Investasi Properti Komersial Asia Pasifik Tercatat Meningkat 23 Persen Menjadi USD 131,3 Miliar pada 2024

- Penulis

Minggu, 2 Maret 2025 - 09:25 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

TEMPO.CO, Jakarta – Perusahaan konsultan properti global Jones Lang LaSalle (JLL) mencatat investasi properti komersial di Asia Pasifik meningkat 23 persen secara tahunan menjadi US$ 131,3 miliar pada 2024. Sementara itu, volume kuartal IV naik 10 persen secara tahunan dan mencapai US$ 34,9 miliar, menandai lima kuartal berturut-turut pertumbuhan tahunan di kawasan ini.

Chief Executive Officer Capital Markets JLL Asia Pacific Stuart Crow menyebut pertumbuhan tahunan selama lima kuartal berturut-turut untuk properti komersial di Asia Pasifik itu merupakan bukti dari ketahanan jangka panjang kawasan ini.

“Meskipun terdapat perbedaan di setiap pasar, investor terus menemukan peluang seiring dengan stabilnya valuasi dan pelonggaran persyaratan pinjaman,” kata Crow dalam keterangan tertulis yang diterima Tempo pada Sabtu, 1 Maret 2025. “Ke depan, kami memperkirakan 2025 akan menjadi tahun yang kuat untuk masuk ke pasar, di mana pelaku pasar yang bergerak lebih awal dapat memperoleh keuntungan dari situasi yang kurang kompetitif, terutama di sektor-sektor utama seperti perkantoran dan logistik.”

Selama setahun penuh, semua sektor properti utama di kawasan Asia Pasifik mencatat pertumbuhan volume investasi, dengan volume investasi lintas negara kuartalan mencapai angka tertinggi sejak akhir 2021. Volume investasi lintas negara mencapai US$ 23,8 miliar pada tahun 2024, meningkat 43 persen dari periode yang sama tahun lalu. Lonjakan investasi lintas negara ini, menurut keterangan JLL, didukung oleh minat yang kuat terhadap aset perkantoran dan logistik dari investor asing di pasar-pasar utama seperti Australia, Jepang, dan Singapura.

Jepang terus menjadi pasar yang paling aktif di kawasan ini, dengan volume perdagangan mencapai US$ 10,7 miliar pada kuartal IV, meningkat 145 persen secara tahunan. Hal ini lantaran tingginya permintaan untuk properti logistik dan perkantoran. Meskipun suku bunga cenderung meningkat, investor mengadopsi strategi nilai tambah untuk mengurangi kenaikan biaya utang, sehingga lebih mendorong aktivitas pasar.

Baca Juga :  Harga Emas Antam Melambung Rp29.000 Hari Ini 4 Februari 2025, Tembus Rp1,65 Juta per Gram

Adapun sektor perkantoran di Asia Pasifik terus mengalami rebound yang kuat, didorong oleh permintaan yang stabil dari para penyewa. Hal ini, menurut JLL, membantu mempertahankan momentum pertumbuhan di masing-masing pasar. Volume investasi perkantoran mencapai US$ 48,8 miliar pada tahun 2024, meningkat 12 persen secara tahunan.

Pada kuartal IV, Korea Selatan memimpin di kawasan ini dalam hal volume investasi perkantoran, didukung oleh lingkungan yang kondusif akibat penurunan suku bunga utang senior (senior loan) untuk gedung perkantoran utama. Investor terlihat lebih cenderung memilih aset-aset berskala menengah dan stabil karena pembiayaan skala besar tetap berisiko.

Logistik tetap menjadi kelas aset favorit, dengan tingginya permintaan yang kuat mendorong transaksi portofolio besar di Jepang, Australia, dan India, sehingga menyebabkan penurunan imbal hasil (yield compression) di sektor ini. Investor domestik dan asing tetap optimistis terhadap logistik Jepang berkat pertumbuhan harga sewa. Volume investasi logistik di Australia juga pulih, terutama di pasar utama seperti Sydney dan Melbourne.

Di sektor ritel, volume investasi meningkat 28 persen secara tahunan pada 2024, didominasi oleh modal swasta di Australia, sedangkan pasar ritel utama di Singapura terus mengalami pertumbuhan sewa yang stabil. Di Korea Selatan, perusahaan menjadi pemimpin investasi, dengan fokus pada peluang-peluang peningkatan nilai tambah.

