Musk Usulkan Zona Bebas Tarif AS-Eropa: Peluang dan Tantangan

- Penulis

Minggu, 6 April 2025 - 22:47 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jakarta, RAGAMUTAMA.COM – Di tengah dinamika pasar global akibat kebijakan perdagangan yang diterapkan Presiden Donald Trump, Elon Musk lantang menyuarakan penghapusan tarif antara Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa. Pernyataan ini muncul seiring dengan tantangan yang dihadapi Tesla, terutama penurunan angka penjualan signifikan di pasar Eropa.

Usulan Musk ini merupakan respons terhadap keputusan Trump pada Rabu, 2 April 2025, yang memberlakukan tarif sebesar 20 persen untuk produk-produk impor dari Uni Eropa. Kebijakan tersebut tidak hanya memicu aksi jual besar-besaran di bursa saham, tetapi juga menuai kritik pedas dari kalangan pelaku industri.

Musk Lepas X ke xAI dalam Kesepakatan 45 Miliar Dolar AS

Musk Lepas X ke xAI dalam Kesepakatan 45 Miliar Dolar AS

1. Visi Musk: Zona Perdagangan Bebas Transatlantik

Elon Musk mengemukakan gagasan ambisius mengenai terciptanya jalinan perdagangan yang lebih erat antara Amerika Utara dan Eropa. Inti dari visinya adalah penghapusan total tarif di antara kedua kawasan tersebut.

“Harapan saya, pada akhirnya, akan tercapai kesepakatan bahwa baik Eropa maupun AS bergerak menuju situasi tanpa tarif. Ini secara efektif akan mewujudkan zona perdagangan bebas antara Eropa dan Amerika Utara,” ungkap Musk dalam sebuah wawancara video bersama Matteo Salvini di Kongres Partai League di Florence, seperti yang dilansir dari CNN Internasional, Minggu (6/4/2025).

Dalam kesempatan yang sama, Musk juga menyampaikan aspirasinya agar mobilitas tenaga kerja antar wilayah dapat dipermudah secara signifikan.

“Itulah harapan saya. Saya juga berharap adanya kebebasan yang lebih besar bagi individu untuk berpindah antara Eropa dan Amerika Utara jika mereka menginginkannya. Menurut saya, jika seseorang ingin bekerja di Eropa atau Amerika, mereka seharusnya diizinkan,” kata Musk, seperti dikutip dari NBC News, Minggu (6/4).

Ia menambahkan bahwa gagasan ini telah disampaikannya secara langsung kepada Presiden Trump.

2. Pemberlakuan Tarif Trump Mengguncang Pasar Saham

Kebijakan tarif yang diumumkan oleh Trump pada hari Rabu lalu memicu gejolak besar di pasar keuangan AS. Indeks-indeks utama di Wall Street mengalami penurunan tajam hanya berselang sehari setelah pengumuman tersebut.

Baca Juga :  100 Hari Pemerintahan Prabowo: B40 Resmi Berlaku di Tengah Isu Ketergantungan Sawit dan Krisis Iklim

Indeks S&P 500 merosot hampir 5 persen, Dow Jones turun 4 persen, dan Nasdaq terjun bebas hingga 6 persen. Berdasarkan laporan NBC News, ketiganya mencatatkan penurunan harian terbesar sejak awal pandemi COVID-19 pada tahun 2020.

Dalam pidato resminya, Trump menyatakan bahwa Amerika telah “dirampok dan dijarah” oleh kebijakan perdagangan negara lain. Ia menekankan bahwa masa depan AS akan memasuki “era keemasan.”

Melalui platform Truth Social, Trump menegaskan bahwa penerapan tarif ini adalah bagian dari transformasi ekonomi yang fundamental.

“INI ADALAH REVOLUSI EKONOMI, DAN KITA AKAN MENANG. TETAP KUAT, ini tidak akan mudah, tapi hasil akhirnya akan bersejarah. Kita akan, MEMBUAT AMERIKA HEBAT LAGI!!!” tulis Trump.

Tarif Trump Bikin Industri Komponen Kendaraan RI Cemas

Tarif Trump Bikin Industri Komponen Kendaraan RI Cemas

3. Reaksi Uni Eropa dan Upaya Deeskalasi dari Italia

Reaksi dari berbagai pihak di Eropa pun mulai bermunculan. Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, menegaskan bahwa Uni Eropa tidak akan berdiam diri menghadapi situasi ini.

“Eropa siap untuk merespons. Kami akan selalu melindungi kepentingan dan nilai-nilai kami. Kami juga terbuka untuk berdialog. Kami ingin beralih dari konfrontasi menuju negosiasi,” tulis von der Leyen melalui platform X.

Beberapa negara Eropa bahkan tengah mempertimbangkan langkah-langkah balasan terhadap tarif AS yang diperkirakan akan diumumkan pada akhir bulan ini. Sementara itu, Italia memilih pendekatan yang berbeda.

