Ragamutama.com JAKARTA. PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) telah menyiapkan serangkaian strategi proaktif guna menghadapi berbagai dinamika yang diperkirakan akan muncul di tahun 2025. Terkait dengan potensi dampak “Tarif Trump”, KRAS menyatakan diri siap dan tidak terlalu khawatir.
Muhammad Akbar, Direktur Utama PT Krakatau Steel Tbk, menjelaskan bahwa perusahaannya telah memiliki pengalaman yang cukup dalam menghadapi berbagai tantangan yang timbul akibat dinamika perdagangan ekonomi internasional yang terus berubah.
“Tidak perlu terlalu khawatir bahwa kebijakan Trump akan menghancurkan industri baja nasional kita,” ungkapnya dalam acara Media Gathering yang diadakan di Jakarta, pada hari Jumat (11/4).
Krakatau Steel (KRAS) Ekspor 11.600 Ton Baja ke Eropa
Akbar menekankan bahwa kontribusi ekspor baja ke Amerika Serikat terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia tidak lebih dari 18%.
Lebih lanjut, fluktuasi nilai tukar dolar AS merupakan fenomena yang lazim terjadi di pasar global dan telah menjadi bagian dari keseharian pelaku industri baja.
“Fluktuasi nilai tukar dolar AS yang terjadi di masa lalu, dari Rp 10.000 per dolar AS, kemudian Rp 12.000, lalu naik ke Rp 14.000, bahkan sempat menyentuh Rp 17.000, merupakan hal yang sudah biasa dihadapi oleh para pelaku industri baja,” jelasnya.
Ke depannya, Krakatau Steel berencana untuk fokus pada peningkatan produksi dan memperkuat hubungan bilateral dengan sejumlah negara mitra dagang lainnya.
Saat ini, KRAS telah memiliki jaringan mitra dagang yang tersebar di berbagai negara selain Amerika Serikat, seperti Italia, Spanyol, negara-negara di Afrika, dan Pakistan.
Setelah Tembus Pasar AS, Krakatau Steel Lakukan Ekspor Baja Canai Panas Ke Eropa
“Agreement bilateral, multilateral, dan regional ini sangat penting untuk memperkokoh jalur perdagangan internasional yang sudah ada,” paparnya lebih lanjut.
Akbar juga menuturkan bahwa KRAS akan fokus pada pengembangan lini bisnis lain di luar industri baja. Perseroan memiliki ambisi untuk mengembangkan kawasan industri terintegrasi yang terbesar di Indonesia.
Menurut Akbar, KRAS memiliki konektivitas industri yang sangat baik, karena terhubung langsung dengan jalur kereta api, jalan tol, dan pelabuhan untuk memfasilitasi proses distribusi.
Selain itu, Krakatau Steel juga memiliki sejumlah anak perusahaan yang bergerak di berbagai sektor, mulai dari bisnis restoran, pengelolaan air bersih, pengelolaan pelabuhan, perhotelan, rumah sakit, hingga pembangkit listrik.
“Hal ini bukan berarti KS tidak lagi fokus pada bisnis baja, tetapi lebih kepada kesadaran bahwa industri ini tidak bisa berdiri sendiri dan memerlukan ekosistem pendukung yang kuat,” pungkasnya.