Konser An EMOrchestra: Perpaduan Musik & Emosi yang Menggetarkan Jiwa!

- Penulis

Senin, 28 April 2025 - 01:16 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

“`html

Antusiasme luar biasa terpancar dari para penonton yang hadir dalam konser An EMOrchestra: Welcome to The Black Symphony. Sejak pukul 17.00 WIB, mereka telah memadati Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, pada Sabtu (26/4).

Berbagai atribut dan busana band favorit, didominasi warna hitam, menghiasi penampilan para penggemar. Dimulai tepat pukul 19.30 WIB, konser ini menjanjikan pertemuan tak terlupakan antara melodi dan perasaan yang mendalam.

Avip Priatna, sang konduktor, memimpin orkestra dengan ambisi besar: membawakan lagu-lagu EMO yang belum pernah disentuh oleh orkestra manapun di Indonesia.

Konser An EMOrchestra: Welcome to The Black Symphony dibuka dengan energi membara melalui medley lagu-lagu hits dari Linkin Park.

Penantian para penonton pun berbuah manis. Lagu-lagu Linkin Park yang identik dengan distorsi keras, dihadirkan dengan sentuhan yang menawan dalam balutan simfoni orkestra yang indah. Deretan lagu seperti In The End, Heavy In The Crown, Numb, Faint, dan Crawling mengalir dengan dinamika yang memukau.

Renardi Effendi, selaku arranger, menunjukkan dedikasi penuh dalam mengatur dinamika nada, menghadirkan aransemen yang naik turun dengan sempurna. Sepuluh menit berlalu tanpa terasa, dan medley tersebut berhasil memicu tepuk tangan riuh dari para penonton.

Jakarta Concert Orchestra (JCO) melanjutkan penampilan dengan membawakan lagu-lagu EMO legendaris lainnya, termasuk You’re Not Alone dari Saosin, serta I Write Sins Not Tragedies dari Panic! At The Disco. Kedua lagu ini menciptakan sensasi unik, sebuah perpaduan antara musik rock dan simfoni opera yang terasa sangat berkelas dan elegan.

Tidak ketinggalan, beberapa lagu dari penyanyi wanita ternama di era keemasan EMO juga turut memeriahkan konser, seperti A Thousand Year yang dipopulerkan oleh Christina Perri, serta Girlfriend dan When You’re Gone dari Avril Lavigne.

“Tema musik ini sepertinya agak terlupakan. Beberapa band memang pernah datang ke Jakarta, seperti Linkin Park. Musik EMO kini kembali bangkit. Sepertinya juga belum ada grup musik orkestra di Indonesia yang mengangkat musik ini,” ujar Avip kepada kumparan usai konser.

Baca Juga :  Pesona Tersembunyi Batu: Wisata Instagramable 22 Menit dari Alun-alun

Pesona Evanescence dalam Balutan Orkestra

Evanescence, salah satu band yang tak boleh terlewatkan dalam genre EMO, turut hadir dalam konser An EMOrchestra: Welcome to The Black Symphony. Lagu-lagu dari Amy Lee dan kawan-kawan itu hadir bagaikan seorang wanita anggun dalam balutan gaun pengantin, indah dan mempesona.

Penampilan Stefani Yang patut mendapatkan sorotan khusus. Ia berhasil menaklukkan lagu My Immortal dan Bring Me To Life dengan kemudahan yang tampak alami.

Saya yakin, jika Amy Lee menyaksikan konser ini, ia pasti akan memeluk Stefani Yang erat-erat di belakang panggung, dan keduanya mungkin akan sepakat untuk merilis sebuah duet.

Tidak hanya dalam lagu-lagu Evanescence, Stefani Yang bahkan mampu menjelma menjadi Emily Armstrong saat membawakan lagu What I’ve Done dari Linkin Park.

Suaranya begitu otentik dan mampu beradaptasi dengan nuansa lagu. Para penonton tetap dapat merasakan esensi lagu aslinya, sehingga makna dan emosi yang terkandung tetap terjaga.

Ajak Penonton Bernyanyi Bersama Lagu Fall For You dan The Reason

Konser An EMOrchestra: Welcome to The Black Symphony semakin interaktif berkat kehadiran Farman Purnama, Stefani Yang, dan Ery Kumendong. Mereka mengajak para penonton untuk bernyanyi bersama dalam lagu Fall For You dari Secondhand Serenade dan The Reason dari Hoobastank.

Lirik lagu bahkan ditampilkan di layar besar, semakin memudahkan para penonton untuk ikut bernyanyi. Suasana pun semakin meriah. Para penonton terlihat sangat antusias, melantunkan lirik lagu emosional yang diiringi oleh orkestra berkelas dari JCO.

