Merayakan HUT WKJ ke 8 PFN Heritage

- Penulis

Selasa, 11 Februari 2025 - 08:27 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Dalam rangka delapan tahun Wisata Kreatif Jakarta, kami dari komunitas Traveller Kompasiana bersama 50 peserta lainnya berkesempatan mengunjungi Perum Produksi Film Negara (PFN), sebuah tempat bersejarah dalam industri perfilman Indonesia. Tempat ini sekarang bernama PFN Heritage dan terletak di kawasan Otista di Jakarta Timur.  

Kebetulan ketika transit di halte Cawang BNN saya ketemu mbak Devi yang kali ini berdandan keren sekali.  

Kami berdua naik TransJakarta no 5D menuju halte Gelanggang Remaja. Lokasi PFN Heritage hanya sekitar 200 meter berjalan kaki dari sini.

Ketika kami tiba, sudah cukup banyak teman teman yang sampai. Ada Mas Agung Han, Mbak Dewi Puapandan tentu saja Pak Sutiono dan Mbak Linda. Di dalam ruangan besar yang kemudian nanti kami ketahui bernama Black Box, yang merupakan tempat pemutaran film dengan layar besar dipajang banyak alat -alat pembuat film jadul.  

Namun yang menarik adalah boneka Si Unyil dan kawan-kawan seperti Melani, Usroh dan Pak Ogah. Tentu saja kami tidak melewatkan kesempatan secara bergantian untuk berfoto bersama Si Unyil.

Setelah registrasi, kami disambut oleh Pak Iwan Setiawan Head of Aset dan Manajemen PFN, yang memberikan gambaran singkat mengenai sejarah PFN, mulai dari era kolonial hingga saat ini.

Sejarah Singkat PFN

Pak Iwan menjelaskan bahwa perjalanan PFN dimulai pada tahun 1934 di masa kolonial Belanda. Pada masa itu bernama Java Pacific Film dan konon merupakan fasilitas produksi film terbesar di Asia Tenggara. Salah satu film  yang terkenal adalah Pareh.  Pada masa itu juga sempat diproduksi film berjudul Terang Boelan yang cukup sukses pada 1937.

Kemudian, pada tahun 1943-1945, Jepang mengambil alih dan menggunakan fasilitas ini untuk propaganda. Pada masa ini dinamakan Nippon Eigasha Djakarta.

Setelah Indonesia merdeka, fasilitas ini diambil alih pemerintah dan berganti nama menajiskan Berita Film Indonesia sampai akhirnya pada 1957 menjadi Produksi Film Negara atau  PFN.

Sejak 1975 kembali berganti nama menjadi Pusat Produksi Film Negara dan kemudian pada tahun 1988 resmi menjadi BUMN hingga akhirnya berubah menjadi Persero pada tahun 2023.

Baca Juga :  Hari Pers Nasional 2025: Tema, Logo, Sejarah, dan Twibbon

Menjelajahi PFN Heritage

Kami diajak berkeliling ke tiga lokasi gedung PFN Heritage, area yang menyimpan banyak kenangan tentang industri film Indonesia. Salah satu gedung yang kami kunjungi adalah tempat pembuatan dan pemutaran film Si Unyil pada era 1980-an. Tidak hanya itu, kami juga melihat boneka asli Si Unyil, yang menjadi ikon budaya anak-anak Indonesia pada masanya.

Sementara itu di bagian lain  terdapat poster-poster film klasik, seperti ” Bung Hatta,” “Layar Terkembang,” dan “Kairo,” sebuah film yang mengisahkan kehidupan Gus Dur. Juga ada poster film “Hoegeng ” lengkap dengan anekdot hanya ada tiga Polisi yang jujur.  

Poster -poster ini memberikan gambaran tentang perkembangan sinema Indonesia dari masa lampau. .

Setelah itu kamu  kembali diajak berkeliling dan melihat gedung merah putih yang merupakan deretan tempat yang disewakan untuk perkantoran. Di bagian belakang juga ada lokasi yang sedikit menyeramkan dan cocok untuk lokasi studi g film horor.

Di bagian lain kompleks PFN ini, Kami juga diajak melihat gedung tua yang dahulu merupakan kantor Departemen Penerangan. Gedung ini memiliki empat hingga lima lantai dan kini terlihat terbengkalai, namun masih sering disewa untuk keperluan syuting film. Penampilannya memang sangat cocok walau sedikit memberikan kesan seram.

Masih di halaman luas sekitar gedung ini terdapat mural-mural artistik yang pernah dijadikan lokasi International Mural Festival. Mural-mural ini menambah nilai estetika dan menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung.

Kami juga sempat berfoto bersama di bagian depan gedung PFN Heritage dengan latar belakang atapnya yang khas membentuk sudut sudut segitiga.

Acara kemudian dilanjutkan dengan perayaan HUT Wisata Kreatif Jakarta yang ke 8, Mbak Ira Latif membuka  acara dengan memperkenalkan tim pemandu wisata WKJ, yaitu Mbak Devi, Sierra, Inces, Bang Irvan, dan Gindo. Kebetulan Gindo Purba ini yang tadinya berstatus sebagai trainee  pada hari itu resmi dilantik sebagai Guide.

