JAKARTA, RAGAMUTAMA.COM — Gelombang pembelian emas Antam terus menarik perhatian publik. Warga berbondong-bondong mendatangi butik emas hingga rela mengantre sejak dini hari, bahkan banyak yang beralih ke pembelian daring karena antrean luring yang membeludak.
Ucon (55), seorang warga Jakarta Selatan, memilih jalur daring sebagai solusi karena keterbatasan antrean luring.
“Antrean pembelian luring dibatasi hanya 50 orang. Jika datang pukul 06.00 saja, sudah pasti tidak kebagian. Oleh karena itu, saya memilih untuk mencoba secara daring, meskipun prosesnya juga tidak mudah. Kita harus bersaing. Jika berhasil melakukan *check out*, pembayaran baru bisa dilakukan dan kita bisa mendapatkan emas Antam logam mulia,” ujar Ucon saat ditemui di Butik Emas Logam Mulia Antam, Jakarta Selatan, Selasa (15/4/2025).
Meskipun telah berusaha sejak Lebaran, Ucon mengaku baru berhasil membeli emas secara daring sebanyak dua kali.
“Sejak Lebaran hingga saat ini, pembelian daring baru berhasil dua kali. Sebelumnya, saya membeli secara luring saat bulan puasa,” jelasnya.
Bagi Ucon, emas merupakan cara terbaik untuk mengamankan aset dari dana pensiunnya setelah puluhan tahun bekerja di sebuah perusahaan swasta.
“Saya berencana mengalokasikan 75 persen dana pensiun saya ke logam mulia. Ini adalah investasi jangka panjang untuk mengamankan aset,” tuturnya.
Sementara itu, Farid (28), warga Jakarta lainnya, mengakui mengikuti tren pembelian emas karena merasa saat ini adalah momen yang tepat untuk berinvestasi.
“Benar, saya mengikuti tren. Kebetulan saat ini banyak yang mengincar emas, momen dan waktunya sangat pas. Jadi, saya tetap memilih investasi di emas,” katanya.
Farid sempat mencoba mengunjungi beberapa butik emas di Jakarta, termasuk di Pulogadung dan Setiabudi, namun selalu mendapati antrean yang sudah penuh.
“Saya sebelumnya mencoba di Pulogadung, tetapi sudah sangat penuh. Kuota 200 orang, tetapi pengunjung membludak. Kemudian, saya mencoba ke Setiabudi, tetapi antreannya sudah sangat panjang. Akhirnya, saya mencoba ke sini dan mendapatkan nomor antrean 47,” cerita Farid.
Farid membeli emas dari hasil usaha sampingannya dan menjadikannya sebagai tabungan jangka menengah dan panjang.
“Selain bekerja, saya memiliki usaha sampingan. Ketika ada kelebihan dana, saya akan mencoba berinvestasi emas,” ujarnya.
Kisah serupa juga datang dari Jihan (22), warga Tambun, Bekasi. Ia rela datang pagi-pagi ke Butik Emas Antam di Pulogadung hanya untuk membeli emas seberat 1 gram.
“Sebenarnya tidak masalah jika harga naik. Ini juga untuk jangka panjang, jadi dana yang tidak terpakai saya investasikan ke emas saja,” kata Jihan.
Sayangnya, ia tiba pukul 07.30 WIB dan tidak kebagian nomor antrean karena kuota sudah penuh.
“Kuota dibatasi hanya 200 orang saja,” ujarnya.
Hal serupa dialami oleh Emi Tarigan (64), warga Tanjung Priok, yang sudah rutin membeli emas Antam sejak Januari 2025. Ia datang pukul 04.00 WIB, tetapi tetap tidak mendapatkan jatah emas.
“Saya mendapat nomor antrean 63, tetapi hari ini sudah tidak bisa membeli karena informasinya sudah habis,” keluhnya.
Menurut Emi, beralih dari deposito ke logam mulia adalah keputusan yang lebih menjanjikan untuk jangka panjang.
“Saya tertarik dengan emas sejak Januari 2025 karena saya rasa untuk jangka panjang lebih bagus,” kata Emi.
Hiruk pikuk pembelian emas ini terjadi ketika harga emas batangan PT Antam bertahan di angka Rp 1.896.000 per gram.
Sementara itu, harga *buyback* tercatat turun menjadi Rp 1.745.000 per gram.
Fenomena ini memperlihatkan bahwa logam mulia masih menjadi primadona bagi banyak warga, baik untuk investasi maupun sebagai perlindungan aset jangka panjang.