membuat banyak investor cenderung menunggu kepastian sebelum berinvestasi. Beberapa analis memprediksi ketidakpastian yang berkelanjutan dapat menyebabkan fluktuasi IHSG lebih lanjut. Namun, optimisme tetap ada bahwa setelah kondisi membaik, pasar saham Indonesia akan kembali tumbuh positif.
Oleh karena itu, pemantauan perkembangan terkini dan analisis menyeluruh sangat penting sebelum investor mengambil keputusan. Memahami IHSG dan faktor-faktor yang mempengaruhinya akan membantu investor menghadapi dinamika pasar modal Indonesia.
Ragamutama.commbaca IHSG dengan Sederhana
Berdasarkan berbagai sumber, termasuk laman OJK dan fima.co.id, berikut cara memahami pergerakan IHSG:
Tren Naik (Bullish)
Kenaikan IHSG, ditandai warna hijau, misalnya dari 6.500 menjadi 6.800 (kenaikan 300 poin), menyarankan investor mempertimbangkan penjualan saham untuk meraih keuntungan.
Jika saham Anda ikut naik bersama IHSG, Anda dapat menjualnya untuk merealisasikan keuntungan atau menahannya (“hold”) dengan harapan harga terus meningkat.
Perlu diwaspadai potensi stock bubble, yaitu kenaikan harga saham signifikan di atas harga pasar, yang seringkali disebabkan faktor tak terduga. Kehati-hatian diperlukan saat melihat potensi keuntungan besar saat IHSG naik, karena rawan koreksi.
Tren Turun (Bearish)
Sebaliknya, tren turun IHSG (warna merah), misalnya dari 6.800 menjadi 6.500, memberikan peluang membeli saham yang dianggap undervalued.
Penurunan IHSG membuka kesempatan membeli saham dengan harga lebih rendah. Misalnya, saham yang sebelumnya Rp1.500 turun menjadi Rp1.200, potensial untuk dibeli dengan harapan harga akan pulih.
Investor perlu membeli saham pada waktu yang tepat untuk mendapatkan selisih harga jual dan beli yang menguntungkan (capital gain). Selisih harga jual lebih rendah daripada harga beli akan mengakibatkan kerugian (capital loss).
Riani Sanusi Putri, Melynda Dwi Puspita, Sultan Abdurrahman, dan Dinda Shabrina berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Kenapa Harga Emas Antam Naik dan IHSG dan Nilai Tukar Rupiah Anjlok