JP Morgan Ungkap: Tarif Trump Ancam Resesi Ekonomi Global!

- Penulis

Kamis, 3 April 2025 - 20:47 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jakarta, RAGAMUTAMA.COM – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengambil langkah kontroversial dengan memberlakukan Tarif Timbal Balik kepada lebih dari 180 negara dan wilayah di seluruh dunia, termasuk Uni Eropa (UE) dan sejumlah negara di benua Asia. Pada hari Rabu, 2 April 2025, Trump secara terbuka memaparkan bagan yang secara rinci menggambarkan tarif yang dikenakan oleh negara-negara lain terhadap AS, beserta tarif balasan yang kemudian diterapkan oleh AS sebagai respons.

Mengutip laporan dari CNBC International, Trump menyatakan bahwa tarif yang dikenakan AS kepada negara lain adalah sebesar setengah dari tarif yang sebelumnya dikenakan oleh masing-masing negara tersebut kepada AS. Selain itu, Trump juga menetapkan tarif dasar sebesar 10 persen yang berlaku secara menyeluruh untuk semua barang impor yang memasuki wilayah Amerika Serikat.

Berikut adalah analisis mendalam dari J.P. Morgan mengenai dampak yang diperkirakan dari kebijakan tarif yang diterapkan oleh Trump.

1. Perlambatan Pertumbuhan PDB AS dan Peningkatan Inflasi

Menanggapi penerapan tarif oleh Trump, J.P. Morgan Research telah melakukan revisi terhadap perkiraan pertumbuhan ekonomi (produk domestik bruto/PDB) dan tingkat inflasi di Amerika Serikat. Proyeksi terbaru menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi AS diperkirakan akan melambat menjadi 1,3 persen. Sementara itu, inflasi harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) diperkirakan akan meningkat menjadi 2,7 persen, dan inflasi inti juga diperkirakan akan mengalami kenaikan menjadi 3,1 persen.

Lembaga keuangan asal AS tersebut menurunkan perkiraan pertumbuhan PDB riil untuk tahun 2025 karena adanya peningkatan ketidakpastian terkait kebijakan perdagangan, dampak langsung dari tarif yang diberlakukan, serta tindakan pembalasan yang dilakukan oleh mitra dagang AS. Pertumbuhan PDB riil kini diperkirakan akan mencapai 1,6 persen untuk tahun 2025, mengalami penurunan sebesar 0,3 persen dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya.

Memburuknya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya inflasi menghadirkan dilema yang menantang bagi Federal Reserve (the Fed). Kepala ekonom AS di J.P. Morgan, Michael Feroli, berpendapat bahwa lingkungan bisnis yang semakin menantang akan meningkatkan kemungkinan terjadinya penurunan di pasar tenaga kerja, yang pada akhirnya dapat mendorong bank sentral AS untuk kembali menaikkan suku bunganya.

“Meningkatnya ketidakpastian terkait kebijakan perdagangan akan memberikan tekanan pada pertumbuhan aktivitas ekonomi, terutama untuk belanja modal. Selain itu, tarif yang telah diberlakukan akan menciptakan lonjakan inflasi yang signifikan, mendorong kenaikan harga konsumen sebesar 0,2 poin persentase. Tarif pembalasan juga akan menghambat pertumbuhan ekspor bruto,” jelas Feroli.

Baca Juga :  Harga Emas Antam Anjlok Rp 38 Ribu Setelah Lebaran, Ini Penyebabnya!

Tarif Trump: Ancaman yang Membayangi Industri Domestik

Tarif Trump: Ancaman yang Membayangi Industri Domestik

2. Peningkatan Risiko Resesi Global Menjadi 40 Persen

J.P. Morgan Research telah meningkatkan perkiraan risiko terjadinya resesi global pada tahun 2025 menjadi 40 persen, naik dari sebelumnya 30 persen pada awal tahun ini. Kepala Ekonom Global J.P Morgan, Bruce Kasman, melihat peningkatan risiko ini sebagai akibat langsung dari kebijakan perdagangan AS, termasuk kebijakan tarif.

Feroli menyatakan bahwa tarif yang diberlakukan oleh Trump akan menghasilkan pendapatan yang cukup besar. Namun, hal ini akan terjadi dengan mengorbankan harga yang lebih tinggi, yang berpotensi menekan daya beli konsumen.

“Dampak terhadap daya beli dapat menyebabkan pertumbuhan pendapatan pribadi riil yang dapat dibelanjakan pada kuartal II dan III menjadi negatif, dan dengan demikian, risiko belanja konsumen riil juga dapat mengalami kontraksi pada kuartal-kuartal tersebut. Dampak ini, dengan sendirinya, dapat membawa ekonomi ke ambang resesi,” ungkap Feroli.

Tidak hanya itu, pemerintahan Trump juga sedang mempertimbangkan untuk menerapkan tarif terhadap berbagai jenis pajak asing yang lebih luas, seperti pajak pertambahan nilai (PPN) dan pajak layanan digital, yang dikenakan oleh negara-negara lain terhadap perusahaan-perusahaan AS. Skema ini diperkirakan akan memberikan dampak yang jauh lebih signifikan.

3. Kenaikan Harga Barang yang Dibebankan kepada Konsumen

Trump juga telah menaikkan tarif sebesar 25 persen untuk semua impor baja dan aluminium. Hal ini berpotensi menyebabkan kenaikan harga mobil dan suku cadang mobil di AS. Harga kendaraan ringan di Amerika Serikat berpotensi naik hingga 11,4 persen rata-rata dalam satu skenario, jika produsen memutuskan untuk membebankan biaya yang terkait dengan tarif kepada konsumen.