Sebagaimana biasa dalam setiap HUT WKJ, kita selalu kedatangan tamu yaitu sepasang roti buaya lengkap dengan anaknya. Setelah menyanyikan lagu selamat ulang tahun, roti buaya itu pun habis dimutilasi oleh peserta tur.  Sebuah ritual yang menyenangkan sekaligus mengenyangkan. Setelah itu kami bersama menikmati berbagai jenis kue dan kudapan yang juga membuat perayaan kian meriah.

Baca Juga :  Dorong Kantor Ledeng jadi Destinasi Wisata Kelas Dunia, Pj Wali Kota Palembang Menyambangi UNESCO

Acara Puncak: Nonton Film Si Unyil  dan Teknologi Baru

Bagian utama acara dimulai dengan penjelasan tentang PFN oleh Pak Ichsan C., Sekretaris Perusahaan PFN, yang diikuti oleh presentasi Mas Sunu Pitoyo mengenai film-film klasik PFN, termasuk seperti Si Unyil, Pengkhianatan G30S/PKI, Jakarta 66,,Si Huma (film animasi pertama buatan dalam negeri), Pemberantasan G30S di Blitar Selatan, dan Kereta Api Terakhir yang merupakan film kolosal dengan lebih 15 ribu figuran.

Acara semakin menarik dengan pemutaran Si Unyil versi baru tahun 2024, yang telah menggunakan teknologi face tracking, membuat mulut dan mata boneka bisa bergerak sehingga lebih ekspresif.

Bukan itu saja kami juga kembali ke masa lampau dengan menyaksikan film  Si Unyil klasik. Ternyata  versi lama lebih disukai penonton, mungkin karena terasa lebih asli  dan tentu saja  nuansa nostalgianya.

Teknologi Extended Reality dalam Perfilman

Selanjutnya, Mas Raka Kaka memperkenalkan Extended Reality (XR), sebuah teknologi baru yang memungkinkan pembuatan film lebih efisien dan realistis tanpa harus syuting di   lokasi asli. Teknologi ini semakin banyak diterapkan di industri film modern.

Penutupan dan Penghargaan

Acara diakhiri dengan pemberian hadiah untuk para pemenang:

Mbak Devi dan Ervita sebagai pemenang kostum terbaik.

Pemenang lomba media sosial, yaitu Zarah dan Inces yang mendapatkan boneka maskot baru Jakarta.

Kunjungan ke PFN bersama Wisata Kreatif Jakarta tidak hanya untuk merayakan HUT WKJ yang kedelapan, melainkan juga memberikan wawasan tentang sejarah perfilman Indonesia sekalogusb juga memperlihatkan bagaimana warisan budaya ini masih terus dijaga.

PFN bukan sekadar bangunan tua, tetapi saksi bisu perjalanan industri film nasional dari masa ke masa. Sementara pada saat yang sama kita juga bisa sejenak mengintip teknologi masa depan perfilman.

Kegiatan ini menjadi pengalaman yang mengesankan dan membuka mata kami tentang pentingnya melestarikan sejarah perfilman Indonesia.

Berita Terkait

Ramalan Zodiak Libra,Scorpio,Sagitarius Besok Minggu 23 Februari 2025: Libra Dihargai,Ada Hoki
Hamas Akui Keliru Kirim Jenazah Shiri Bibas: Bercampur dengan Jasad Lain di Reruntuhan Gaza
Simak Keindahan Serta Kemegahan 5 Katedral Bergaya Gothic
Apa itu Munggahan? Ini Arti, Sejarah, dan Maknanya
Sosok Kepsek yang Dicopot Dedi Mulyadi karena Melawan Meski Ada Larangan
Conclave, Drama di Balik Tembok Vatikan
Mengenal Maryono Hasan: Wawalkot Tangerang Periode 2025-2030 yang Siap Membawa Perubahan
Riwayat Penyakit Hotman Paris hingga Ngedrop di Sidang Razman Nasution,Pernah Terapi di Thailand

Berita Terkait

Sabtu, 22 Februari 2025 - 12:26 WIB

Ramalan Zodiak Libra,Scorpio,Sagitarius Besok Minggu 23 Februari 2025: Libra Dihargai,Ada Hoki

Sabtu, 22 Februari 2025 - 11:57 WIB

Hamas Akui Keliru Kirim Jenazah Shiri Bibas: Bercampur dengan Jasad Lain di Reruntuhan Gaza

Sabtu, 22 Februari 2025 - 09:47 WIB

Simak Keindahan Serta Kemegahan 5 Katedral Bergaya Gothic

Sabtu, 22 Februari 2025 - 08:56 WIB

Apa itu Munggahan? Ini Arti, Sejarah, dan Maknanya

Sabtu, 22 Februari 2025 - 08:07 WIB

Sosok Kepsek yang Dicopot Dedi Mulyadi karena Melawan Meski Ada Larangan

Berita Terbaru

public-safety-and-emergencies

Mobil Pikap dan 16 Unit Sepeda Listrik Menghitam, Ludes Jadi Bangkai di Tol Gempol-Pasuruan

Sabtu, 22 Feb 2025 - 12:27 WIB