Bisnis.com, JAKARTA — Manajemen PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA) angkat bicara soal harga saham perseroan yang bergerak jauh meninggalkan harga saat penawaran umum perdana (IPO).
Sampai penutupan perdagangan Jumat (31/1/2025), saham MBMA melorot ke level Rp382 per saham. Posisi itu telah terkoreksi 51,94% atau minus 413 poin dari harga IPO di level Rp795 pada 18 April 2023.
Belakangan, PT Indopremier Sekuritas menyematkan peringkat beli untuk saham MBMA dengan target harga Rp550 per saham di tengah tren pelemahan harga saham emiten kongsi Boy Thohir & Grup Saratoga (SRTG) itu.
Baca Juga : Merdeka Battery (MBMA) di Bawah Harga IPO, Siapa Biang Keroknya?
GM Corporate Communications PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) Tom Malik mengatakan harga saham MBMA saat ini tidak mencerminkan kinerja riil perseroan.
Apalagi, Tom menambahkan, MBMA bakal mulai mengoperasikan 2 fasilitas high pressure acid leach (HPAL) tahun ini, yang diperkirakan bakal ikut mengerek pendapatan dan laba bersih perseroan.
“Seperti yang kita ketahui harga saham sering tidak mencerminkan kinerja riil sebuah perusahaan,” kata Tom saat dikonfirmasi, Minggu (2/2/2025).
Tom tidak banyak berkomentar soal harga saham MBMA yang minus lebar di pasar efek.
Menurut dia, manajemen tengah berfokus untuk mengesekusi program pertumbuhan jangka panjang perusahaan seperti yang terlihat dari capaian sepanjang periode 9 bulanan 2024.
Selama sepekan terakhir, dua broker asing J.P Morgan Sekuritas Indonesia (BK) dan CGS International Sekuritas Indonesia (YU) justru bermanuver pada saham MBMA. Dua broker itu mengakumulasi saham MBMA cukup besar.
JP Morgan memborong saham MBMA sebanyak 111,3 ribu lot dengan nilai investasi mencapai sekitar Rp4,4 miliar di harga rata-rata Rp394 per saham.
Sementara itu, CGS International memborong saham MBMA sekitar 103,1 ribu lot dengan nilai investasi Rp4 miliar di harga rata-rata Rp392 per saham.
Dari laporan kinerja keuangan MBMA, emiten kongsi Boy Thohir dan Grup Saratoga itu membukukan laba bersih sebesar US$18,46 juta atau sekitar Rp284,06 miliar (asumsi kurs Rp15.384 per dolar AS) sepanjang periode Januari sampai September 2024.
Torehan laba bersih itu naik 2.627% dari pencatatan laba periode yang sama tahun sebelumnya di angka US$677.097 atau sekitar Rp10,24 miliar.
Lonjakan kinerja perseroan itu berasal dari kenaikan produksi limonit tambang nikel PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) serta produksi nickel pig iron (NPI) dan high-grade nickel matte (HGNM).
Sepanjang 9 bulan pertama 2024, tambang SCM memproduksi limonit sebesar 6,7 juta wet metric tonnes (WMT), 176% lebih tinggi dari produksi 9 bulan pertama 2023.
Pada periode yang sama, SCM memproduksi 1,9 juta WMT saprolit, atau 113% lebih tinggi dari periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Selain itu, smelter RKEF (Rotary Kiln-Electric Furnace) menghasilkan 63.338 ton nikel dalam NPI, sedangkan pabrik nickel matte memproduksi 38.422 ton nikel dalam HGNM.
“Sejak produksi perdana pada Agustus 2023, target produksi SCM untuk 2024 adalah 4 sampai 5juta wet metric ton Saprolite dan 9,5 sampai 10,5 juta wet metric ton Limonite,” kata Tom.
Selanjutnya, Tom menerangkan, 2 fasilitas HPAL MBMA yakni PT ESG New Energy Materials dan PT Meiming New Energy Materials bakal mulai beroperasi tahun ini.
Kedua fasilitas HPAL itu memiliki kapasitas produksi masing-masing 30.000 ton nikel dan 25.000 ton nikel dalam bentuk mixed hydroxide precipitate (MHP) per tahun.
“MBMA yakin bahwa strategi jangka panjang dan pertumbuhan bisnis serta komitmen kami untuk memberikan nilai bagi pemegang saham,” kata dia.
Sebelumnya, pemegang saham MBMA menyetujui rencana penambahan modal tanpa memberikan hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement.
Merujuk keterbukaan informasi MBMA, perseroan bakal melepaskan sebanyak-banyaknya 10.799.541.990 (10,79 miliar) lembar saham atau paling banyak 10% dari jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh, yang akan diterbitkan dari saham portepel dengan nilai nominal Rp100 per lembar saham.
Rencana private placement ini mesti diselesaikan dalam kurun waktu 2 tahun sejak mendapat persetujuan RUPSLB pada 6 Desember 2024 lalu.
Setelah private placement efektif, persentase kepemilikan saham dari pemegang saham perseroan saat ini akan mengalami dilusi sebesar maksimum 9,1%.
Di sisi lain, MBMA bakal mendapat tambahan dana yang cukup tebal dari aksi korporasi kali ini. Pos kas dan setara kas diperkirakan mengalami tambahan sebesar Rp1,07 triliun atau setara dengan US$65,766.652.
Sementara itu, pos modal saham akan mengalami penambahan setelah pelaksanaan private placement sebesar Rp1,07 triliun atau setara dengan US$65,766.652.