Dampak dari tarif kemungkinan besar akan dibebankan kepada konsumen AS, yang berarti harga barang akan menjadi lebih tinggi untuk beberapa barang impor tertentu. Menurut Ekonom senior AS di J.P. Morgan, Murat Tasci, tarif adalah pajak atas impor, dan beban pajak ini hampir selalu dibebankan pada penjual dan konsumen di dalam negeri, dan bukan pada produsen asing.

Joshua Bolten, CEO Business Roundtable, sebuah kelompok lobi yang terdiri dari para kepala eksekutif perusahaan-perusahaan besar AS, menyatakan bahwa tarif universal yang diterapkan oleh Trump berisiko merusak ekonomi.

“Tarif universal yang berkisar antara 10-50 persen berisiko menyebabkan kerugian besar bagi produsen, pekerja, keluarga, dan eksportir AS. Kerusakan pada ekonomi AS akan meningkat seiring dengan lamanya tarif diberlakukan dan dapat diperburuk oleh tindakan pembalasan,” kata Bolten.

Baca Juga :  Emiten Konglomerasi Terseret Tekanan IHSG, Mana yang Masih Menarik?

Pasar Saham Global dan Dolar AS Tertekan Akibat Tarif Timbal Balik Trump

Pasar Saham Global dan Dolar AS Tertekan Akibat Tarif Timbal Balik Trump

4. Dampak Besar terhadap Ekonomi Global

Menurut Kasman, meningkatnya kekhawatiran terkait konflik perdagangan memiliki dampak signifikan pada aktivitas ekonomi. Estimasi model secara seragam menunjukkan dorongan pertumbuhan yang negatif dari tarif, sementara studi empiris mengenai perang dagang AS periode 2018-2019 menyimpulkan bahwa biaya tarif yang ditanggung oleh konsumen telah menekan pertumbuhan AS dan global.

“Elemen transmisi utama dari kebijakan tarif adalah melalui sentimen. Di awal tahun, pasar dan survei menganggap kebijakan tersebut ramah bisnis. Namun, kami mulai melihat hambatan besar pada sentimen saat bisnis dan rumah tangga melakukan penilaian ulang, yang dapat, dan mungkin akan memperbesar dampak ekonomi langsung dari tarif,” ungkap Kasman.

Sementara itu, menurut Dana Moneter Internasional (IMF), kenaikan tarif AS sebesar 10 persen secara universal, yang disertai dengan pembalasan dari kawasan Euro dan China, dapat mengurangi PDB AS sebesar 1 persen, dan PDB global sekitar 0,5 persen hingga 2026.

5. Penurunan Kepercayaan Bisnis

Purchasing Managers Index (PMI) pada Februari 2025, yang memberikan perkiraan kondisi bisnis di sektor swasta AS, turun di bawah 50 untuk pertama kalinya dalam dua tahun. Hal ini menunjukkan terjadinya penurunan kepercayaan bisnis.

Selain itu, indeks pasar perumahan yang diterbitkan oleh The National Association of Home Builders (NAHB) secara keseluruhan, yang melacak tingkat relatif penjualan rumah keluarga tunggal saat ini dan masa mendatang, turun dari 47 menjadi 42.

Sementara itu, indeks pasar saham utama di Asia mengalami penurunan tajam hanya beberapa menit setelah perdagangan dimulai. Indeks Nikkei 225 Jepang merosot lebih dari 4,1 persen, indeks saham Kospi Korea Selatan anjlok lebih dari 2,5 persen, dan indeks ASX 200 Australia jatuh sekitar 2 persen.

“Penurunan sentimen terkini dan aksi jual di pasar ekuitas pada akhir minggu menunjukkan semakin besarnya kesadaran terhadap risiko ini,” ungkap J.P. Morgan.

Tarif Trump: Ancaman yang Membayangi Industri Domestik

Tarif Trump: Ancaman yang Membayangi Industri Domestik

Berita Terkait

BI Ambil Langkah Jitu Stabilkan Rupiah di Tengah Gejolak Global
Advis Debit: Panduan Lengkap Pengertian, Fungsi, dan Cara Kerja
Wall Street Kembali Tertekan: Gedung Putih Bantah Isu Penghentian Tarif
Rupiah Tertekan! BI Turun Tangan Jaga Stabilitas di Tengah Gejolak Global
Hindari 4 Kesalahan Fatal Ini Saat Diversifikasi Investasi Anda!
Panduan Lengkap: Cara Mudah Buka Rekening Tabungan BCA Terbaru
Strategi Kemenkeu: Reformasi Pajak Lindungi Dunia Usaha Indonesia
BI Intervensi Pasar Offshore Demi Stabilisasi Rupiah

Berita Terkait

Selasa, 8 April 2025 - 01:32 WIB

BI Ambil Langkah Jitu Stabilkan Rupiah di Tengah Gejolak Global

Selasa, 8 April 2025 - 01:28 WIB

Advis Debit: Panduan Lengkap Pengertian, Fungsi, dan Cara Kerja

Selasa, 8 April 2025 - 01:11 WIB

Wall Street Kembali Tertekan: Gedung Putih Bantah Isu Penghentian Tarif

Selasa, 8 April 2025 - 00:35 WIB

Rupiah Tertekan! BI Turun Tangan Jaga Stabilitas di Tengah Gejolak Global

Selasa, 8 April 2025 - 00:03 WIB

Hindari 4 Kesalahan Fatal Ini Saat Diversifikasi Investasi Anda!

Berita Terbaru

public-safety-and-emergencies

Ratusan Barang Tertinggal di LRT: Dompet, Payung, dan Lainnya Menanti Pemilik

Selasa, 8 Apr 2025 - 02:27 WIB