Ragamutama.com, Tangerang – Kendati momen libur Lebaran 2025 lazimnya diwarnai lonjakan pengunjung di berbagai destinasi wisata, sebuah fenomena unik terjadi di kawasan wisata hutan mangrove Ketapang Urban Aquaculture, Kecamatan Mauk, Kabupaten Tangerang. Alih-alih mengalami peningkatan, jumlah wisatawan justru menunjukkan tren penurunan. “Mengalami penurunan,” kata Ahdiyat Nuryasin, Manajer Kawasan Ketapang Urban Aquaculture, pada Rabu, 9 April 2025.
Ahdiyat menjelaskan bahwa selama periode libur Lebaran tahun ini, Ketapang Urban Aquaculture mencatat kedatangan 2.449 pengunjung. Angka ini menunjukkan penurunan signifikan dibandingkan periode libur Lebaran tahun sebelumnya, yang berhasil menarik 3.302 wisatawan. “Penurunannya mencapai lebih dari 800 pengunjung,” ungkapnya.
Jika dirinci berdasarkan trafik harian selama libur Lebaran, jumlah pengunjung pun tergolong rendah. “Rata-rata antara 300 hingga 500 pengunjung per hari. Puncak kunjungan terjadi pada 3 April 2025 dengan 649 pengunjung,” jelas Ahdiyat.
Ahdiyat mengakui bahwa tren penurunan kunjungan ke kawasan wisata edukasi hutan bakau, yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Tangerang dan dibuka pada 14 Januari 2023, terus berlanjut. Pada tahun pertama pembukaan, kawasan ini mampu menarik antara 1.000 hingga 2.000 pengunjung selama akhir pekan. Namun, pada tahun-tahun berikutnya, jumlah pengunjung mengalami penurunan drastis. “Pernah suatu hari hanya ada 4 hingga 5 pengunjung,” imbuhnya.
Kawasan Wisata Hutan Mangrove Ketapang Aquaculture di Mauk, Kabupaten Tangerang. TEMPO/JONIANSYAH HARDJONO
Lebih lanjut, Ahdiyat mengungkapkan bahwa penurunan jumlah pengunjung disebabkan oleh minimnya fasilitas yang tersedia di kawasan wisata edukasi tersebut. Ia menuturkan bahwa banyak pengunjung mengeluhkan suhu udara yang cukup panas, jarak yang relatif jauh dari pantai, ketiadaan penginapan dan wahana bermain anak-anak, serta terbatasnya variasi spot foto. “Pengunjung yang datang sekali atau dua kali cenderung tidak kembali lagi, sehingga jumlah pengunjung terus menurun,” paparnya.
Terkait penambahan fasilitas, Ahdiyat menjelaskan bahwa PT Mitra Kerta Raharja (PT MKR), selaku pengelola kawasan dan merupakan anak perusahaan daerah Kabupaten Tangerang, belum dapat merealisasikannya karena terkendala oleh regulasi. “PT MKR hanya bertugas mengelola dan mengurus kawasan. Sementara itu, terkait fasilitas, hal tersebut merupakan bagian dari aset dan menjadi wewenang Pemerintah Daerah Kabupaten Tangerang,” katanya.
Kawasan Wisata Hutan Mangrove Ketapang Aquaculture di Mauk, Kabupaten Tangerang. TEMPO/JONIANSYAH HARDJONO
Kawasan Hutan Bakau Seluas 14 Hektar
Ketapang Urban Aquaculture merupakan sebuah kawasan wisata yang membentang seluas 14 hektar, dipenuhi oleh ratusan jenis pohon mangrove yang tumbuh dengan rimbun. Kawasan hutan ini dilengkapi dengan jembatan kayu melingkar yang berfungsi sebagai jalan setapak, memungkinkan pengunjung untuk menjelajahi hutan mangrove dari tengah hingga ke tepi. Pengunjung dapat menikmati keindahan hutan sambil mengabadikan momen melalui foto-foto.
Berbagai spot foto yang indah dan “instagramable” tersedia di kawasan ini, dengan latar belakang pemandangan laut dan pepohonan mangrove yang hijau. Salah satu titik favorit untuk berfoto adalah jembatan melingkar yang terletak di tengah hutan. Pengunjung juga dapat mengambil foto dari atas gedung serbaguna yang berada di dalam kawasan tersebut. Bangunan berarsitektur futuristik berbentuk ikan ini tampak megah di tengah kehijauan hutan mangrove.
Pintu masuk kawasan wisata hutan Mangrove, Ketapang Urban Aquaculture, Mauk Kabupaten Tangerang. TEMPO/JONIANSYAH HARDJONO
Asal Usul Ketapang Urban Aquaculture
Kawasan wisata Ketapang Urban Aquaculture pertama kali diresmikan pada tanggal 14 Januari 2023. Sebelumnya, area ini merupakan pemukiman nelayan yang tergolong miskin dan kumuh.
Pada tahun 2018, Pemerintah Kabupaten Tangerang melakukan revitalisasi terhadap Desa Ketapang, mengubahnya menjadi kawasan eduwisata melalui kolaborasi dengan berbagai instansi dari tingkat pusat hingga provinsi Banten. Tujuan dari revitalisasi ini adalah untuk menata lingkungan pemukiman padat penduduk.
Desa Ketapang mengalami perubahan signifikan, disulap menjadi desa yang tertata rapi dengan infrastruktur pendukung seperti jalan dan saluran air, taman, pelabuhan mini, rumah-rumah yang direnovasi, serta kawasan wisata hutan Mangrove yang kini menjadi daya tarik utama.
Tempat Pertemuan 140 Delegasi negara Asia Timur
Pada awal pembukaannya, Ketapang Urban Aquaculture mencatat sejarah sebagai lokasi pertemuan bagi 140 delegasi dari 9 negara di Asia Timur. Pertemuan ini merupakan bagian dari acara Partnerships in Environmental Management for the Seas of East Asia (PEMSEA) Network of Local Government (PNLG) Forum 2022. Acara internasional ini berlangsung dari tanggal 25 hingga 29 Oktober 2022, sekitar dua bulan sebelum kawasan wisata tersebut dibuka untuk umum.
PEMSEA PNLG Forum 2022 dihadiri oleh 140 delegasi pemerintah daerah dari 9 negara di kawasan Asia Timur, termasuk Malaysia, Filipina, Kamboja, Timor Leste, Korea Selatan, Jepang, China, Vietnam, dan Indonesia.
Pertemuan para delegasi ini menjadi momentum penting untuk menjalin kolaborasi dalam menciptakan solusi pembangunan kawasan pesisir yang masih menghadapi berbagai kendala di sejumlah sektor.
Informasi Harga Tiket dan Jam Operasional
Ketapang Urban Aquaculture di Mauk, Kabupaten Tangerang, kini menjadi destinasi wisata baru yang diandalkan oleh Kabupaten Tangerang. Kawasan ini buka setiap hari, dengan jam operasional sebagai berikut: Senin-Jumat pukul 08.00-18.00, dan Sabtu-Minggu pukul 07.00-18.00.
Untuk memasuki kawasan wisata mangrove ini, pengunjung diwajibkan membayar tiket di pintu masuk:
– Pengunjung Dewasa: Rp 15 ribu, Anak-anak: Rp 10 ribu
– Pengunjung Anak-anak: Rp 10 ribu
– Parkir Bus: Rp 50 ribu
– Parkir Mobil Biasa: Rp 15 ribu
– Parkir Motor: Rp 8 ribu
Pilihan editor: Heboh Pagar Laut: 4 Daftar Destinasi Wisata Pantai di Perairan Kabupaten Tangerang