Sebuah pengalaman yang jarang ditemukan di konser lainnya. Musik dan emosi berpadu, membangkitkan nostalgia tentang luka, kehilangan, dan badai kehidupan. Lagu-lagu EMO mungkin pernah menjadi teman setia bagi para penonton saat pertama kali merasakan cinta dan patah hati.

Konser ini semakin melengkapi nostalgia para penonton dengan menyajikan lagu-lagu era “warnet” seperti Wake Me Up When September Ends dari Green Day, Jet Lag dari Simple Plan, Mr.Brightside dari The Killers, hingga Dear God dari Avenged Sevenfold.

Baca Juga :  Sensasi Camping Seru di Pantai Goa Cemara Bantul: Panduan Lengkap

Sajian My Chemical Romance

Sebagai encore, karya dari My Chemical Romance pun hadir. Welcome To The Black Parade dan Helena hadir sebagai puncak dari distorsi musik dan emosi yang dipersembahkan oleh JCO selama 1,5 jam.

Welcome To The Black Parade memang sudah memiliki orkestrasi tersendiri, bahkan tanpa iringan orkestra. Namun, dalam konser ini, lagu tersebut terasa semakin megah.

“Setelah kami mendengarkan kedua lagu itu, kami merasa cocok untuk dijadikan ‘gong’ dalam konser ini. Lagu-lagu tersebut diciptakan dengan penuh drama, kepahitan, kesenangan, dan emosi yang kuat. Secara emosional, kami dapat menempatkannya sebagai puncak dari konser,” jelas Avip Priatna.

Avip merasa bahwa para personel JCO dipermudah karena lagu-lagu yang dibawakan memang sudah bagus dalam versi aslinya, seperti Helena.

“Saat kami membuat karya yang kami pilih sendiri, kami yakin tidak akan sesulit itu. Apalagi memang sudah bagus, kami hanya perlu memberikan sedikit ‘bumbu’,” ungkap Avip.

Dua lagu encore tersebut juga terasa sangat menghibur berkat penampilan grup paduan suara berbakat, Batavia Madrigal Singer. Suara mereka menghidupkan elemen orkestra dan membuatnya semakin meriah.

“Bukan bermaksud menyombongkan diri, tetapi memang seperti itu adanya. Mereka selalu senang dengan tantangan. Bagi mereka, lagu-lagu ini sudah seperti makanan sehari-hari,” tutur Avip.

Bagi saya, lagu Welcome To The Black Parade dalam konser An EMOrchestra terasa seperti sebuah istana yang lama mati, dan kini lampunya dinyalakan kembali.

Di kolom komentar, banyak penonton yang merasa ketagihan dan penasaran untuk kembali merasakan pengalaman distorsi antara emosi dan musik. Avip pun memberikan jawaban yang diplomatis.

“Tergantung sponsor. Kami akan melihat respons penonton terlebih dahulu. Bagaimana tema ini, apakah antusiasmenya tinggi atau tidak. Jadi, jika ada kesempatan, waktu, dan juga sponsor, kami dengan senang hati akan membuatnya lagi,” tutup Avip.

“`

Berita Terkait

Menpora Malaysia Kecam Kerusuhan Suporter Harimau Malaya: Desakan Perubahan Sikap
Sudirman Cup 2025: Thailand Unggul, Korea & Taiwan Terpeleset
Sa’dan To’ Barana’: Surga Tersembunyi di Jantung Toraja Utara
Lirik Lagu dan Terjemahan Breath MINNIE OST Resident Playbook Part 5
Liverpool Pastikan Gelar Juara Liga Inggris: Kalahkan Tottenham 5-1!
Barcelona Incar Treble! Ancelotti Meratapi Kekalahan di Copa Del Rey
Misteri Ramalan Nostradamus: Kematian Paus & Popularitasnya yang Abadi
ISAT Pacu Pertumbuhan Pertambangan dengan Implementasi AI dan IoT

Berita Terkait

Senin, 28 April 2025 - 09:16 WIB

Menpora Malaysia Kecam Kerusuhan Suporter Harimau Malaya: Desakan Perubahan Sikap

Senin, 28 April 2025 - 04:56 WIB

Sudirman Cup 2025: Thailand Unggul, Korea & Taiwan Terpeleset

Senin, 28 April 2025 - 03:48 WIB

Sa’dan To’ Barana’: Surga Tersembunyi di Jantung Toraja Utara

Senin, 28 April 2025 - 02:40 WIB

Lirik Lagu dan Terjemahan Breath MINNIE OST Resident Playbook Part 5

Senin, 28 April 2025 - 02:32 WIB

Liverpool Pastikan Gelar Juara Liga Inggris: Kalahkan Tottenham 5-1!

Berita Terbaru

technology

Bocoran Harga iPhone 16: Seri Pro dan Pro Max Naik di Indonesia

Senin, 28 Apr 2025 - 08:59 WIB