Baca Juga :  Rupiah Dibuka Lesu ke Level Rp16.447 per Dolar AS

“Terlepas dari ketidakpastian akibat kebijakan fiskal pemerintah AS dan keputusan the Federal Reserve untuk mempertahankan suku bunga bulan ini, Asia Pasifik tetap menjadi tujuan yang menarik bagi investasi global,” kata Head of Investor Intelligence JLL Asia Pacific Pamela Ambler.

Ambler melanjutkan, meski pasar utang dihadapkan pada ekspektasi suku bunga yang restriktif, valuasi properti di kawasan ini sedang mengalami penyesuaian, sehingga menciptakan peluang yang menarik bagi para investor strategis.

“Dengan bank-bank sentral yang memulai siklus penurunan suku bunga dan transparansi yang semakin membaik di kawasan ini, Asia Pasifik menawarkan peluang yang kuat untuk investasi jangka panjang dan pertumbuhan yang berkelanjutan,” ujar Ambler.

Sementara di dalam negeri, realisasi investasi di sektor perumahan, kawasan industri, dan perkantoran masuk dalam lima besar subsektor dengan kontribusi terbesar. Subsektor ini menyumbang Rp 122,9 triliun atau 7,2 persen dari total realisasi investasi nasional pada tahun 2024 yang mencapai Rp 1.714,2 triliun.

Country Head of JLL Indonesia Farazia Basarah mengatakan pertumbuhan investasi yang berkelanjutan di sektor properti Indonesia menunjukkan bahwa sektor ini tetap menarik. Selain itu, pertumbuhan tersebut juga mencerminkan persepsi yang baik di kalangan investor asing maupun domestik mengenai iklim investasi di Indonesia.

“Di tahun 2025, kami optimis sektor ini terus memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia, seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan infrastruktur serta ruang yang mendukung ekspansi bisnis dan gaya hidup yang terus berkembang,” ujar Farazia.

Pilihan Editor: Prabowo Sebut Anggaran Pembangunan Giant Sea Wall Sudah Tersedia, Kapan Dimulai?

Berita Terkait

PLN Sebut Tarif Listrik Kembali Normal per Maret 2025, Ini Besarannya
Daftar Perusahaan Diterpa Badai PHK di Indonesia Awal 2025
Selain Kilang Cilacap, Berikut Daftar Lokasi Kilang Minyak di Daerah Lain dan Kapasitasnya
IHSG Pekan Lalu Merosot Signifikan ke Level 6.270, Analis Indo Premier Sekuritas: Ada Pengaruh Peresmian Danantara
Tips Investasi Direktur Utama BCA Saat Pasar Saham Turun
IHSG Diproyeksi Melemah ke 6.200, Ini Deretan Saham yang Direkomendasikan
Harga Saham Blue Chip Ini Anjlok Parah, Mulai Maret 2025 Di-buyback Rp 3 Triliun
Harga Emas Antam dan UBS di Pegadaian Hari Ini, Termurah Rp909.000

Berita Terkait

Senin, 3 Maret 2025 - 08:15 WIB

PLN Sebut Tarif Listrik Kembali Normal per Maret 2025, Ini Besarannya

Senin, 3 Maret 2025 - 07:45 WIB

Daftar Perusahaan Diterpa Badai PHK di Indonesia Awal 2025

Senin, 3 Maret 2025 - 07:45 WIB

Selain Kilang Cilacap, Berikut Daftar Lokasi Kilang Minyak di Daerah Lain dan Kapasitasnya

Senin, 3 Maret 2025 - 07:45 WIB

IHSG Pekan Lalu Merosot Signifikan ke Level 6.270, Analis Indo Premier Sekuritas: Ada Pengaruh Peresmian Danantara

Senin, 3 Maret 2025 - 07:45 WIB

Tips Investasi Direktur Utama BCA Saat Pasar Saham Turun

Berita Terbaru

travel

7 Tempat Ngabuburit di Cikarang yang Seru dan Nyaman

Senin, 3 Mar 2025 - 08:55 WIB

public-safety-and-emergencies

Seluruh Pendaki Cartensz yang Selamat Sudah Dievakuasi

Senin, 3 Mar 2025 - 08:45 WIB