Kisah di Balik Hilangnya Air Minum Gratis di Bandara

- Penulis

Rabu, 2 April 2025 - 00:28 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Idul Fitri kali ini membawa nuansa yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Lazimnya, saya dan keluarga akan merayakan momen istimewa ini di kawasan Puncak, Bogor, mengikuti rangkaian kegiatan rohani yang telah menjadi tradisi tahunan bagi kami.

Kesejukan udara pegunungan yang khas, ditambah kehangatan kebersamaan dalam setiap ibadah, selalu menjadi bagian dari kenangan indah yang senantiasa saya rindukan.

Namun, tahun ini, garis hidup mengantarkan saya ke sebuah petualangan yang sama sekali tak terduga—sebuah perjalanan menuju sebuah desa terpencil di jantung Sulawesi Tengah.

Perjalanan ini bermula dari sebuah undangan yang tak terduga. Pastor Joshua Low, seorang tokoh agama yang berasal dari Malaysia, mengundang saya untuk berkunjung ke Desa Korowou yang terletak di Morowali Utara.

Awalnya, terlintas dalam benak saya, apa gerangan yang menarik di sana? Namun, rasa penasaran itu segera terjawab. Istri tercinta Pastor Joshua, Ibu Etmi Taungke, tengah berada di desa tersebut bersama ayahandanya, Pendeta Singgo Taungke.

Keduanya memegang peranan krusial dalam lembaran hidup dan pengabdian Pastor Joshua, yang saat ini sedang saya abadikan dalam sebuah buku biografi.

Saya diminta untuk bertatap muka dengan mereka, menyimak langsung kisah-kisah yang belum banyak diketahui, dan menyelami lebih dalam perjalanan spiritual sang pendeta.

Oleh karena itu, pada hari Selasa, tanggal 1 April, saya memulai perjalanan panjang ini. Dimulai dari rusun Pasar Rumput, saya bergegas menuju Stasiun Manggarai, untuk kemudian menaiki KA Bandara pada pukul 19.00 tepat.

Meskipun malam masih terasa muda, saya sengaja berangkat lebih awal untuk menghindari risiko terburu-buru waktu.

Penerbangan saya menuju Palu dijadwalkan pada pukul 02.30 WIB, dan saya tidak ingin ada halangan tak terduga yang menyebabkan saya ketinggalan pesawat.

Baca Juga :  Menjajal Kereta Gantung Di Salah Satu Puncak Tertinggi Timur Tengah

Bandara Soekarno-Hatta menyambut saya dengan kilauan lampu-lampunya yang gemerlap. Dengan langkah mantap, saya memasuki terminal 2, menuju loket digital untuk melakukan *check-in* secara daring melalui situs web Batik Air.

Seketika, saya tersenyum. Kemajuan teknologi memang benar-benar mempermudah berbagai urusan.

Setelah semua proses administrasi selesai, saya bergegas menuju ruang tunggu melalui Gate D1, melewati serangkaian pemeriksaan standar yang sudah menjadi prosedur wajib.

Koper dan tas laptop saya dinyatakan aman, dan saya pun diizinkan untuk melanjutkan perjalanan.

Di ruang tunggu, hanya terlihat seorang penumpang lain yang tengah tertidur pulas.

Saya mencari sudut yang nyaman, menyambungkan ponsel ke pengisi daya, membiarkan baterainya terisi penuh menjelang penerbangan panjang yang akan saya tempuh.

Tak lupa, saya mengirim kabar kepada istri tercinta, memastikan dia mengetahui bahwa saya telah tiba di bandara dengan selamat. Dia tampak terkejut, tak menyangka bahwa saya bisa melakukan *check-in* secepat itu.

Saya sendiri pun merasa sedikit heran, namun saya memilih untuk tidak terlalu memikirkannya. Yang terpenting, semuanya berjalan lancar sesuai rencana.

Udara di ruang tunggu terasa sangat dingin, menusuk hingga ke sumsum tulang. Untungnya, saya membawa jaket tebal, yang setidaknya bisa sedikit menghangatkan tubuh.

Perlahan-lahan, ruang tunggu mulai dipenuhi oleh penumpang lain. Tiga orang sudah duduk di depan saya. Salah seorang dari mereka mendekat dan bertanya dengan ramah,

“Mau ke Makassar, ya?”

“Bukan, Pak. Saya mau ke Palu.”

