KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Kinerja reksadana dalam sepekan ditutup menguat. Data ekonomi domestik dalam negeri dan sejumlah faktor eksternal menjadi pendukungnya.
Berdasarkan data Infovesta Utama, reksadana dengan return terbesar dari reksadana saham 1,09%. Disusul reksadana campuran sebesar 0,69%, reksadana pendapatan tetap 0,23% dan reksadana pasar uang sebesar 0,10%.
Dalam risetnya, Senin (24/2) sepekan terakhir kinerja IHSG bergerak bullish sebesar 2,48% ke level 6.803,00 dipicu oleh menguatnya mayoritas indeks sektoral. Hal ini terjadi di tengah investor asing yang masih melakukan aksi jual bersih sebanyak Rp 1,16 triliun dalam sepekan.
Baca Juga: Kinerjanya Tertekan Sejak Awal Tahun, Begini Proyeksi Kinerja Reksadana Saham
Dari sentimen domestik, surplus neraca dagang Indonesia meningkat menjadi US$ 3,45 miliar melampaui ekspektasi pasar sebesar US$ 1,91 miliar. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh penurunan impor yang tidak terduga pada awal tahun.
Dari China, PBoC mempertahankan tingkat suku bunga untuk tenor 1 tahun di level 3,1% dan tenor 5 tahun di level 3,6%. Keputusan itu diambil di tengah fluktuasi yuan dan kebijakan perdagangan agresif Presiden AS Donald Trump untuk meningkatkan ekonomi AS melalui pajak impor.
“Sementara itu, menurut estimasi awal PMI Manufaktur AS naik menjadi 51,6 poin, menandakan pemulihan berkelanjutan di sektor tersebut,” tulis Infovesta.
Pasar obligasi dalam sepekan terakhir masih ditutup menguat. Infovesta Gov. Bond Index naik 0,34% ke level 10.626,60. Yield SBN 10-tahun dan US Treasury Yield 10-yr bergerak bullish yakni masing-masing turun sebesar 3,60bps WoW ke level 6,81% dan 5,00bps ke level 4,42%.
Baca Juga: Kinerja Lesu, Reksadana Saham Nantikan Pemangkasan Suku Bunga Lebih Agresif
Bank Indonesia mempertahankan tingkat suku bunga acuan di level 5,75% sesuai dengan ekspektasi pasar. Keputusan ini sejalan dengan strategi BI untuk menjaga inflasi tetap terkendali, dengan target 2,5±1%, sekaligus menstabilkan nilai tukar Rupiah di tengah ketidakpastian global.
Sepekan ke depan, Infovesta berpandangan akan cenderung minim sentimen. Investor diproyeksikan akan menanti data rilis kedua GDP AS kuartal IV 2024 dan inflasi tingkat PCE.
Pada pasar saham, tekanan diprediksi mereda secara lebih terbatas, investor dapat memanfaatkan buy on weakness pada saham big-cap dengan valuasi undervalued. Sedangkan pada obligasi, diprediksi masih dapat melanjutkan tren penguatan namun lebih terbatas.
Baca Juga: Reksa Dana Bisa Jadi Pilihan Investasi di 2025 Saat Pasar Saham Volatile
“Investor disarankan untuk masih mengkoleksi seri yang memiliki long duration agar lebih optimal dalam merasakan momentum kenaikan harga dan di saat yang bersamaan mendapatkan kupon yang lebih tinggi,” tutup Infovesta.