Menteri Ekonomi Italia, Giancarlo Giorgetti, menyatakan harapan negaranya agar terjadi deeskalasi dengan Washington. Ia menyoroti surplus perdagangan Italia dengan AS yang mencapai sekitar 39 miliar euro (setara dengan Rp707 triliun) pada tahun 2024.

Italia sendiri hanya mencatatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,5 persen sepanjang tahun lalu. Oleh karena itu, hubungan perdagangan dengan AS memegang peranan penting bagi stabilitas ekonomi domestik negara tersebut.

Baca Juga :  Wall Street Menguat Ditopang Saham Teknologi dan Industri Baja-Aluminium

4. Penurunan Penjualan Tesla dan Kritik Musk terhadap Pejabat Trump

Di tengah kontroversi seputar tarif, penjualan Tesla di pasar Eropa mengalami penurunan yang signifikan. Data dari Asosiasi Produsen Mobil Eropa menunjukkan bahwa penjualan mobil Tesla di Eropa merosot sebesar 49 persen dalam dua bulan pertama tahun ini.

Di Italia, penurunan penjualan Tesla mencapai 7 persen dibandingkan dengan kuartal pertama tahun sebelumnya, berdasarkan data dari Kementerian Transportasi Italia.

Kondisi ini semakin menambah tekanan bagi Musk, yang saat ini juga menjabat sebagai kepala efisiensi pemerintahan Trump di Departemen Government Efficiency (DOGE). Dalam peran tersebut, Musk telah melakukan pemangkasan biaya secara besar-besaran, yang turut memicu perdebatan.

Selain itu, Musk juga melontarkan kritikan tajam terhadap Peter Navarro, penasihat senior Trump untuk bidang perdagangan dan manufaktur.

“Memiliki gelar PhD di bidang Ekonomi dari Harvard adalah hal yang buruk, bukan hal yang baik,” tulis Musk di platform X, merujuk pada latar belakang pendidikan Navarro.

Mengenai Navarro, Musk menambahkan, “Dia tidak pernah membangun apa pun.”

5. Musk Mengambil Jarak dari Trump, Namun Tetap Menjadi Penasihat

Pernyataan Musk terkait zona bebas tarif mengindikasikan perbedaan pandangan yang signifikan dengan Presiden Trump, yang selama ini dikenal sebagai penentang perdagangan bebas. Meskipun demikian, Musk tetap tercatat sebagai penasihat dekat Trump dalam berbagai isu terkait teknologi dan efisiensi pemerintahan.

Hingga saat ini, baik Gedung Putih maupun perwakilan Musk belum memberikan pernyataan resmi terkait komentar publik tersebut. Ketegangan antara agenda perdagangan pemerintah dan kepentingan industri tampaknya akan terus berlanjut hingga pemilihan umum mendatang.

Musk dan Microsoft Bergabung dalam Proyek Data Center Rp495 Triliun

Musk dan Microsoft Bergabung dalam Proyek Data Center Rp495 Triliun

Berita Terkait

Antam Cetak Rekor Pendapatan Tertinggi 2024, Laba Meroket 25 Persen!
Rupiah Anjlok dan IHSG Terkoreksi: Luhut Minta Masyarakat Tenang
Prediksi Pasar: Kapan Koreksi Berakhir dan Target Saham Bank Jumbo?
Rupiah Melemah Karena Sentimen Global? Analis Prediksi Rebound Besok!
ADRO Siapkan Rp4 Triliun: Peluang Buyback Saham Alamtri Resources?
IHSG Terjun Bebas! Saham Bank Raksasa Berdarah-Darah
Airlangga Umumkan: Impor 3 Komoditas Ini Bebas Tarif 32 Persen!
Prabowo: Fundamental Ekonomi Kuat, Pasar Modal Indonesia Tetap Solid Meski IHSG Melemah

Berita Terkait

Selasa, 8 April 2025 - 21:59 WIB

Antam Cetak Rekor Pendapatan Tertinggi 2024, Laba Meroket 25 Persen!

Selasa, 8 April 2025 - 20:47 WIB

Prediksi Pasar: Kapan Koreksi Berakhir dan Target Saham Bank Jumbo?

Selasa, 8 April 2025 - 20:07 WIB

Rupiah Melemah Karena Sentimen Global? Analis Prediksi Rebound Besok!

Selasa, 8 April 2025 - 19:11 WIB

ADRO Siapkan Rp4 Triliun: Peluang Buyback Saham Alamtri Resources?

Selasa, 8 April 2025 - 19:03 WIB

IHSG Terjun Bebas! Saham Bank Raksasa Berdarah-Darah

Berita Terbaru

sports

Jorge Martin Terancam Gagal Lolos Q2 MotoGP Qatar?

Selasa, 8 Apr 2025 - 21:51 WIB