Cap Go Meh merupakan perayaan yang berlangsung lima belas hari setelah Tahun Baru Imlek. Istilah Cap Go Meh sendiri berasal dari dialek Hokkien, yang secara harfiah berarti malam kelima belas.
Cap Go Meh menjadi bagian dari rangkaian perayaan Imlek yang menandai berakhirnya Tahun Baru Imlek. Tradisi ini di Indonesia dirayakan dengan berbagai kegiatan budaya, seperti pawai barongsai, festival lampion dan tidak ketinggalan penyajian hidangan khas yang ikonik yaitu lontong Cap Go Meh.
Konon tradisi menyajikan lontong Cap Go Meh telah ada sejak abad ke-14 saat Laksamana Cheng Ho berlayar dan singgah di pesisir utara Jawa. Ia dan para pengikutnya beradaptasi dengan budaya setempat, termasuk kuliner khas Nusantara. Salah satu makanan yang mereka temui adalah lontong opor, yang kemudian diadopsi dalam perayaan Cap Go Meh oleh komunitas Tionghoa di Indonesia.
Hingga kini, sajian Lontong Cap Go Meh menjadi bagian penting dalam perayaan Cap Go Meh, mencerminkan perpaduan budaya Tionghoa dan tradisi kuliner lokal yang terus dilestarikan dari generasi ke generasi.
Lontong Cap Go Meh Ny. Liem
Bagi warga Solo, Jawa Tengah tentu sudah tidak asing lagi dengan Lontong Cap Go Meh Ny. Liem yang legendaris. Keunikan tempat ini terletak pada jadwal operasionalnya yang terbatas. Hanya berjualan dan menerima pesanan satu kali dalam setahun saat menjelang perayaan Cap Go Meh. Untuk tahun ini, warung buka selama 10 hari dari tanggal 5 Febuari sampai dengan 14 Febuari 2025.
Dan yang lebih menariknya lagi, bumbu dan rasanya berbeda dari kebanyakan lontong opor. Maka tak heran, hidangan lontong Cap Go Meh di sini selalu diburu oleh para pecinta kuliner baik warga lokal Solo maupun wisatawan dari berbagai kota di Indonesia.
Sayapun tidak melewatkan kesempatan untuk mampir mencicipi Lontong Cap Go Meh Ny.Liem yang sudah sangat melegenda. Kali ini saya sengaja datang di hari terakhir.
Pemilik Lontong Cap Go Meh Ny. Liem, Ibu Lenni Lianawati sudah membuka usaha ini selama 30 tahun lebih. Beliau adalah generasi ketiga yang mewarisi dari generasi sebelumnya.
Menurut Ibu Lenni, bumbu kuah opornya dibuat dari kelapa parut yang di sangrai dengan api kecil selama 8 jam. Kelapa sangrai ini harus terus diaduk supaya tidak gosong karena bila ada yang gosong sedikit saja rasanya jadi pahit. Setelah itu ditumbuk halus dan di campurkan ke dalam kuah opor. Butuh waktu hingga dua bulan mempersiapkan bumbu tumbuk kelapa sangrai ini untuk penggunaan selama 10 hari masa penjualan termasuk pesanan.
Inilah yang membedakan dengan bumbu opor pada umumnya yang biasanya memakai santan kelapa. Rasanya autentik, unik, segar tidak neg dan warna kuah opornya berwarna kecoklatan.
Disajikan dengan lontong, suwiran ayam kampung, telor rebus, irisan cabai, kerupuk udang lalu ditaburi bubuk kedelai dan parutan kelapa muda yang dicampurkan dalam kuah yang menambah rasa gurih pada kuah opor. Satu porsinya di bandrol dengan harga Rp 40.000,- dan bisa terjual hingga ratusan porsi setiap harinya.
Menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa, tradisi menyantap Lontong Cap Go Meh agar di pergantian tahun baru Imlek untuk mendapatkan keberuntungan, rezeki, kemakmuran dan panjang umur. Selain itu juga menyimpan makna filosofis sebagai simbol keberagaman budaya dan nilai-nilai luhur yang dijaga turun-temurun.
Warung legendaris yang terletak di Jl. Sabang Nomor 4, Pucangsawit Solo ini tidak pernah sepi oleh pengunjung dan sering diliput oleh berbagai TV Nasional dan para Food Blogger.
Jadi pastikan untuk mampir ke Lontong Cap Go Meh Ny.Liem jika berkunjung ke Solo, Jawa Tengah saat perayaan Cap Go Meh.