Ia kemudian bercerita bahwa penerbangannya ke Makassar dijadwalkan pada pukul 23.00, namun hingga pukul 22.30 belum ada panggilan keberangkatan.

Ia memutuskan untuk berpindah ke Gate D4, berharap mendapatkan kepastian. Saya mengangguk, berharap saya tidak mengalami kejadian serupa.

Baca Juga :  Ini 10 Bandara Tersibuk di Asia Tenggara pada Februari 2025

Dari balik kaca besar ruang tunggu yang berwarna hitam legam, saya melihat sebuah pesawat baru saja mendarat. Para penumpang keluar satu per satu, menuruni tangga pesawat.

Saya berusaha menajamkan pandangan. Batik Air. Mungkinkah ini pesawat yang akan membawa saya ke Palu? Saya tidak tahu pasti, namun saya berharap demikian.

Tiba-tiba, rasa haus menyerang tenggorokan saya. Saya baru menyadari bahwa sejak tadi saya belum minum setetes air pun.

Saya mengedarkan pandangan ke sekeliling, mencari dispenser air minum, namun tidak berhasil menemukannya.

Seolah dahaga ini menjadi ujian kecil sebelum menempuh perjalanan yang lebih besar. Akhirnya, saya memberanikan diri untuk bertanya kepada seorang petugas bandara.

“Mbak, kalau air minum gratis di mana, ya?”

“Di depan D6, Pak. Tapi nggak tahu masih berfungsi atau nggak,” jawabnya dengan singkat.

Saya menghela napas panjang. Bandara sebesar ini seharusnya menyediakan fasilitas air minum di setiap ruang tunggu.

Namun, apa daya? Saya hanya bisa menahan dahaga. Di dekat saya, terdapat sebuah toko kecil, namun sayangnya tutup. Tak ada pilihan lain.

Saya tersenyum tipis. Mungkin, ini adalah sebuah ironi kecil dalam perjalanan saya kali ini—tidak ada seteguk air pun, namun ada begitu banyak kisah yang akan mengalir.

Malam semakin larut. Saya hanya berharap penerbangan ini akan berjalan lancar tanpa hambatan. Palu dan Morowali Utara sudah menanti kedatangan saya.

Saya tak sabar untuk menjelajahi kedua tempat tersebut dan bertemu dengan orang-orang yang akan melengkapi kisah yang sedang saya tulis.

Semoga, perjalanan ini menjadi permulaan dari sebuah cerita yang lebih besar, lebih bermakna, dan lebih menginspirasi.

Bersambung..

Berita Terkait

15 Destinasi Wisata Terbaik di Pandeglang: Alam Memukau & Waterpark Seru!
Liburan Seru: Kebun Binatang Populer Dekat Lamongan, Goa Cantik, Spot Selfie Instagramable!
Tips Ampuh: Warna Koper yang Aman dari Hilang di Bandara
Wawi Kadio Minahasa: Liburan Asri dengan Pemandangan Alam dan Kolam Renang Memukau
Tes Kepribadian: Pantai atau Gunung? Temukan Jati Dirimu!
15 Destinasi Wisata Keluarga Terbaik di Tawangmangu: Liburan Tak Terlupakan!
California Bebas Juru Parkir Liar: Fakta dan Penjelasan
Panduan Liburan Korea: Pesona Pulau Geoje dari Ketinggian Kereta Gantung

Berita Terkait

Senin, 7 April 2025 - 10:55 WIB

15 Destinasi Wisata Terbaik di Pandeglang: Alam Memukau & Waterpark Seru!

Senin, 7 April 2025 - 01:24 WIB

Liburan Seru: Kebun Binatang Populer Dekat Lamongan, Goa Cantik, Spot Selfie Instagramable!

Senin, 7 April 2025 - 01:08 WIB

Tips Ampuh: Warna Koper yang Aman dari Hilang di Bandara

Senin, 7 April 2025 - 00:00 WIB

Wawi Kadio Minahasa: Liburan Asri dengan Pemandangan Alam dan Kolam Renang Memukau

Minggu, 6 April 2025 - 23:36 WIB

Tes Kepribadian: Pantai atau Gunung? Temukan Jati Dirimu!

Berita Terbaru

finance

April Berkah: 6 Bank Bagi Dividen, Raih Peluang Investasi!

Senin, 7 Apr 2025 - 11:03 WIB